Chapter 2 : Poisonous Jungle, The Way to Survive

32 6 51
                                    

Tiga ekor kuda perkasa baru saja dikeluarkan dari bilik menemui ketiga calon tuan yang terlihat serba tanggung.

Di antara kedua rekannya, Hunter yang paling banyak membawa barang perbekalan. Ranselnya menggembung dan terlihat berbagai botol-botol kecil berisi ramuan terikat pada saku terluar. Setelah semalaman membekali diri dengan pengetahuan tentang kondisi alam Poisonous Jungle, kepalanya tak mau berhenti merangkai rencana-rencana cadangan yang mungkin akan mereka temui dalam hutan berbahaya itu. Hal itu justru membuatnya makin pening dan gelisah.

"Kamu pengin ke toilet? Mukamu kaku banget. Udah kebelet banget, ya?" Eli tiba-tiba berbisik di telinga Hunter, membuat lelaki itu melompat kaget.

"Jangan tiba-tiba muncul begitu, dong!"

Eli terkikik jahil, pandangannya beralih menyapu ke arah lorong panjang yang menempel di gedung akademi. Lorong itu secara janggal telah disesaki murid-murid lain. Karena letak lorong dekat istal berada di bagian paling belakang akademi, biasanya tak banyak yang tertarik menghabiskan waktu di tempat itu. Apalagi tak ada pemandangan menjanjikan selain bangunan istal besar yang membosankan.

"Lihat itu, apa mereka kira, kita akan menumbalkan diri atau bagaimana?" Eli meracau ketika ia menangkap tatapan iba yang kental terjurus dari para murid di lorong itu.

"Kau tidak takut? Sama sepertiku, mereka mungkin berpikir misi kali ini berbahaya. Dan terlepas dari keselamatan kita, nasib bangsa ini juga tergantung pada keberhasilan misi kita."

"Tidak ada yang perlu ditakutkan," sahut Zygo dengan suara beratnya. "Kita semua akan berhasil dan pasti kembali dengan selamat." Rambut Zygo tertiup angin secara dramatis, kilau kehijauan tersorot di antara warna gelap rambutnya. Momen itu sangat pas untuk mengakhiri ucapan yang baru saja ia lontarkan.

Hunter dan Eli saling melirik kemudian terkikik bersama. Zygo memang selalu menjadi senjata terkuat dalam grup mereka. Namun kata-katanya yang terlalu kaku dan mewawas diri dengan wajahnya yang tampan bak setengah malaikat terkadang menciptakan suasana yang kontras dan mengundang tawa—terutama untuk Eli yang memang suka menertawakan segala hal.

"Hunter." Suara seorang perempuan tiba-tiba mendekati mereka bertiga. Sesosok gadis dengan pakaian serba hitam khas asrama Pallas, tempat murid para ahli senjata yang tangguh. Gadis itu menatap Hunter ragu kemudian menyodorkan sebuah jimat kecil yang terbuat dari akar kering.

"Ini apa?" tanya Hunter sambil menerima jimat itu.

"Titipan dari Ayu. Untuk beberapa alasan dia tak bisa memberikannya sendiri ... kau-tahu-kenapa-kan?" Gadis itu menatap Hunter lurus, memaksa Hunter mengingat kejadian memalukan kemarin. Wajahnya mulai merona ketika nama "Ayu" muncul, ia meneguk salivanya yang mulai mengental di kerongkongan.

"I-iya, makasih," balas Hunter mendadak gagap sambil memalingkan muka, dan ia langsung menyesali perbuatannya lantaran Eli telah memergokinya dengan senyuman setan khas miliknya.

Lalu gadis Pallas itu melanjutkan dengan nada rendah, "Ayu berpesan, katanya ... kau jangan sampai mati."

***

Setelah tiga hari perjalanan berkuda dengan intensitas peristirahatan yang minim, Hunter dan kedua animagi-nya telah sampai di mulut kawasan Poisonous Jungle. Dari kejauhan hutan itu terlihat seperti kubah pohon raksasa yang gelap dan tak berujung, dan kekhawatiran mereka terbukti setelah merasakan pekatnya kadar racun yang tercium di udara bahkan ketika mereka belum memasuki hutan. Terlebih para kuda enggan mendekat meski mereka telah meminum ramuan khusus yang dibuat Hunter di perjalanan.

Wanderer of The DawnWhere stories live. Discover now