27

50 33 59
                                    

Dexter tak mengantisipasi kedatangan kedua orang tersebut pada siang hari itu. Dia terlihat terkejut, namun begitu netranya teralih pada wanita yang berdiri di samping Rafael, tatapan matanya seketika melembut. Tatapan sendu yang dipenuhi kerinduan itu terpancar jelas dari sepasang mata biru gelap milik Dexter.

"Mia," ia bergumam rendah.

Seakan memahami arti tatapan Dexter, Rafael selaku suami dari Mia segera mengamit tangan istrinya, memberi Dexter sebuah peringatan bahwa hubungan keduanya telah lama berakhir, dan kini Mia telah menjadi milik pria lain.

Pria berambut ikal itu mengedip, lalu pandangannya teralih kepada Rafael. "Apa maksud kunjungan tiba-tiba ini, Rafael?" tanyanya datar.

"Dexter? Siapa yang bertamu?"

Suara kakak iparnya menarik perhatian Dexter. Pria itu menoleh, melihat Emira datang, diikuti Matthew. Keduanya tampak ikut terkejut begitu menyadari siapa yang tengah bertamu ke rumah mereka.

"Ada apa ini?" Matthew membuka suara, suaranya terdengar dingin dan tak bersahabat. Pria itu terlihat terganggu dengan kedatangan kedua orang tersebut. "Apa yang kalian lakukan di rumahku?"

"Kami kemari untuk menjemput Michael pulang," Mia menyahut sebelum Rafael dapat membuka mulut.

Mendengar hal tersebut, Dexter memicingkan matanya. "Aku akan mengantarnya pulang jika sudah waktunya. Kalian tidak perlu repot jauh-jauh kemari."

"Aku tidak yakin kau akan dengan senang hati melakukannya, Dexter," balas Rafael tajam. "Kau menculik putraku," tekannya.

Ujung mata Dexter berkedut, namun pria itu menyunggingkan sebuah senyum miring yang terlihat licik. "Benarkah? Karena seingatku, Michael pergi bersamaku atas kemauannya sendiri."

Rafael meletakkan sebelah tangan pada pundak Mia untuk menghentikan wanita itu, membuat Dexter sontak merengut marah melihat kedekatan keduanya. "Apa yang kau lakukan pada ponsel Michael? Kami tidak bisa menghubungi ponselnya."

Dexter mengangkat dagunya, memandang Rafael dengan tatapan remeh, lalu mengangkat bahu cuek. "Aku membuangnya ke jalan," jawab pria itu sekenanya.

Rafael menganga tak percaya. "Bajingan brengsek—"

"Dexter," Mia menyela. Wanita itu melepaskan diri dari suaminya dan merangsek mendekati Dexter. "Kumohon, kembalikan Michael padaku."

Pria itu tampak menelan ludah, tapi matanya tak teralihkan sedetik pun dari Mia. "Michael juga putraku, aku punya hak untuk menghabiskan waktu dengannya."

Mia termangu untuk beberapa saat. "Apa yang…." Ia mengerjapkan mata, lalu menggelengkan kepala. "Tidak, Dex. Kau salah paham. Michael bukan anak kita."

Dexter mengernyit tak terima. "Michael adalah anakku. Anak kita berdua," ia menegaskan. "Kau hanya mengatakan itu karena kau tidak ingin mengakuiku sebagai ayah kandung dari Michael, Butterfly."

Nama panggilan itu terselip begitu saja dari bibir Dexter.

Rafael melirik ke arah istrinya. Ia bisa melihat reaksi wanita itu dengan jelas. Nama panggilan itu memiliki banyak arti bagi istrinya. Panggilan itu mengingatkan Mia akan rasa sakit, trauma, serta rasa cinta yang pernah berkobar di antara keduanya.

Rafael sepenuhnya paham. Meski telah berpuluhan tahun menikah, Mia tak pernah seutuhnya menjadi miliknya. Terlepas dari trauma yang ditimbulkan Dexter pada wanita itu, rasa cintanya pada sang mantan kekasih terlalu besar untuk dihapuskan begitu saja.

Rafael mungkin memiliki raganya, namun nama Dexter telah terukir terlalu dalam di hati Mia. Ia yakin, jika dulu perjanjian itu tak pernah ia cetuskan, dirinya dan Mia tak akan bersama saat ini.

Ghost Of The Past [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang