Chapter 6: Tears of Aurora

23 4 26
                                    

Sebelum Hunter dan Eli sempat bereaksi, sabit tulang Zygo terlebih dahulu memelesat dan menghantam kepala Gloria Worm dengan sudut tumpulnya. Monster itu memekik murka, tubuhnya yang licin dilumuri lumpur beracun menyentak permukaan rawa dan menimbulkan gemercak yang nyaring, kebisingan itu serta-merta memecah kesunyian dalam rawa yang gelap gulita.

Sontak, seruan Gloria Worm tersebut membangunkan sebagian besar saudaranya yang tampak menggeliat marah karena dibangunkan dari tidur. Ketiga anak manusia yang terlanjur terjebak dalam bahaya itu sejenak terpaku di atas kaki-kaki mereka yang kaku. Kepala mereka berdenyut memerintahkan untuk lari, tetapi tubuh mereka berkhianat, gemetar ditelan kegentaran.

Gloria Worm terdekat menghantamkan kepalanya dengan cepat ke arah tiga pemuda itu, tetapi serangannya terpental oleh sesuatu yang kokoh tiba-tiba muncul di antara mereka. Benda itu kian membesar seiring waktu, membawa Hunter dan kedua animaginya berada lebih tinggi dari permukaan rawa. Sebuah kepompong mahabesar berhasil Eli buat dalam sekejap, proses yang instan itu menuntut banyak mana yang seolah-olah bocor dari tubuh Eli.

Eli melepas tangannya dari permukaan kepompong, berutas-utas benang perak terjulur kacau di telapaknya. Kemudian ia bangkit dengan agak meloyong, tubuhnya pasti terbebani gencetan energi sihir yang baru saja meledak tanpa persiapan.

"Terima kasih, El," ucap Hunter sembari merogoh kantung tertutup di sisi celananya, dan mengeluarkan sebilah belati hitam yang mengkilat dalam kegelapan. Path of Will, belati itu adalah milik ibunya yang memang berasal dan klan bangsawan Spade, para ahli senjata. Diturunkan kepemilikannya kepada Hunter ketika anak semata wayangnya memulai sekolah di akademi.

Selama empat tahun mengantongi senjata warisan itu, Hunter sangat jarang menggunakannya untuk bertarung langsung karena ia memang jarang terjebak dalam situasi terdesak—selama ia bersama kedua animagi­-nya yang selalu sigap melindunginya. Namun saat itu mereka terpojok di tengah koloni Gloria Worm yang buas, jelas Hunter tak bisa bergantung pada siapa pun, mereka harus saling melindungi satu sama lain.

Serangan cacing-cacing Gloria Worm mulai berdatangan, silih berganti berhasil digagalkan olh ketiga pemuda itu. Tarian sabit kembar Zygo menumpas sebagian besar moncong para monster, gerakan Zygo di udara terlalu cepat bagai mata pedang raksasa yang mencincang monster cacing yang mendekati kepompong. Sekujur tubuh Zygo dipenuhi cipratan darah Gloria Worm, nodanya mengalir membasahi kepompong yang makin menyulut amarah koloni Gloria Worm.

Eli berusaha menghalau serangan dari arah sebaliknya, serangannya benang peraknya yang tajam melilit dan mengiris beberapa Gloria Worm sekaligus, tetapi tehnik tempurnya terlalu menciptakan celah sehingga beberapa monster berhasil mendekati kepompong, menuju Hunter yang mencekal Path of Will dengan erat.

"Mereka datang!" Teriakan Eli teredam jeritan para monster yang mencoba melahap mereka bertiga.

Path of Will terayun dengan gesit, menembus kulit Gloria Worm yang langsung menggelinjang mundur. Keberhasilan pertama Hunter justru membuatnya makin tegang. Berat logam belatinya dapat memuai dan bertambah sesuai keinginan Hunter, hal itu menambah keakuratan serangan Hunter tanpa ia duga. Seiring waktu, tubuhnya bergerak sesuai insting. Tiba-tiba semua latihan dan pengamatan Hunter terhadap teknik berpedang milik ibunya, milik Zygo, dan bahkan milik Ayuri Spade merasuk ke dalam kepalanya, tubuhnya terasa ringat seperti dalam lamunan.

"Awas kepalamu!" Eli menjerat rahang Gloria Worm yang nyaris menyentuh Hunter dengan benang peraknya dan menariknya dari atas kepala monster itu hingga makhluk itu melonjak-lonjak kesakitan dengan benang yang nyaris merobek mulut penuh gigi itu. Eli terlempar dan berhasil mendaratkan wajahnya diatas kepompong.

Wanderer of The DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang