Bagian 4

139 18 0
                                    

NB : USAHAKAN VOTE DAHULU LALU KOMEN, SEMUANYA MURNI HASIL PEMKIRAN PENULIS. JIKA ADA KESAMAAN KATA, TEMAT, PERISTIWA ITU HANYA KEBETULAN. JIKA SUKA TOLONG BANTU SHARE KE AKUN SOSIAL MEDIAMU, JIKA SEKIRANYA TIDAK SUKA BISA DENGAN MEMBERI KRITIK DAN SARANNYA DI KOLOM KOMENTAR. VOTE DAN KOMEN TIDAK BAYAR YA. TERIMA KASIH.


■□■□■□■□■

Smith berdiri di depan meja kerja Revalina dengan raut wajah kesal dan mata yang sudah berkaca-kaca. Ia beberapa kali menghembuskan nafas guna mengeluarkan emosinya. Revalina sendiri malah diam dan menatap Smith seolah tak ada apa-apa.

"Gimana mungkin keponakan presiden? Orang boleh mirip tapi kalo miripnya banget itu pasti ada hubungan darah bu, atau gak dia emang Bima!" Seru Smith.

"Kamu ada bukti dia Bima?" Tanya Revalina.

"Bu? Ibu sendiri ada bukti kalo dia keponakan presiden?" Tanya balik Smith.

Revalina menarik nafas lalu berdiri dan berjalan ke arah Smith. Ia berhenti saat berada di depan Smith lalu tersenyum.

"Punya kewenangan apa kamu melihat bukti yang saya punya? Saya sudah menyerahkannya ke kejaksaan, semuanya sudah cukup sampai di sini Smith. Lagi pula, kenapa kamu sangat excited sekali dengan Hans?" sindir Revalina.

Smith menarik nafas lalu berjalan keluar ruangan Revalina. Ia mengambil ponselnya dan menghubungi Reza.

"Za ini aneh banget."

"Gue tau, keponakan presiden apanya. Lepasin aja, kita awasi dari jauh." Smith menarik nafas panjang lalu akhirnya mematikan sambungan teleponnya.

■□■□■□■□■

Mahesa berlari ke arah kamar 235, ia langsung berjalan ke arah kamar dan melihat tanda yang Audrey sebutkan. Mahesa terdiam cukup lama lalu memfoto tanda tersebut.

"Gak mungkin dia hidup." Lirih Mahesa.

"Mungkin saja, lagian jasadnya tidak ditemukan." Saut Rama yang sudah berdiri di belakang Mahesa.

"Apa ini masuk akal? Anda sendiri yang bilang agar saya tidak boleh mempercayai orang yang sudah meninggal." Ucap Mahesa dengan memandang Rama tak terima.

"Kemungkinan bisa terjadi di dunia ini, lagipula saya bilang mungkin saja bukan iya." Jawab Rama lalu berjalan pergi.

Mahesa memijat dahinya lalu melihat ke arah sekitar kamar, ia melihat Audrey dari ambang pintu.

"Apa?" Tanya Mahesa.

"Dia masih hidup, kita menolak fakta itu." Ucap Audrey.

"Anda seorang detektif, jangan berharap dengan orang yang sudah meninggal." Jawab Mahesa lalu keluar ruangan melewati Audrey.

"Dia punya pola." Langkah Mahesa terhenti saat Saga yang tiba-tiba saja berbicara dari arah dapur.

Ia melihat ke arah Saga begitupun Audrey yang perlahan berjalan mendekati mereka berdua.

"Dia mau mayat ini di temukan." Ucap Saga dengan serius.

"Maksudnya?" Tanya Mahesa.

"Bau saus ikan ini asalnya dari seluruh ruangan, jika lebih di teliti lagi baunya menyengat saat kita mencium lantai. Lihat tekstur lantai ini, banyak semut juga. Itu tandanya pelakunya mengepel lantai menggunakan saus itu agar baunya tercium dan korban segera di temukan. Mungkin, dia sudah memprediksi kematian korban lain di rooftop." Jelas Saga.

BIMA SAKTI 2 | IT'S NOT OVER YET Where stories live. Discover now