5. Siapa?

95 11 4
                                    

Mereka kini tengah duduk di sofa ruang tamu.

"Kami titip Aye padamu ya" Ucap Ibunya Aye, atau Sarunchana itu.

"Iya, kami akan senang hati merawat dia disini" Jawab Ibunya Singto dengan tersenyum.

"Untuk kepindahan sekolahnya, sudah kami urus hingga tuntas, jadi nanti dia tinggal masuk saja" Ucap Mama nya Aye.

Singto bahagia karena kedatangan sepupunya, bahkan dia seakan lupa dengan masalah yang sedang melanda persahabatannya. Berbeda dengan Krist yang hampir setiap hari tidak tenang karena serasa dihantui oleh bayang-bayang mimpi basahnya dengan Singto.

"Ada apa dengan diriku ini" Krist duduk di balkon kamarnya, sendiri. Bayangan tentang mimpi basahnya dengan Singto seakan sudah menghiasi hari-harinya. Entah sudah berapa lama, bahkan tahun baru yang seharusnya dirayakan dengan bahagia bersama keluarganya, terasa hampa. Rupanya, dia tengah merindukan sosok Singto yang biasanya setiap hari bersamanya.

Ditambah dengan mimpi basah yang bahkan hampir setiap hari dia alami dengan Singto.

Kepulangan ayahnya dari luar negeri seakan tidak mengobati bayangan tersebut.

Krist memutuskan untuk memegang ponselnya yang selama ini terabaikan, karena apa yang ada di ponselnya selalu mengingatkannya tentang Singto. Wallpaper ponselnya terpampang jelas foto dirinya dengan Singto yang tengah tersenyum bahagia.

Krist membuka blokir nomor Singto, lalu mengirimi pesan ke nomor Singto. Biasanya Singto akan membalas dengan cepat pesan dari Krist, tapi sekarang ini tidak ada balasan sama sekali. Krist mencoba menelpon nomor tersebut, tapi tidak bisa dihubungi sama sekali.

"Singto, dimana kamu" Ucap Krist dengan posisi terduduk di atas ranjang kamarnya dengan tangan yang memeluk lututnya, tatapannya tidak dia alihkan dari layar ponsel yang menampilkan room chat mereka berdua.

"Krist aku segera kesana" Itu adalah pesan terakhir dari Singto, yang dikirim 3 minggu yang lalu, saat mereka berdua akan pergi berlibur.

"Singto" Ucap Krist lagi, rasa rindu Krist kian menjadi, seakan mengisi semua relung hatinya.

Pikirannya penuh akan Singto, dia membuka galeri ponselnya, melihat satu persatu gambarnya bersama dengan Singto. Kebersamaan yang telah mereka lalui selama 5 tahun, hancur hanya dalam beberapa menit saja. Karena sikap bodohnya, dia tidak mendengar penjelasan dari Singto terlebih dahulu, dia langsung saja pergi meninggalkan Singto seorang diri di sebuah kamar Villa.

Sekolah memasuki semester baru, Krist maupun Singto bersemangat untuk kembali sekolah lagi. Dengan semangat yang berbeda, Krist bersemangat karena akan bertemu dengan Singto, sedangkan Singto bersemangat karena ada Sarun yang menjadi murid baru di sekolahnya.

Krist mengendarai motornya yang telah lama tidak dia gunakan untuk berangkat sekolah. Setelah masuk sekolah, Krist dan Singto selalu berangkat bersama, Singto selalu saja menjemput Krist ke rumahnya untuk pergi ke sekolah bersama. Tetapi kini berbeda, Krist berangkat sendiri, mengendarai motor sendiri.

Krist memasuki gerbang sekolah dan memarkirkan motornya ditempat yang biasanya Singto memarkirkan motornya.

Krist melihat jika ada motor Singto sedang terparkir sempurna di samping motornya.

Dia segera berjalan ke kelasnya, tapi tidak melihat jika tidak ada Singto di bangku sebelahnya. Dia mengedarkan pandangan keseluruh bangku kelas dan melihat tas Singto berada jauh dari bangku yang biasa mereka bersebelahan.

Krist duduk, dia termenung hingga bell masuk pun berbunyi. Para siswa masuk kedalam kelas, Krist melihat Singto yang berjalan, tetapi tidak ke arahnya. Dia berjalan ke arah sisi kelas yang lain. Itu membuat dada Krist sesak tentunya. Berharap jika pertemuan mereka di sekolah akan saling menyalurkan rasa rindu, tetapi malah membuat sesak di dada.

"Hei Krist" Sapa seorang siswa di sampingnya.

"Hei Mix" Jawab Krist singkat.

"Singto meminta aku untuk bertukar tempat duduk, apa kamu tidak keberatan?" Tanya Mix pada Krist.

