Bagian 5

145 15 2
                                    

NB : USAHAKAN VOTE DAHULU LALU KOMEN, SEMUANYA MURNI HASIL PEMKIRAN PENULIS. JIKA ADA KESAMAAN KATA, TEMAT, PERISTIWA ITU HANYA KEBETULAN. JIKA SUKA TOLONG BANTU SHARE KE AKUN SOSIAL MEDIAMU, JIKA SEKIRANYA TIDAK SUKA BISA DENGAN MEMBERI KRITIK DAN SARANNYA DI KOLOM KOMENTAR. VOTE DAN KOMEN TIDAK BAYAR YA. TERIMA KASIH.

■□■□■□■□■

Audrey dan Rama saat ini sedang berada di ruang kepala Kepolisian ditemani oleh Kanit Raksa. Kepala Polisi sedang marah-marah karena bocornya kode SJY oleh akun N. Audrey dan Rama pun tak bisa memberikan banyak komentar karena mereka tau jika kode itu belum di beberkan kepada siapapun, bahkan yang tau hanya detektif di tkp serta anggota forensik yang bertugas.

"Ada kemungkinan N adalah orang yang bekerja di kepolisian ya kan?" Tanya kepala polisi.

"N itu licik pak, dia bertindak seolah tau tentang semua kasus di negara ini." Jawab Kanit Raksa.

"Besar kemungkinan pembunuhan ini hanya meniru Bima Sakti saja pak, lagipula pembunuhan berkode SJY dulu dia lakukan atas dasar dendam dengan keluarga Sanjaya. Jika dilihat, korban kali ini kebanyakan tidak memiliki koneksi dengan Sanjaya." Tambah Audrey guna menenangkan kepala polisi.

Berbeda dengan Audrey dan Kanit Raksa, Rama memilih diam saja dan memperhatikan keduanya yang sedang berusaha menenangkan kepala polisi.

"Saya perintahkan agar kasus ingin segera selesai, saya tidak suka jika N ikut campur dalam kasus ini." Ucap kepala polisi dan di berikan anggukan oleh Kanit Raksa dan Audrey. Mereka bertiga pun akhirnya berpamitan untuk keluar dari ruangan kepala polisi tersebut.

Di sepanjang perjalanan, Kanit Raksa maupun Audrey tak mengeluarkan sepatah katapun. Rama yang dari tadi diam pun merasa aura tidak enak, ia segera berpamitan untuk pergi terlebih dahulu.

Saat sudah menuruni tangga dan berniat untuk ke kantor unitnya. Sesaat, Rama melihat Pandu sedang berjalan menaiki tangga ke arah ruang interogasi disampingi oleh para detektif unit anti narkoba. Karena terlanjur penasaran, ia pun berjalan ke sana dan berniat untuk bertanya.

"Yaksa." Panggil Rama.

"Iya? Eh, hormat!" Jawab Yaksa lalu memberikan hormat pada Rama.

"Dia tersangka? Kasus apa?" Tanya Rama.

"Kasus pengeroyokan anak sekolah tempo hari itu komandan, dia tersangka kedua setelah Danang." Jawab Yaksa.

"Kenapa unit kalian yang ngurus?" Tanya Rama lagi.

"Ah, begini... Sebelum menangkapnya kami mendapatkan laporan anonim jika Pandu mengonsumsi narkoba, saat kami selidiki dia terkait dengan pemasok narkoba yang sedang kami incar. Kami hanya ingin meminta alibinya dan segera mengirimnya ke unit kriminal." Jelas Yaksa.

"Kalo gitu saya boleh lihat proses interogasi nya?" Yaksa mengangguk lalu mempersilahkan Rama untuk berjalan dahulu ke ruang interogasi.

■□■□■□■□■

Hans saat ini sedang berdiri di depan meja kerja seorang laki-laki berumur sekitar 30tahun an. Laki-laki itu mengenakan jas hitam dan tersenyum pada Hans, sementara Hans hanya diam menatap laki-laki itu dengan datar.

"Saya dengar kamu di tangkap anggota BIN? Apa yang kamu lakukan Hans?" Tanya laki-laki tersebut.

"Saya tiba-tiba ditangkap, kedepannya saya akan lebih berhati-hati." Jawab Hans.

"Harus, gara-gara kejadian itu mereka tau kalo kamu keponakan presiden. Jaga sikapmu atau kamu akan benar-benar hancur." Ancam laki-laki tersebut.

BIMA SAKTI 2 | IT'S NOT OVER YET Where stories live. Discover now