"Kenapa? Ayo masuk," ajak Pras saat baru sampai di rumah Bella. Dia mengantarkan Bella masuk bertemu papanya, yang pasti akan sangat marah.
Pras mengulurkan tangannya agar Bella menggandeng dan masuk tanpa rasa ragu. Bella hanya takut, jika papanya akan bicara yang tidak-tidak pada Bella.
"Akhirnya kau membawanya pulang juga. Apa seperti ini kau memperlakukan putriku? Kau menyuruhnya untuk datang di malam hari. Kau sudah berbuat apa padanya?" Belum juga menyapa ataupun basa basi, Hartawan sudah bicara yang tidak- tidak seperti yang Bella takutkan.
"Papa, apa yang Papa katakan. Bella yang mau pergi, kenapa Papa menyalahkan Pras?" Bella membantah ucapan Papanya.
"Masuk kamar sekarang!" Bentak Hartawan pada Bella.
Bella menatap Pras dan mendapatkan anggukan, tidak ingin Bella berdebat dengan papanya.
"Jika bukan karena mental putriku, aku tidak mau kau menginjakkan kakimu di sini. Kau memberinya luka, bagaimana kau bisa menjaganya saat kau sendiri yang melukai hatinya," ucap Hartawan.
"Pras, sebaiknya kau pulang, Nak, jangan pedulikan ucapannya. Terima kasih sudah menjaga Bella untuk Mama. Jaga kesehatan, kau masih tampak pucat," sahut Maryana, dia meminta untuk Pras pergi sebelum Hartawan bicara yang tidak-tidak lagi.
"Maafkan saya, Tante, saya permisi," ujar Pras.
"Lihatlah, kau itu memang berbeda dengan Edo. Dia tidak pernah membawa Bella sampai bermalam, tapi kau malah baru mengantarkannya pulang," ketus Hartawan, dia melihat Edo baru masuk saat Pras akan pergi. Seperti kesempatan untuk Hartawan ingin membandingkan mereka berdua.
Pras hanya menatap sekilas ke arah Edo, dia tidak menyangka saja jika sahabatnya itu akan menjadi lawannya sekarang. Hartawan lebih memilih Edo untuk putrinya.
"Sudahlah, Nak. Maaf bukan Mama ingin mengusirmu, tapi aku tidak mau kalian berdebat di sini," ucap Maryana lirih.
"Pras akan pulang. Maaf," jawab Pras sambil berjalan melewati Edo yang menatapnya. Dia benar-benar tidak peduli dengan Hartawan yang terus menyudutkannya. Daripada Bella nanti akan kabur lagi dari rumah, itu pikirnya.
Dari balkon kamar, Bella melihat Pras yang baru keluar rumahnya. Dia segera menghubungi Pras.
"Kau yakin tidak ingin aku antarkan?" tanya Bella.
"Bagaimana bisa, saat aku mengantarkanmu pulang, kau mengantarkanku pulang juga. Aku tidak apa-apa, Daesy akan menjemputku. Jangan berdebat dengan papamu, jika tidak mau mendengarkan apa yang dikatakan, cukup diam dan masuk kamar, hindari dia. Jangan melawannya, dia bersikap seperti itu karena khawatir padamu," jelas Pras. Walau dia terluka karena ucapan Hartawan, tapi dia tidak mau Bella sepertinya.
"Maafkan aku, Pras."
"Iya, sayang. Sudah aku tutup teleponnya. Kau hati-hati, dan ya, ada Edo di bawah, apa kau tidak menemuinya? Siapa tau dia akan membicarakan tentang pernikahan kalian," goda Pras sambil tersenyum diujung kalimatnya.
"Aku milikmu, Pras. Tidak ada yang bisa memilikku selain dirimu. Aku tidak berniat untuk dekat dengan Edo. Biarkan dia menikah dengan Papa saja," sahut Bella.
"Sudah, itu mobil Daesy, aku pulang."
"I love you, sayang," ucap Bella, namun bukannya menjawab langsung, Pras hanya diam.
"Sayang--"
"Aku hubungi lagi nanti," jawab Pras, setelahnya dia mematikan sambungan telepon. Dari ucapan Pras dia sepertj terkejut dengan sesuatu.
Bella masih menatap ke arah Pras berada, benar saja mobil Daesy sudah ada di depan rumahnya, namun seseorang yang keluar dari mobil itu bukan Daesy. Pras seperti sedang berdebat dengan wanita itu, dia bahkan menghempaskan tangan wanita itu, tidak begitu jelas itu siapa, tapi Pras tampak tidak suka dengan adanya wanita itu.
"Apa dia adiknya yang lain?" Bella jadi ingat, kalau Pras memiliki 2 adik, tapi kenapa dia tadi tadi melihatnya, dan dia pikir tidak ada di rumah Pras.
