Andres itu suka malam, tidak suka sunset. Tetapi ia menyebutnya pengawal malam.
Skha itu suka awan, sunrise, dan suka pantai. Banyak hal yang ingin ia lakukan bersama Andres, jika Tuhan mengizinkannya.
Menjalani kehidupan tanpa arah tujuan sangatlah...
Skha menajamkan penglihatannya sekali lagi, apakah ia tidak salah lihat? Namanya tertera sebagai siswi yang mewakilkan sekolah ke Olimpiade Sains Internasional? Gadis itu hampir pingsan, kerja kerasnya selama ini tidak sia-sia.
Walaupun hanya ke sepuluh, setidaknya ia sudah bekerja keras untuk mendapatkan semua itu. Apalagi ia satu tim dengan Andres dan kedua sahabatnya. Sungguh, Skha sangat bersyukur karena bisa diberikan kesempatan untuk tampil dan membuktikan kepada dunia, bahwa Indonesia juga punya deretan anak bangsa yang berprestasi.
Namun, kebahagiaan itu seketika sirna. Skha membaca sebuah nama yang berada di peringkat kedua belas, atau nama terakhir yang berhasil lolos dalam seleksi. Agam Daniswara Abadi—lelaki itu sepertinya memang sengaja mengikuti seleksi yang sama. Tetapi, untungnya mereka tidak satu tim, dan itu sedikit membuatnya tenang dalam beberapa waktu ke depan.
"Nggak ekspek banget gue lolos." Anaya masih tidak percaya, bahkan ia berhasil menduduki peringkat keenam dengan nilai yang memuaskan. Bukan rahasia umum lagi jika mereka bertiga itu memang sangat pintar.
"Gue ngalahin Kak Andres, keren banget ya gue!" Jihan tertawa bangga, akhirnya ia bisa mengalahkan kakak kelasnya di seleksi kali ini. "Tapi kayaknya gue nggak mungkin bisa ngalahin Kak Bryan sama Kak Alvaro." Gadis menatap kedua sahabatnya.