"Tidak, tentu saja tidak"

"Aku biasanya melihat kalian selalu menempel bersama, seperti kalian ini sudah direkatkan oleh lem. Tapi kenapa sekarang kalian berjauhan seperti ini?" Tanya Mix yang memang merasa ada kejanggalan dari Singto dan Krist.

"Hanya masalah kecil saja" Jawab Krist sekenanya.

Guru masuk, murid diam, mereka menyimak apa yang wali kelas mereka sampaikan. Krist sesekali melihat ke arah Singto dan tanpa Krist sadari, Singto juga sesekali melihat ke arahnya. Mereka saling melihat satu sama lain tanpa mereka sadari.

Bell istirahat berbunyi, Krist melihat Singto yang keluar dari kelas. Biasanya mereka berdua akan pergi keluar kelas bersama, pergi ke kantin berdua, tapi kali ini berbeda.

"Singto, apa kau tau betapa aku merindukanmu. Dan mungkin perasaan rindu ini sudah berbeda, ini bukanlah rindu sebagai teman, tapi rindu untuk sesuatu yang lain" Ucap Krist, bermonolog sendiri dengan pelang sambil menundukkan kepalanya.

"Krist, apa kau mau ke kantin bersamaku?" Tawar Mix.

"Ya tentu" Krist menerima tawaran dari Mix, mereka berdua beranjak dari sana, pergi menuju kantin.

Krist membeli batagor, Mix membeli Nasi uduk.

Saat Krist akan menyuapkan batagor kedalam mulutnya, dia melihat satu pemandangan yang langsung saja menghilangkan selera makannya. Melihat Singto yang tengah tertawa bersama seorang gadis cantik yang belum pernah dia lihat sebelumnya.

Krist tentu saja tidak suka melihatnya. "Mix, aku duluan saja ya ke kelas. Aku sudah membayarkan makananmu, jadi kau tidak usah bayar" Ucap Krist. Tanpa mendengar jawaban dari Mix, dia beranjak dari bangku kantin. Dadanya serasa sesak melihat senyuman tulus yang terlempar untuk gadis cantik di depan Singto.

Dia tidak pergi ke kelas, melainkan pergi ke sebuah kelas kosong yang berada di belakang sekolah, tempat dia dan Singto biasanya merokok. Ingin rasanya Krist menangis saat ini.

Seharusnya senyuman itu hanya untuknya, bukan untuk siapa-siapa, apalagi gadis itu. Krist tidak suka melihatnya, Krist cemburu.

Sedangkan waktu di kantin tadi, Singto melihat jika Krist menatap nya dan juga Singto melihat Krist yang pergi begitu saja.

"Krist, aku merindukanmu" Ucap Singto dalam hati. Setelah kejadian ciuman itu, Singto merasa bersalah. Tapi tidak mengenyahkan fakta bahwa dia menyukainya, dia menyukai bibir Krist yang lembut.

Saat di rumah pun dia berusaha untuk terlihat baik-baik saja, padahal dia sangat merindukan sosok Krist yang selalu bersamanya. Melalui malam tahun baru dengan tidak ada Krist, membuat suasana itu tidak terasa special walaupun ada ayahnya yang biasanya tidak ada di rumah karena harus berpergian keluar kota untuk urusan pekerjaan.

Bahkan dengan adanya Sarun dan keluarganya, itu tidak membuat malam tahun baru itu bukanlah hal yang istimewa. Dia hanya menginginkan Krist bersamanya, tertawa dan berdo'a supaya tahun yang akan datang akan lebih baik dari tahun ini. Biasanya itu dia lakukan setiap malam tahun baru bersama dengan Krist, tapi malam tahun baru yang sekarang terasa sangat berbeda.

Waktu di kelas, Singto sengaja untuk bertukar bangku dengan Mix karena dia merasa bahwa Krist membencinya, jadi dia berusaha untuk menghindar terlebih dahulu.

Bell masuk pun berbunyi, Krist pergi dari kelas kosong itu, berjalan menuju kelasnya, begitupun dengan Singto, dia beranjak dari kantin bersama dengan Sarun. Mereka berpisah saat sudah berada di depan kelas Sarun. Singto dan Sarun berada di kelas yang berbeda, bahkan jurusan mereka berbeda. Sarun jurusan IPA, sedangkan Singto di jurusan IPS.

"Krist, siapa gadis yang bersama Singto tadi?" Tanya Mix ketika Krist sudah tiba di kelasnya dan mendudukkan dirinya di kursi.

"Entahlah, aku pun tidak tahu" Jawab Krist.

"Aneh sekali rasanya, biasanya kalian selalu saja berdua, kini kalian seakan berpisah, bahkan seperti tidak saling mengenal" Ucap Mix mengungkapkan apa yang dia pikirkan kala melihat Singto dan Krist yang bahkan tidak saling menyapa.

TBC

This Is Love? Where stories live. Discover now