24

1.5K 31 9
                                    

Pras segera dilarikan ke rumah sakit dengan kondisi luka di kepalanya. Bella yang diberitahu tentang masalah ini langsung pergi ke rumah sakit, tidak peduli lagi kalau Hartawan akan marah padanya.

"Siapa yang menyuruhnya datang?" tanya Hartawan saat melihat Bella ke rumah sakit dengan derai air mata yang menetes karena kondisi Pras.

"Papa puas sekarang? Semua ini karena Bella. Papa mencelakai Pras juga karena Bella." Bella berteriak pasa Hartawan, dia memukul tubuh Hartawan.

"Kalian selalu bersikap keras kepala, menurut kalian semua tentang uang. Kebahagiaan Bella bukan karena itu, Bella hanya butuh kalian ada di samping Bella. Tidak menuntut keberhasilan, nyatanya apa keberhasilan itu kalian dapatkan? Tidak. Aku hancur karena orang yang kalian percaya. Sekarang saat aku menemukan kenyamanan pada diri Pras, kalian melukainya. Tidak berhak kah aku bahagia? Haruskah aku mati saja, Papa?" Tubuh Bella melorot, dia menangis bahkan menjerit menyalahkan Hartawan sudah melukai Pras.

Benturan keras membuat kening sebelah kanan Pras mengalami luka mengganga, dia mengalami gagar otak sedang, untungnya dia masih sadarkan diri saat hal itu terjadi, tapi tetap saja kepalanya terbentur dan memgeluarkan banyak darah.

"Maafkan Mama, kita terlalu keras padamu. Jangan seperti ini, Mama hancur melihatmu seperti ini. Maafkan Mama, Nak." Maryana memeluk tubuh ringkih Bella yang terduduk di lantai rumah sakit yang dingin.

Hartawan hanya diam, seperti di tampar keras oleh kenyataan, dia kembali teringat bagaimana Pras terjatuh tadi. Rasa bersalah itu menghantuinya, dia tidak pernah berpikir untuk melukai Pras, tapi semua terjadi. Pras terdorong olehnya dan terluka.

Rasa malu dan juga kecewa akan masalah yang menimpa Bella membuatnya hilang akal. Apalagi Bella terus menyalahkannya. Pikirannya sudah pusing dengan masalah putrinya, belum lagi bagaimana jika rekan kerjanya tau, putrinya diperkosa oleh guru Les nya sendiri. Itu membuat Hartawan gelap mata.

"Hasil MRI tidak menunjukan luka pada otaknya. Benturan hanya mengenai area luar kepala, itupun karena benturan benda tumpul. Pasien sudah sadarkan diri, kalian bisa melihatnya," jelas Dokter pada Bella dan keluarganya.

Bella yang mendengar itu segera masuk ke ruang UGD, tampak Pras sedang terbaring lemah di atas brankar pasien. Keningnya terbalut perban setelah Dokter menutup lukanya.

"Pras," panggil Bella yang duduk di samping Pras yang memejamkan mata walau tidak tidur. Dia memegang lengan Pras yang tidak ada alat medis di sana.

Rasa khawatir membuat Bella tidak berhenti menangis, namun saat dia ingin bicara pada Pras lebih dekat, tangan Pras menyingkirkan tangan Bella dan memalingkan wajah. Pras enggan melihat Bella, dia ingin melakukan apa yang menjadi kemauan Bella, walau hatinya terasa sakit.

"Pras." Bella menatap Pras yang membuang wajahnya dari Bella.

"Pergilah, aku ingin sendiri," jawab Pras dengan suara lirih.

"Tidak. Aku ingin di sini bersamamu. Maafkan aku sudah membuatmu terluka, tolong maafkan aku, Sayang." Bella memegang lengan Pras lagi tidak peduli jika Pras berusaha menghindarinya.

"Kau lihat sekarang, ini yang kau mau. Jadi pergilah, nikmati apa yang menjadi pilihanmu." Pras kembali menolak Bella yang ingin bersamanya.

"Maafkan aku, Sayang. Aku ingin bersamamu. Aku--"

"Apa kau tidak mendengarku! Pergi dari sini, aku tidak ingin nelihatmu." Kenapa Pras bicara seperti itu saat dia tadi jatuh karena ingin menyelamatkan Bella dari papanya yang mengunci dirinya di kamar.

Bella mundur selangkah. Pras tidak ingin lagi bersamanya. Dia mengusir Bella agar pergi darinya. Dengan perasaan hancur Bella pergi setelah Pras meminta pada perawat untuk mengusir Bella. Dia tidak ingin bertemu dengan siapapun.

