Bab 8: Crack in the Glass

17 4 21
                                    

Seumur hidupnya Eli merasa belum pernah memeras otaknya sekencang hari itu. Di hadapannya, sebuah tungku kecil menyala beserta cairan kelabu yang mendidih di panci menunggu untuk dieksekusi. Eli melirik Napeta yang tergeletak setelah terbagi menjadi dua—Zygo yang telah mencarikan untuknya—kemudian berbekal intuisi, Eli menceburkan sisa tanaman herbal kering yang ia temukan dalam ranselnya Hunter.

"Sialan, harusnya aku lebih memperhatikan di kelas ramuan!" Eli mendesah jengkel di balik kain yang menutupi hidungnya, lantaran ia kesulitan mengingat resep ramuan yang biasa diracik oleh tangan Hunter, sementara saat itu kondisi Hunter tak memungkinkan untuk meramu.

Sejak mereka keluar dari sarang Gloria Worm, Hunter bahkan belum membuka matanya dengan benar. Namun untung saja kesadarannya masih nyalang, lelaki itu hanya terbaring seharian dengan selubung cahaya aurora yang membungkus tubuh kurusnya—menyembuhkan diri sendiri. Sayangnya, Eli dan Zygo memerlukan ramuan vitalitas dengan segera agar dapar bernapas dengan nyaman dalam Poisonous Jungle, tatkala sisa ramuan buatan Hunter pecah di rawa beracun. Mereka tak bisa berpangku tangan pada Hunter dan terpaksa membuat sendiri ramuannya.

Sisi baiknya, mereka dapat menemukan tempat dengan langit yang sedikit terbuka di tengah Poisonous Jungle. Setidaknya udara terasa lebih sejuk dengan kadar racun yang tipis, kendati tetap saja mereka memerlukan ramuan yang dapat memproteksi mereka dari mara bahaya Poisonous Jungle.

"Kau sudah selesai?" tegur Zygo mendekati Eli dengan daging tusuk berbau sedap yang masih diselimuti asap tipis. Penampilan Zygo saat itu sangat menyedihkan, balutan perban tak rapi memenuhi wajah dan tubuhnya seperti mumi—ia tak pernah berekspektasi apa pun terhadap penanganan luka oleh Eli. Kemudian ia menatap kuali Eli dengan prihatin.

"Aku sudah berusaha, oke?" Eli mendengkus dan bangkit, meraih kudapan yang dibawa Zygo. Rambut cokelatnya yang kusut tersentak ketika Eli menyadari kelezatan masakan Zygo yang mengesankan.

"Kau membuatnya dengan daging salamander api seperti biasa, kan?" tanya Eli senewen. Pasalnya salamander api adalah monster yang paling praktis diburu, jumlah mereka juga tak ada habisnya. Namun Eli yakin bahwa daging mereka terasa sedikit tengik, bagaimana bisa Zygo menghilangkan rasa tak menyenangkan itu dalam makannanya?

"Tentu."

Eli berdecak kagum. "Wah! Harusnya kau saja yang bertugas memasak dari kemarin! Tololnya aku yang hanya menyuruhmu berburu," celetuknya sembari menepuk-nepuk lengan Zygo yang diperban, membuat si empu tangan meringis kesakitan.

"El, kau tidak bisa membuat ramuan vitalitas seperti ini ...." Baik Eli maupun Zygo terhenyak mendengar suara serak yang tiba-tiba hadir, di hadapan kuali ramuan Hunter berjongkok sembari mengaduk-aduk ramuan Eli dengan wajah nestapa. "Tak mungkin ini ... ini buruk banget."

"Hunter!" Eli segera menghambur ke arah teman masa kecilnya tersebut. Cekungan di bawah mata Hunter memberi tahu bahwa kondisi pemuda itu belum prima, tetapi setelah mendengar suara Hunter segala kekhawatiran langsung terangkat dari pundak Eli.

Saat kedua animagi tersebut berkumpul di hadapan Hunter, ia merangkul keduanya mengelilingi tungku. Sejenak, sekelumit cahaya aurora yang sejuk merambat di antara tangan-tangan Hunter. Memberikan rasa nyaman di sekujur tubuh yang lelah. Zygo menekan perbannya dan tak menemukan setitik pun rasa nyeri, perlahan ia tarik gulungan perban itu dan mendapati kulitnya yang sempat meleleh kembali utuh.

"Terima kasih, kalian telah bekerja keras." Hunter berbisik. Seluruh keletihan dan rasa nyeri yang dialaminya telah terbayar dengan terpenuhinya kedua kartu J dan Q hati yang mereka cari.

Wanderer of The DawnWhere stories live. Discover now