Bagian 1

207 18 0
                                    

"Sebelum kita mulai perjalanan di dalam halaman-halaman cerita ini, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu yang kamu temukan di sini hanyalah hasil imajinasi dan kreasi penulis. Setiap karakter, tempat, dan peristiwa adalah produk dari fiksi dan karangan belaka."

■□■□■□■□■

Pagi ini, seluruh warga Jakarta di gemparkan oleh berita kematian salah satu artis yang namanya baru naik daun baru-baru ini. Kalisari Chelsea, artis film laga yang dicintai warga Jakarta meninggal akibat luka tusuk. Banyak warga yang berbelasungkawa dengan menaruh bunga di depan agensi dan ikut serta dalam penguburannya.

Di kantor kepolisian pusat, tepatnya diruang rapat. Raksa Wicaksono selaku kanit gabung tim khusus kejahatan sedang membahas kasus yang menimpa Kalisari malam tadi.

"Mahesa dan Rama yang pertama kali menemukan jasad tersebut di gedung bekas pabrik sepatu yang letaknya lumayan jauh dengan perkotaan. Pelaku mengenakan jas hujan dan tidak terdeteksi cctv manapun di sekitar sana, jadi bagaimana pelaku membawa korban? Masalahnya Kalisari juga tidak terlihat di cctv sana." Tanya Raksa.

"Apakah anda tau jika jaman sudah sangat canggih? Contoh saja, dia pernah menipu kita yang mengganti wajahnya dengan wajah Komisaris polisi? Saya rasa dia bisa saja menghilangkan jejaknya di cctv tanpa menghapus filenya." Jelas Rama.

Mahesa mengacungkan tangannya, Raksa yang melihat itu menatap Mahesa lalu mengangguk.

"Harusnya kita bertanya pada tim intelijen? Sepertinya kita membutuhkan bantuan BIN?" Ucap Mahesa memberikan saran.

"Saya pikir itu ide yang bagus. Begini, pelaku sangat handal dalam teknologi. Dia juga sepertinya orang yang sangat handal dalam membunuh tanpa jejak." Tambah Rama.

Raksa dan yang lainnya terdiam, mereka sepertinya menyetujui usulan dari Mahesa.

"Nanti saya akan bilang ke Komisaris. Jika seperti itu saya titipkan tim kepada Rama dan Audrey." Raksa langsung bergegas pergi.

Audrey yang daritadi diam di pojokan langsung berdiri dan menutup pintu ruangan, Rama dan Mahesa sedikit bingung. Mereka kembali duduk dan melihat ke arah Audrey.

"Saat kalian pertama kali menemukan jasad, apa ada kode yang terbuat dari darah korban?" Tanya Audrey.

"Maksudnya kaya yang Bima lakuin dulu? Kode SJY?" Tanya balik Mahesa.

"Iya, apa kalian gak ngerasa aneh? Setelah insiden pengeboman di pulau Carnavero, tiba-tiba aja ada pembunuhan kaya gini? Dulu Bima juga jago dalam menghilangkan barang bukti dan jejak." Jelas Audrey.

"Tapi Bima udah meninggal, jadi menurut anda arwah Bima yang membunuh mereka?" Tanya Mahesa.

"Jangan sangkut pautkan kasus ini dengan orang yang sudah meninggal kapten Audrey!" Bentak Rama lalu berjalan pergi.

Audrey diam lalu duduk di salah satu kursi sambil memegang kepalanya. Mahesa yang melihat itu pun merasa iba, ia mendekati Audrey lalu mengelus punggung Audrey dengan lembut.

"Gak cuman anda yang kehilangan, saya juga kehilangan. Tapi bener kata komandan Rama, kita gak boleh menyangkutkan masalah ini dengan orang yang sudah meninggal." Ujar Mahesa lalu berdiri dan pergi meninggalkan Audrey sendiri.

■□■□■□■□■

Di kedai kopi dekat kampus Garuda Pancasila, Neva dan Alsava tengah duduk santai sambil berselfie ria guna menghilangkan kepenatan mereka setelah kelas. Saat ini, Neva dan Alsava mengambil jurusan ilmu hukum. Awalnya Neva ingin masuk sastra Indonesia, tapi tiba-tiba saja dia berubah pikiran saat tau jika Alsava masu ke ilmu hukum. Mereka sudah memasuki semester 3 dunia perkuliahan.

BIMA SAKTI 2 | IT'S NOT OVER YET Where stories live. Discover now