1. Ciuman

204 17 8
                                    

"Baiklah anak-anak, saya tidak akan berlama-lama disini. Saya hanya ingin mengumumkan, untuk ujian praktek, kalian bebas ingin mempresentasikan apa saja, mau berkelompok ataupun sendiri, itu terserah kalian semua" Ucap Pak Jumpol, guru Seni Budaya di depan kelas tanpa aba-aba.

"Untuk ujian prakteknya, nanti kalian akan mempraktekannya di depan kelas, minggu depan. Untuk apa yang hendak dipertunjukkan, kalian bebas saja, mau karaoke, akustik, menari, apa saja, yang penting berhubungan dengan Seni Budaya. Kalian mengerti?" Lanjut Pak Jumpol.

"Mengerti Pak" Jawab murid-murid serempak.

"Baiklah, jika kalian sudah mengerti, Bapak pamit" Pak Jumpol pun pergi meninggalkan kelas tepat setelah bell pulang berbunyi.

"Krist, bolehkah kalau aku sekelompok denganmu? Aku gak bisa apa-apa. Kau kan bisa gitar, aku bisa bernyanyi" Ucap Singto seakan memohon pada Krist, temannya sambil mengemasi barang-barang yang ada di atas meja dan memasukkannya kedalam tas.

"Kenapa gak karaoke aja?" Ucap Krist sedikit datar, sambil melakukan hal yang sama dengan Singto.

"Malas, aku malu kalo harus tampil sendiri. Mau ya, mau ya" Pinta Singto sedikit merengek.

"Iya deh Iya" Jawab Krist.

"Kau memang sahabatku yang terbaik Krist" Ucap Singto sambil merangkul bahu Krist, mereka pun berjalan keluar dari kelas untuk pulang.

"Krist, dimana kita akan kerja kelompok?" Tanya Singto pada Krist ketika di atas motor.

"Biasanya juga dirumahku, kenapa kau masih bertanya" Ucap Krist.

"Ya, siapa tau ingin suasana baru seperti di Cafe" Ucap Singto.

"Enggak, malas pergi ke Cafe, nanti bukannya fokus buat latihan, malah fokus liatin cewek cantik" Jawab Krist.

"Hehehe, kau tau saja" Jawab Singto, setelah itu tidak ada lagi pembicaraan di atas motor. Singto mengantar Krist hingga ke rumahnya.

"Jadi kapan mau mulai latihan?" Tanya Singto setelah mereka berhenti di depan rumah Krist.

"Mungkin besok, atau mungkin malam ini" Jawab Krist dengan tangan yang melepaskan helm.

"Jadi, malam ini ya. Makin cepat makin bagus" Ucap Singto.

"Ya ya, terserah kau saja. Sudah sana pergi syuh syuh" Ucap Krist sambil mengibaskan tangannya seolah mengusir Singto.

"Yasudah, bye bye sayang" Ucap Singto sambil berlalu.

"Sayang sayang, bapakmu tuh sayang" Umpat Krist pada Singto, Singto hanya bisa tertawa di atas motornya.

Sesuai rencana mereka sore tadi. Malam harinya Singto sudah berada di rumah Krist. Kini mereka sedang berada di kamar Krist untuk berlatih.

Hingga akhirnya mereka pun selesai dengan latihan dan ujian praktek. Semua ujian praktek telah selesai di selenggarakan dan para murid sekarang sedang berlibur akhir semester.

Krist dan Singto kini sedang berlibur berdua di sebuah pantai dengan pasir putih, menikmati pemandangan matahari terbenam di sore hari. Mereka menikmati indahnya langit berwarna jingga dengan ditemani beberapa kaleng bir dan sebungkus rokok. Selagi tidak ada di rumah, selagi orang tua tidak melihat, mereka seakan bebas untuk meminum bir dan menghisap rokok tersebut.

Langit sudah mulai malam, Krist dan Singto berjalan dengan sedikit lunglai karena kepala mereka yang pusing akibat meminum minuman beralkohol tersebut, mereka pun masuk kedalam Villa yang mereka sewa dan Singto pergi ke kamar mandi untuk membersihkan badan mereka. Setelah itu, Singto pun mengganti bajunya. Singto keluar dari kamar mandi dan melihat jika Krist sedang terbaring di atas kasur dengan sprei putih.

"Krist" Ucap Singto hendak membingungkan Krist yang tertidur.

