Chapter 5: Whispers Among the Deaths

20 4 26
                                    

Penampakan tebing terjal yang menghimpit sebuah jurang tak berdasar menghadirkan sisi kebengisan lain dari Poisonous Jungle. Pada sepanjang teras tebing, sebuah jalan setapak yang hanya muat dilintasi seekor kuda tergelar panjang meliuk dan menukik dengan curam, terlihat sederet rombongan yang tengah melintas dengan hati-hati.

Dengus napas kuda yang gelisah berembus tepat di belakang kepala Hunter. Lelaki itu harus melambatkan langkahnya, kemudian mengusap puncak kepala kudanya dengan lembut agar mereka tetap tenang. Tak hanya para kuda, ketiga empunya—yang saat itu menuntun tunggangannya—juga harus waspada dengan keseimbangan mereka. Jika salah melangkah, pintu kematian akan dengan senang hati melahap mereka.

"Kau yakin kita berada di jalan yang benar?" bisik Eli sembari terus memeriksa ke atas dengan tegang.

"Jangan berisik, mereka akan mendengarmu," sahut Hunter dengan suara yang terbendam desau angin berbau belerang yang berembus dari dasar jurang. Beberapa kerikil batu tergelincir dari atas membuat konsentrasi Hunter makin terpecah.

Dari puncak terlihat tanduk besar monster berbentuk domba dengan mata merah dan surai gimbal berwarna hitam, mereka adalah monster penghuni tebing yang dapat berjalan vertikal melalui punggung tebing. Hanya saja saat itu mereka terlihat tengah sibuk merebutkan mangsa hingga tak memedulikan bagian bawah tebing. Eli bergidik ngeri ketika mendapati seekor monster yang mengunyah potongan kaki monster domba lainnya.

"Mereka kanibal!" Eli memekik tertahan.

Hunter mendesis singkat, takut suara Eli mungkin saja akan mengundang monster-monster di atas untuk turun. Pada medan yang sangat terbatas, mereka bahkan tidak mungkin bertahan lebih dari satu menit jika harus melawan monster Bighorn Sheep itu.

"Achoo!" Suara bersin yang meletup dengan singkat itu menggema ke sudut-sudut jurang.

Hunter dan Eli mendelik ngeri ke arah Zygo yang tengah mengusap pangkal hidungnya yang gatal. Berbeda dengan Eli dan Hunter yang menggunakan seragam berlengan panjang, pakaian Zygo saat itu kebetulan dibiarkan tak berlengan, mengekspos lekuk bisepsnya yang sempurna.

"Sudah kubilang, bajunya Zygo itu meresahkan," celetuk Eli dengan kaku. Tiba-tiba setetes darah terjatuh di wajahnya. Eli meneguk ludahnya yang menggumpal di kerongkongan, kemudian perlahan mendongak, memeriksa asal darah yang meleleh di wajahnya.

Segerombol Bighorn Sheep dengan darah segar yang melapisi mulut mereka menatap ketiga pemuda itu penuh minat. Salah satunya mendengus pejal sebelum akhirnya turun menghampiri mangsa baru di depan mata.

"Terus bergerak!" Eli menyebar jaring peraknya ke arah kaki Bighorn Sheep yang mendekat, monster itu kehilangan ritme langkahnya yang tersandung. Kakinya terlepas dari pijakan dan membuatnya terjun bebas ke jurang. Namun, sebelum monster itu benar-benar jatuh, Eli sempat melilitnya hingga tergantung di teras tebing yang mereka pijak.

Zygo dengan cepat memenggal kepala monster itu, membiarkan darah memuncrat mengotori wajah tampannya. Kemudian menyampirkan jasad Bighorn Sheep tak berkepala itu di atas kudanya, membuat jejak darah panajng di setapak.

"Kita bisa makan sate domba malam ini," celetuk Zygo enteng, tampak terbiasa dengan pemburuan makan malam yang berdarah-darah itu. Hari ke-36 dalam Poisonous Jungle, keadaan ekstrem yang hampir mustahil dihabitati menjadi nyaris teradaptasi dengan cepat berkat ramuan-ramuan dan sihir penyembuh milik Hunter.

"Apa rawanya sudah kelihatan?" desak Eli, jaring di ujung jemarinya dilumuri cairan lengket, dan tak hentinya menyembur keluar, menghalangi Bighorn Sheep menerjang kawanan mereka

Hunter mengerang. "Belum tampak! Astaga, harusnya kita sudah berada di tempat. Kita sudah berjam-jam melewati tebing." Pendakian mereka dimulai sejak tengah hari, terkadang seberkas cahaya samar tampak menyusup dari celah kanopi pepohonan. Laju kecepatan yang minim, ditambah dengan tambahan waktu untuk mengistirahatkan para kuda, mereka nyaris merayapi teras tebing selama lima jam.

Wanderer of The DawnWhere stories live. Discover now