Sekitar 2 jam setelahnya, Edo datang. Dia sedikit berlari dan menghampiri Bella yang masih menunggu Pras di luar ruangan UGD.

"Perawat yang memberitahuku, Pras ingin pulang," ujar Edo pada Bella. Padahal sejak tadi Bella menunggunya tanpa ingin pergi dari tempatnya.

"Apa kalian bertengkar?" tanya Edo.

Bella hanya mengangguk pelan menjawab pertanyaan Edo, setelahnya dia masuk UGD untuk bertemu dengan Pras yang minta di jemput oleh Edo.

"Kau butuh kursi roda?" tanya Edo pada Pras yang coba turun dari brankarnya.

"Tidak. Kakiku tidak patah untuk duduk di kursi roda," jawab Pras.

"Tapi tubuhmu masih lemah. Bukankah lebih baik kau memginap di sini saja. Kondisimu sedang tidak baik," jelas Edo. Dia coba menasehati temannya yang keras kepala.

"Jangan banyak bicara. Aku menyuruhmu datang untuk membawaku pulang bukan mendengarkan omelanmu," gerutu Pras.

Dengan langkah kaki lemahnya, Pras berjalan dibantu Edo untuk meninggalkan rumah sakit. Bella yang melihat Pras keluar ruang UGD segera menghampirinya.

"Pras," panggil Bella lirih, namun Pras tidak menghentikan langkahnya, sedikitpun dia tidak menoleh ke arah Bella yang sedang bersama Maryana.

"Kenapa pulang, pulihkan dirimu di sini, Nak. Jangan memaksakan dirimu," ucap Maryana.

"Seperti keinginan suami Anda. Aku akan pergi, tidak akan aku menoleh ke belakang lagi saat aku sudah memilih apa yang ingin aku lakukan. Jadi, larang putri Anda untuk datang padaku lagi, tapi jangan memaksanya, dia mengalami serangan panik, jangan sekalipun kalian membuatnya bersedih. Harusnya ini menjadi pelajaran untuk kalian, atau Anda ingin melihat putri Anda mati dulu baru kalian sadar?" Setelah mengatakannya, Pras kembali melanjutkan langkahnya. Membiarkan Maryana dan juga Bella berdiri menatapnya.

Dia memilih melepaskan Bella, walau dengan berat hati, dia tetap ingin melepaskan Bella seperti keingin Bella pada Pras.

"Sebenarnya ada apa? Kenapa kau bisa terluka seperti sekarang?" tanya Edo saat sampai di dalam mobilnya.

"Jangan bawa aku pulang, biarkan aku bermalam di Hotel," ujar Pras, tanpa menjawab pertanyaan Edo.

"Tidak. Aku ingin tetap membawamu pulang," sahut Edo.

"Kalau kau mau melihatku mati di hadapan Papa tidak apa-apa, bawa aku pulang saja." Jika sudah membahas tentang papanya, Edo mengerti apa yang harus dia lakukan.

"Kau yakin ke Hotel, tidak ke rumahku saja?" tanya Edo.

"Aku tidak mau membuat keluargamu terkena masalah. Turuti saja, aku ingin sekali membaringkan tubuhku, rasanya sangat sakit," jawab Pras.

"Kita ke rumah sakit saja, Hm?"

"Jika kau bertanya sekali lagi, sebaiknya turunkan aku di jalan. Aku bisa mengurus diriku sendiri." Tanpa membantah lagi, Edo melajukan mobilnya ke sebuah Hotel.

Edo segera memesankan kamar untuk Pras, dan mengantarkan Pras ke kamarnya. Dia membiarkan Pras berbaring, karena Pras mengeluhkan sakit di keningnya, mungkin saja disebabkan obat bius pasca operasi di keningnya hilang.

"Bella--" rintih Pras lirih. Dia memanggil nama Bella dalam tidurnya.

Edo hanya bisa menatap temannya keras kepalanyan itu, dia tau apa yang Pras lakukan karena dia ingin membuat Bella tidak terbebani karena dirinya.

"Bella--" Kembali Pras memanggil Bella dalam tidurnya. Semua seperti sulit untuk mereka berdua, padahal saat orang tua mereka bisa melihat keinginan putra putrinya, pasti ini semua tidak terjadi.


Mau dobel update gak?

BELLA (Hilangnya Sesuatu Yang Berharga)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang