"Ada apa? Aku sedang bekerja," jawab Pras dari sambungan telepon.
"Aku akan menunggumu sampai pulang kerja. Kirimkan alamatnya padaku," sahut Bella. Dia tidak ingin pulang sekarang, dia ingin bersama Pras.
Dengan memgedari mobil sendiri, Bella menuju ke tempat Pras mulai bekerja. Dia tidak menyangkan jika Pras mau bekerja seperti sekarang.
Sesampainya di Cafe atau bisa di debut juga Bar, Bella menunggu Pras di mobil. Dia tidak mau turun, takut mengganggu Pras yang sedang bekerja. Jam menunjukkan pukul 12 malam saat Bella sampai di tempat Pras bekerja.
Dia belum juga mengganti pakaiannya, dia masih mengenakan kimono yang dia kenakan sejak dari rumah. Ponselnya terus berdering, namun dia tidak ingin menjawabnya. Apalagi itu dari Hartawan yang pasti akan memarahinya. Tidak peduli sudah begitu malam, Bella tetap menunggu sampai dia tertidur sejenak di mobil.
Tok tok tok
Suara ketukan jendela mobil membangunkan Bella yang baru terlelap. Terlihat itu Pras yang sedang berada di luar mobil sambil membawa helmet yang dia kalungkan di lengannya.
"Kau kabur dari rumah?" Itu kata pertama yang keluar dari mulut Pras saat melihat Bella yang hanya mengenakan handuk kimono. Dia juga tersenyum melihat itu.
"Bisa aku pulang bersamamu malam ini?" tanya Bella yang masih di dalam mobil. Dia enggan untuk keluar mobil dengan pakaian yang di kenakan.
"Katakan ada apa? Jika tidak sebaiknya aku antar kau pulang saja," jawab Pras. Sekarang dia duduk berjongkok dan menatap Bella yang juga duduk menghadap dirinya.
"Edo ingin menikahiku, dia bicara dengan Papa ingin menikah denganku. Dia itu sudah gila, aku tidak mau menikah dengannya. Tidak akan pernah," tegas Bella.
"Hanya masalah itu? Apa dia tidak berusaha untuk merayumu dengan pakaian seperti ini?" Pras tampak santai mendengar penjelasan Bella tentang Edo. Dia tidak marah ataupun bertanya apa Bella mau.
"Pras," rengek Bella saat Pras malah menggodanya.
"Sebaiknya kita pulang. Aku titipkan motorku dulu. Tidak mungkin juga kita pulang menggunakan motor saat pakaianmu seperti ini," jelas Pras sambil tersenyum di ujung kalimatnya.
"Aku bawa pakaian ganti." Bella menunjuk piyama yang dia bawa, bodoh memang kenapa dia malah membawa piama saat memilih pergi dari rumah.
Pras kembali tertawa melihat itu, dia mengusap ujung kepala Bella dan mengacaknya gemas. Setelahnya dia kembali ke dalam Cafe untuk menitipkan motor ke temannya.
Tak lama Pras juga kembali ke mobil, menyuruh untuk Bella bergeser ke sisi bangku kemudinya. Meski terlihat banyak diam, tapi Pras sering tersenyum. Dia benar-benar berbeda. Jika dulu dia menjadi pujaan wanita karena mulut manisnya, tidak untuk sekarang. Dia lebih banyak diam, dan terlihat dingin.
"Apa?" tanya Pras saat Bella terus menatapnya, padahal Pras sendiri sedang fokus ke jalan.
"Apa kau tidak marah saat aku akan menikah dengan Edo?" tanya Bella.
"Jika kau setuju dengan tawaran Edo, kenapa kau kabur. Lalu kenapa juga aku marah saat aku tau jawabannya," jawab Pras. Benar juga apa yang dikatakan Pras. Dia tidak perlu marah, dia menyikapi masalahnya dengan tenang.
"Benar juga, tapi kita akan ke mana sekarang?" tanya Bella.
"Aku ingin mengantarkanmu pulang. Aku rasa Edo juga sudah pulang, tidak mungkin dia terus di rumahmu kan," ujar Pras.
Bella pikir Pras akan membawanya ke basecamp, nyatanya Pras mengantarkannya pulang. Hal itu seketika membuat mood Bella jelek. Dia merasa kesal saat Pras mengantarkannya pulang.
"Aku tidak bisa pulang, jadi aku tidak mau kau ikut ke basecamp bersamaku. Mereka pasti sedang berkumpul di sana sekarang. Jangan membuat orang tuamu membenciku lagi karena ini. Aku tidak mau itu." Sikapnya sekarang lebih dewasa, dia hanya tidak ingin Bella terkena masalah dari orang tuanya.
Bella menurut saja apa yang Pras katakan, dan benar saja, jika Pras mengantarkannya pulang. Dia juga bertemu dengan kedua orang tua Bella, bahkan Hartawan menatapnya tajam. Padahal Bella memang kabur dengan pakaian yang seperti itu.
"Saya permisi kalau begitu," pamit Pras setelah membiarkan Bella masuk bersama Maryana.
"Aku harap kau tidak memanfaatkan kesempatan ini. Putriku memang mencintaimu, jangan kau buat dia sakit hati karena ulahmu, jangan juga mempermainkannya," tegas Hartawan.
"Jika saya boleh mengingatkan, saya memilih pergi, namun kalian yang memintaku untuk membantu Bella. Sekarang saat Bella bersamaku, kenapa Anda terkesan tidak setuju. Jika seperti ini, lebih baik saya mundur saja. Jangan biarkan putri Anda bertemu dengan saya," jelas Pras. Sudah untung Pras mau dekat dengan Bella, namun sikap Hartawan seakan tidak suka putrinya pulang bersama Pras.
"Kau itu tetap tidak memiliki sopan santun, beda dengan Edo, dia tampak baik dan tidak sepertimu," jawab Hartawan.
"Jika seperti itu, silakan saja Anda buat putri Anda tidak bertemu dengan saya. Saya bukan ingin mempermainkannya, sejak awal saya ingin melindunginya. Namun, saat Anda berpikir apa yang saya lakukan hanya untuk mempermainkan Bella, Anda salah. Saya tidak setegah-setegah untuk membela putri Anda walau saya tau akan terluka nantinya. Saya mohon sebelum Anda bicara, tolong pikirkan dengan matang. Saya permisi." Pras kemudian memilih pergi. Berjalan keluar rumah Bella tanpa mengendarai mobil Bella.
Hartawan terdiam, sikapnya memang tidak bisa ditebak. Kemarin dia ingin Pras membantu putrinya, sekarang saat Bella sendiri yang menghampiri Pras, malah Hartawan menyalahkan Pras.
"Kau sudah tidur?" Pras coba menghubungi Daesy di jam 2 dini hari. Dia tidak bisa pulang karena dompetnya tertinggal di mobil Bella, tidak mungkin dia kembali setelah bicara banyak hal pada Hartawan.
"Kakak ... kau tau ini jam berapa? Kau mengganggu tidurku," gerutu Daesy yang memang sudah tidur dengan lelap.
"Tolong jemput aku. Dompetku tertinggal," jawab Pras.
"Bukankah lebih baik Kakak naik taksi dan bayar di tempat, memangnya tidak bisa begitu?" tanya Daesy pada Kakaknya itu.
"Benar juga. Kenapa aku lupa tentang itu. Ya sudah aku tutup teleponnya," jawab Pras dan segera Daesy menutup sambungan teleponnya.
Pras harus berjalan agak jauh untuk mencari taksi online, sampai dia bertemu dengan seseorang yang tidak dia harapa bertemu.
"Prasetya Dewangga, kau terlihat sehat sekarang. Aku pikir kau sudah pergi dan tidak kembali pada kekasihmu itu," ucapnya.
"Senang bertemu denganmu lagi. Apa kau pikir aku akan mati setelah kau menyambitku dengan parang itu. Hanya koma sebentar saja, tidak membuatku mati." Benar juga, Abisatya pernah bilang jika Pras sedang koma, ternyata itu benar. Tapi karena apa Pras bisa koma, dan dia bertemu dengan siapa dia malam seperti ini?
"Padahal nyaris saja, aku puas waktu itu sebelum Papamu itu membuatku seperti sekarang, tapi tenanglah, aku tidak ingin membunuhmu sekarang, kau butuh tumpangan?" tanya orang itu pada Pras yang tersenyum sinis.
KAMU SEDANG MEMBACA
BELLA (Hilangnya Sesuatu Yang Berharga)
Romanceadegan panas, skip saja jika tidak suka. Baca--Bintang--Komen--Follow