"Krist bangunlah, mandi sana. Badanmu bau alkohol" Ucap Singto menggoyangkan tubuh Krist, tapi Krist masih bergeming seakan tak mendengar dan merasakan badannya yang diguncang kan oleh Singto.

"Krist" Ucap Singto lagi dengan tangan yang masih mengguncangkan tubuh Krist.

Kepala Singto masih pusing, suaranya pun sedikit parau karena efek dari alkohol.

"Ehehe" Krist tertawa dalam tidurnya.

Singto tidak lagi mempedulikan Krist, dia ikut merebahkan badannya di samping Krist.

Badan Krist tiba-tiba bergerak menghadap Singto, badan Singto pun dimiringkan untuk menghadap Krist. Singto melihat wajah Krist yang sangat damai didalam tidurnya. Singto melihat setiap inchi wajah Krist.

Pipi Krist yang sedikit gembul, jika tersenyum ataupun tertawa maka timbullah lesung di kedua pipinya. Bibir Krist yang merah.

Deg deg deg.

Tiba-tiba Singto merasakan jantungnya yang berdebar kencang. Singto tak menghiraukan debaran jantungnya, masih tetap menatap ke arah wajah damai Krist.

Tangan Singto pun terulur untuk menyibak lembut rambut Krist yang menutupi mata Krist dan tangan itu pun mengusap dengan lembut kepala bagian belakang Krist.

"Aku kadang bingung padamu Krist, kenapa kau memiliki wajah yang manis seperti ini" Ucap Singto bermonolog sendiri.

"Kenapa bibirmu tetap merah padahal kita sering merokok, kenapa kulitmu begitu putih padahal kita berdua sering berpanas-panasan. Lihatlah, bibirku tidak semerah bibirmu, kulitku tidak seputih kulitmu" Lanjut Singto masih bermonolog sendiri.

"Kenapa aku berbicara sendiri" Ucap Singto lagi.

"Sebaiknya aku tidur saja"

Dari pukul setengah 8 malam, hingga sekarang pukul 10 malam, Singto tak dapat menutup matanya, dia terus saja menatap wajah Krist yang tengah tertidur pulas.

"Jantung sialan ini, kenapa? Kenapa kau berdebar begitu kencang setiap aku melihat wajah Krist seperti ini. Apa aku mempunyai penyakit jantung? Tapi sepertinya tidak, sejauh ini aku baik-baik saja, tidak menunjukkan bahwa aku memiliki penyakit jantung. Dan kenapa aku susah sekali untuk tidur" Singto kembali berbicara sendiri.

Singto pun diam lagi, masih setia menatap wajah Krist.

"Bagaimana ya rasanya bibir Krist yang merah itu" Tiba-tiba pikiran Singto melantur.

"Kenapa aku punya pikiran seperti itu, apa karena aku mabuk?"

"Tapi aku penasaran, bagaimana rasanya, apakah itu sama saja seperti berciuman dengan perempuan?" Pikir Singto.

Deg deg deg.

Jantung Singto kembali berdegup dengan kencang tak karuan kala melihat bibir Krist yang merah.

"Aku sudah gila, bagaimana bisa aku mencium bibir seorang lelaki, apalagi dia itu sahabatku"

"Tapi aku penasaran" Batin Singto berkecamuk.

Tanpa pikir panjang lagi, Singto mendekatkan wajahnya ke wajah Krist.

"Badannya masih bau alkohol"

Singto pun kemudian menempelkan bibirnya di bibir Krist.

"Bibirnya lembut" Ucap Singto dalam hati setelah menempelkan bibirnya.

"Sedikit lumatan mungkin tidak salah" Ucap Singto lagi dalam hati.

Singto pun melumat lembut bibir Krist, matanya terpejam menikmati lembutnya bibir Krist.

"Nikmat sekali, tapi masih sedikit bau alkohol" Ucap Singto dalam hati, dia pun melepaskan bibirnya dari bibir Krist.

"Mau lagi, bibir Krist sangat nikmat dan lembut" Singto tak puas dengan ciuman sepihak nya itu, dia menginginkannya lagi. Dia menginginkan bibir Krist yang merah dan memiliki tekstur yang lembut itu.

"Ini tidak akan membangunkannya kan" Ucap Singto, masih dalam hati.

"Mungkin tidak" Kembali, Singto menempelkan bibirnya di bibir Krist dan kembali melumat lagi bibir Krist.

'Bugh' tiba-tiba Krist terbangun dan meninju pipi Singto.

"Apa yang kau lakukan" Ucap Krist.

TBC



This Is Love? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang