15

8.7K 583 2
                                    

Tengah sembilan malam, rombongan itu tiba di rumah sakit W.  Mereka langsung disambut hangat oleh orang-orang di sana.

"Ella," panggil Daffin. Dia menghampiri wanita yang baru turun dari bus itu dan langsung memeluk hangat dan erat tubuh istrinya.

"Aku pulang," ucap Ella pelan.

Seluruh pandangan tertuju pada mereka dan godaan langsung dilemparkan begitu saja.

"Dunia ini masih milik bersama, tolong." ujar Vero berlalu sambil senyam-senyum. Dia berpikir pasangan itu pasti selalu dilanda rindu selama satu minggu ini.

"Bagaimana kabar mu?" tanya Daffin.

Ella mengamati sekitar dan kembali menatap Daffin. Dia tidak menemukan keluarga mereka yang mungkin akan mengawasi, jadi dia langsung melepaskan pelukan Daffin.

"Aku baik-baik saja. Warga disana benar-benar sangat ramah, mereka memberikan kami banyak sekali oleh-oleh. Aku juga bertemu dengan orang aneh, tapi aku tidak bisa menyebutnya aneh karena aku belum mengenal mereka, kan? Aku juga bertemu dengan seorang anak kecil yang sangat baik dan berhati sabar, namanya Arumi dia sangat ...."

Ella mengehentikan ceritanya saat melihat Daffin yang menatapnya sembari menarik koper miliknya.

"Cerita kan saja, aku mendengar mu." ucap Daffin terdengar lembut. Sungguh Ella dibuat senang karena perlakuannya.

Ella tersenyum dan menghampiri Daffin. Dia menyamakan langkahnya dan melingkarkan tangannya di lengan pria itu.

Daffin menatapnya heran dan terkejut. Apa wanita keras kepala itu senang mabuk?

"Arumi sangat baik, dia bahkan memberikanku setangkai mawar saat pulang tadi. Dia tinggal bersama nenek dan kakeknya, kamu harus tahu jika neneknya sangat baik dan punya kesamaan dengan ku." Ella melanjutkan ceritanya dengan semangat.

Daffin menatap setiap kata yang terucap dari bibir Ella dan mengulum senyum. Jujur dia khawatir saat mendengar kabar Ella yang sakit, tapi melihat wanita penuh semangat itu bercerita rasa khawatirnya pun pudar.

"Mama sudah menunggu di rumah." ucap Daffin setelah mereka tiba di halaman rumah.

Ella melotot. "Kenapa tidak bilang lebih awal? Aku pasti akan kena marah, aku bahkan tidak mengabari." cicitnya.

Baru masuk beberapa langkah, Fina langsung datang dan memeluk Ella.

"Kamu sudah pulang, sayang? Kamu pasti kelelahan. Bagaimana pengalaman mu disana?" tanyanya membawa Ella duduk di sofa.

Fina memeluk menantunya, Lalau memegang tangannya. "Kamu sudah makan? Aku mendengar kabar jika kamu sakit dan berkelana ke hutan sendirian. Apa yang membuatmu berani mencari anak hilang itu sendirian, Ella sayang ? Bagaimana jika sesuatu terjadi padamu?" tanya Fina lagi. Dia benar-benar khawatir.

"Aku sangat merindukanmu, ma," ujar Ella memeluk mertuanya yang menyerangnya dengan banyak pertanyaan itu.

Fina pun menghela nafasnya dengan tenang. "Jangan buat mama khawatir, yah. Lain kali kamu tidak boleh ikut kegiatan seperti itu jika tidak bersama Daffin." balasnya seraya mengelus kepala Ella.

"Mau mama masakin?" ucap Fina setelah melepaskan pelukan mereka.

Ella menggeleng. "Ella udah makan malam kok, ma."

"Kalau begitu kamu bersihin diri dulu, yah. Habis itu langsung istirahat. Mama gak mau kesayangan mama kecapean." ucap Fina membuat Ella mengulum senyum manis.

Wanita itu pun mengangguk. "Ella naik ya, ma." ucap Ella dan langsung pergi.

Dia membersihkan dirinya dan langsung mengeringkan rambutnya.

"Kamu tidak melepaskan cincin mu, kan?" ucap Daffin menatap istrinya seirus.

"Aku tidak melepasnya. Tenanglah." jawab Ella.

"Mama akan menginap, bisa saja dia datang tiba-tiba." kata Daffin sambil merebahkan tubuhnya di kasur.

"Maksudmu tidur bersama? Tidak! Bagaimana jika kamu melakukan sesuatu padaku?" tanya Ella panik.

"Aku tidak akan melakukan apapun, tapi bagaimana jika kamu yang melakukan sesuatu padaku?" ucap Daffin santai sembari memainkan ponselnya.

Ella menggeleng panik. "Aku akan tidur bersama mama." 

"Kalau mama mau mendengarkan mu." gumam Daffin.

Benar saja. Wanita itu memaksa Ella untuk tidur bersama Daffin saja, dia mengatakan jika Daffin lebih merindukannya dari pada dia merindukan Ella.

Kini Ella sedang menyusun bantal sebagai pembatas mereka.

"Jangan melewati batasmu, Daffin William!" ucapnya tajam.

"Begitu juga dengan mu, nyonya William." balas Daffin santai.

Ella mendengus kesal. Entah mengapa ancaman Daffin lebih ke sebuah godaan baginya.

Dia merebahkan tubuhnya dan memejamkan matanya. Ella langsung tertidur karena dirinya yang tengah kelelahan.

Daffin menumpu kepalanya dan menatap Ella yang terlelap. Tangan kekarnya menggeser bantal yang disusun Ella sebagai pembatas itu. Dia menarik tubuh Ella kedalam dekapannya dan memeluknya erat.

"Jangan membuatku khawatir lagi, Ella!" Gumamnya dan mencium kening Ella.

Close Your Eyes Where stories live. Discover now