Part 46

8.4K 470 23
                                    


"Nana!" Abyan berdiri di teras rumah Farhana.

Farhana melepas genggaman Nizar kemudian beberapa kali mengerjapkan mata, berharap kalau ini hanya mimpi.

Abyan melangkah dari teras menuju ke arah Farhana. Melihat Abyan, Farhana berjalan mendekat dengan tergesa. Lalu ia memeluk tubuh laki-laki yang sudah beberapa minggu tak bertemu dengannya.

Apakah Farhana sungguh rindu?

Atau ia butuh tempat nyamannya untuk meluapkan segala emosi?

Atau Farhana ingin membuat Nizar tersakiti dengan sikapnya?

Abyan melonggarkan pelukan itu. Ia menyibakkan rambut Farhana yang tergerai sedikit ke depan. Tak lupa seperti biasa Abyan mengusap pucuk kepala gadis kesayangannya itu.

"Aku pamit kalo gitu, Na. Saya duluan, Mas Abyan." Nizar tak bisa lebih lama melihat adegan mesra itu. Ia memutuskan untuk segera pulang.

"Oke, Mas Nizar. Hati-hati!" Tangan kanannya melambai dan tangan kiri memegang tangan Farhana.

Mereka berdua masuk ke dalam rumah. Tak lagi saling berpelukan atau berpegangan tangan. Mereka masing-masing memegang dua tas belanja di tangan kanan dan kiri.

"Ray, bantuin, ini belanjaan banyak!" teriak Farhana kepada adiknya yang sedang depan televisi.

Rayyan melihat kakaknya susah payah, segera bangkit dan menghampiri. Farhana menggerakkan kepalanya ke tempat dimana kantong belanjaan lainnya menunggu diangkut.

"Hana, Mas Abyan dari tadi nunggu kamu." Pak Diki menimbrung.

"Ke sini jam berapa, Mas?" tanya Farhana. Mereka berdua mengambil tempat duduk di sofa ruang tamu.

"Jam ... abis maghrib kayaknya."

"Kenapa gak jemput?" tanya Farhana, ia belum mengganti pakaian kerjanya. Mungkin rindu kini menguasai relung hati gadis itu.

"Kan ada Mas Nizar yang jemput."

Kalimat Abyan itu membuat Farhana memajukan bibirnya. Ia tak suka mendengar Abyan berkata demikian, karena tentu saja merasa tersindir.

"Besok kita jalan-jalan!" ajak Abyan.

"Gimana besok, deh." Farhana menjawab asalnya. Rasa capeknya saat ini sungguh menyita sebagian mood-nya untuk beraktivitas lain.

"Atau ada janji?" terka Abyan.

"Enggak, Mas. Pengen istirahat rasanya."

Abyan tersenyum melihat Farhana yang nampaknya memang kelelahan.

"Hana, mana pesenan Ibu?" Bu Nurma muncul dari arah dapur.

"Tadi dibawa Rayyan." Farhana bangkit dari kursi, hendak mencari dimana Rayyan meletakkan barang belanjanya.

"Ini, Bu." Farhana melihat barang belanjaan tergeletak dekat lemari tempat piring. Bu Nurma malah nyengir. Saking fokusnya memasak, ia tak menyadari tadi Rayyan meletakkan barang belanjaannya di sana.

"Ibu mau masak, mumpung ada Abyan di sini. Katanya dia tadi dari Stasiun langsung ke sini." Bu Nurma mengeluarkan isi barang belanjaan pesanannya.

Farhana nampak berpikir, alisnya hampir bertaut, naik apa Abyan untuk sampai di rumahnya, sedangkan ia tak melihat mobil atau motor yang biasa dipakai Abyan.

"Oke deh, Bu. Hana bantuin, ya!" Farhana bersiap mengambil pisau.

"Gak usah! Kamu capek dah belanja. Bersih-bersih aja sana!"

Being Love (TAMAT)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant