Chapter 4: The Greatest Artist

29 4 40
                                    

"Hunter, tungkunya sudah siap," tegur Eli yang baru saja keluar dari ceruk persembunyian. Pakaiannya yang bolong-bolong belum sempat digantinya lantaran ia segera menyibukkan diri dengan persiapan operasi darurat untuk Zygo yang tergeletak di tanah beralaskan selimut seadanya.

Eli memandang Hunter yang gencar mencari sesuatu di antara semak yang memercikkan cahaya magenta ketika mendapat sentuhan. Tangan Hunter yang terus menyibak-nyibak rimbunnya semak dilapisi halimun aurora yang secara praktis langsung meralat efek alergi dari tumbuhan-tumbuhan beracun yang mengelilinginya.

Namun Hunter tak kunjung menyudahi pencariannya, hingga Eli memutuskan menghampiri temannya itu. "Hei—"

"Jangan sentuh semak itu, getahnya bisa membuat halusinasi," sahut Hunter tanpa menoleh. Sementara tangan Hunter tentu baik-baik saja dengan perlindungan sihir penyembuhnya.

"Oke, tapi apapun yang kau cari, cepatlah ... Aku takut keadaan Zygo makin kritis." Eli memperhatikan jemari Hunter yang masih menelusuri tiap tanaman dengan wajah kalut.

Flora's Page, kemampuan untuk menyerap informasi setiap tumbuhan yang Hunter sentuh dan lihat, Eli telah hafal cara kerjanya. Bakat itu menurun langsung dari Reign Heart, ayahnya Hunter yang pernah berprofesi sebagai botanikus kondang. Tak hanya bakat sihir, kecanduannya terhadap tanaman juga merasuk jauh ke dalam sel-sel Hunter seperti kanker.

Dalam Poisonous Jungle yang sangat asing, bukan tidak mungkin mereka akan nelangsa jika tak ada ensiklopedia tanaman berjalan seperti Hunter. Tanpanya, mungkin saja Eli dan Zygo akan mati dalam hitungan jam gara-gara mengkonsumsi buah beracun sembarangan.

"Ketemu." Hunter melompat dengan sebuah tanaman pakis biru yang gemuk di tangannya. "Tidak kukira aku akan menemukan pakis ini," lanjut Hunter sembari melangkah gontai menuju ceruk persembunyian.

"Kau oke, bung? Untuk apa tanaman itu?" tanya Eli mengikuti Hunter yang kelihatan kehilangan kekuatan kakinya. Ia pasti terlalu banyak menyentuh tanaman beracun, batin Eli.

"Anestesi. Zygo masih sadar, ia akan tersiksa dengan operasinya jika tak dibius."

Pakis biru mulai mengkerut di atas tungku menyala. Asapnya yang berwarna abu-abu membubung ke langit-langit ceruk. Menyelubungi kedua pemuda yang terlihat tegang itu. Eli dan Hunter telah menutup hidungnya dengan secarik kain, mengamati napas Zygo yang makin tenang seiring waktu.

"Kaubilang ini pertama kali kau melakukan operasi seperti ini?" Pertanyaan Eli membuat pelipis Hunter berkedut, memberitahunya tentang betapa krusialnya praktik itu.

"Tidak dalam skala sebesar ini. Tapi kita harus tetap melakukannya, bukan? Tangan Zygo bisa putus permanen jika tak lekas disambung." Hunter menatap Eli yang kelihatan getir. Hunter harus mengakui bahwa ia jarang sekali melihat Eli setegang itu. "Kau siap?"

Eli mengangguk dramatis. "Yah, aku tidak mau Zyg bertangan buntung saat keluar dari sini."

Percikan cahaya plasma kehijauan merekah di bawah tangan Hunter, cahaya itu makin menelan kedua tangannya dan menyebar ke seluruh permukaan tubuh Zygo. Luka-luka segar yang memenuhi tubuh Zygo sontak mengering dan tertutup dengan instan. Warna tubuh Zygo yang pucat kembali menemukan ronanya.

Hunter dapat mendengar suara gemeletak beruntun dalam tubuh Zygo, sepertinya efek sihir Blooming Dawn memicu reaksi sihir tulang Zygo yang sempat tersumbat. Tulang-tulang Zygo saling menyatu dengan cepat, sementara sihir penyembuh Hunter mengatasi kerusakan organ dan otot yang tersisa.

Anak pintar, Hunter memuji kecepatan regenerasi sel tulang dan jaringan tubuh Zygo.

"Tolong letakkan tangannya."

Wanderer of The DawnWhere stories live. Discover now