"Non, Papa menyuruh untuk turun ada Den Edo di bawah." Panggilan Mbok Yem membuat fokus pada Pras terbuyarkan, tapi Pras terlihat segera masuk mobil Daesy dan pergi.
"Bella sedang lelah, Mbok. Bella ingin tidur saja. Biarkan Papa yang berkencan dengannya, kenapa juga dia terus datang. Bikin orang semakin tidak suka saja,' sahut Bella.
"Jangan gitu, Non. Den Edo terlihat baik," jawab Mbok Yem.
"Lalu jika begitu, apa Pras terlihat menyeramkan untuk kalian? Apa begitu Mbok?" Bella menatap kesal ke arah Mbok Yem.
"Bukan begitu, Non. Den Pras orang yang sopan, sayangnya Bapak tidak menyukainya. Bukan Mbok tidak suka, hanya saja pemegang kendali di rumah ini Bapak, jadi--"
"Sudahlah, Mbok. Aku ingin sendiri. Aku tidak akan turun, bilang itu pada Papa." Setelah Mbo Yem keluar, Bella segera mengunci pintu dari dalam, seperti apa yang Pras katakan, dia lebih baik menghindari perdebatan dengan papanya.
Bella lebih memilih memikirkan Pras, tadi sebelum pulang menjadi hal yang membahagiakan untuknya setelah 5 tahun, Bella begitu menikmatinya.
***
"Kenapa kau di sini?" tanya Pras dengan nada bicara yang datar, ekspresi yang enggan untuk bertemu dengan wanita yang sedang bersamanya.
"Memangnya kenapa? Aku datang untuk menemui calon suamiku, tidak ada yang salah untuk itu," jawabnya dengan senyum santai.
"Siapa yang kau anggap suami? Kau itu sudah mengecohkan diriku saat kau sendiri yang meminta pada Papa untuk perjodohan ini," sahut Pras.
"Kau tau tentang itu, sayang sekali." Wajahnya seperti berpura-pura bersedih saat ini memang rencananya sejak awal.
"Berhenti bersikap seperti korban saat kau sendiri pelakunya. Hentikan mobilnya, aku ingin turun di sana saja," jelas Pras.
"Tunggu, Sayang. Aku ini calon istrimu, jadi bersikaplah baik padaku," ucap Jessica, wanita yang bersama Pras itu calon istrinya yang Ibu tirinya kenalkan padanya.
Awalnya Jessica seperti menolak perjodohan itu, tapi kenyataannya dia yang meminta untuk menikahi Pras, karena Abisatya sedang kerja sama dengan orang tua Jessica, dia memanfaatkan hal ini. Siapa yang tidak tertarik dengan pria tampan seperti Pras. Wajahnya begitu tegas dan berwibawa. Belum lagi, Pras sosok yang tangguh, sejak kecil dia melihat kecurangan yang sang Papa lakukan pada Ibu kandungnya.
"Oh ya, wanita yang kau ajak bercinta tadi, apa itu Bella Almera?" Jessica bahkan tau nama lengkah Bella, dia sepertinya mencari tau identitas Bella.
"Kenapa wajahmu tampak terkejut seperti itu. Aku melihatnya sebentar, kau itu memang tangguh, aku harap kau juga memperlakukan diriku seperti itu kelak," imbuh Jessica dengan senyum kekecewaannya.
Jessica melihat Pras bercinta dengan Bella saat dia akan memberikan kejutan, terlihat dari pintu yang sedikit terbuka, Jessica melihat Pras yang sedang memadu kasih dengan Bella. Rasa kesal, marah dan kecewa dia rasakan, namun bisa apa saat memang tidak ada rasa cinta di hati Pras untuknya.
"Kalau aku bilang padanya, aku ini calon istrimu, apa tanggapan gadis itu?" tanya Jessica.
"Katakan saja, dia tidak akan terpengaruh dengan ucapanmu itu," jawab Pras.
"Benar juga. Dia begitu cinta padamu, jika aku mengatakan sudah bercinta denganmu bagaimana? Perempuan mana yang mau kekasihnya tidur dengan wanita lain saat dia begitu berharap kehadirannya. Apa ucapanku mengingatkan mu sesuatu?" Jessica berusaha mempengaruhi Pras dengan ucapannya.
....
Nb: kurang beberapa bab ssja nih biar gak di bilang belibet lagi. Semoga endingnya sesuai harapan yaaaa
Jangan lupa like and comment
KAMU SEDANG MEMBACA
BELLA (Hilangnya Sesuatu Yang Berharga)
Romanceadegan panas, skip saja jika tidak suka. Baca--Bintang--Komen--Follow