- alzheimer -

1 0 0
                                    

sumber: pinterest

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

sumber: pinterest

•••

"Cantik, ya?"

Pertanyaan itu terdengar jauh lebih jelas dari apa pun yang bersuara di ruangan itu, tetapi tetap tidak mampu menarik perhatian Jiana. Gadis itu malah sibuk memperhatikan akuarium yang bahkan ikannya tidak cantik-cantik amat. Akan tetapi, laki-laki di sampingnya hanya tersenyum maklum dan kembali berusaha menarik perhatian Jiana dengan menyentuh punggung tangannya. "Ji, lihat! Warna fotonya berubah."

Jiana langsung menoleh ke arah album foto yang dipegang si lelaki. Laki-laki itu membolak-balik halaman album yang sama sembari menertawakan warna foto yang berubah. Dari halaman hitam putih ke halaman berwarna, begitu terus sampai Jiana pikir dia orang bodoh. Huh, laki-laki itu memang bodoh, tetapi tidak tahu kenapa Jiana malah tertawa karenanya.

Seiring dengan gelak tawa yang mereda, laki-laki itu memandang Jiana dengan tatapan yang meneduhkan. Lantas bertanya, "Cantik, ya?"

Masih pertanyaan yang sama, pun dengan objek foto yang sama.

Jiana mengangguk. "Cantik. Pacar kamu?"

"Iya!" Jawabnya antusias. "Cantik banget, ya?"

Jiana mengangguk. "Iya, cantik."

Masih dengan posisi yang sama, laki-laki itu menatap netra Jiana lebih dalam dari sebelumnya. Diselipkannya anak rambut Jiana yang menghalangi wajah, diusapnya puncak kepala itu dengan cara amat lembut. Dia tak pernah melakukan hal ini kepada siapa pun sebelumnya, Jiana yang pertama dan satu-satunya.

"Pacar aku cantik banget, Ji."

Jiana tak bereaksi, hanya diam menikmati sentuhan si laki-laki. Sampai tiba-tiba gagasan konyol melintas di otaknya. "Aku pacar kamu?"

Sepasang mata yang sedari tadi menatap Jiana dalam memerah, seperti tengah menahan tangis. Dalam sorotnya, Jiana mendapati rasa sakit. Namun, laki-laki itu hanya mengangguk kecil seraya berujar, "Em-hem. Kamu pikir siapa lagi cewek cantik yang bisa narik atensiku? Mbok Darmi?"

Jiana seharusnya tertawa menanggapi gurauan itu, tetapi keterdiamannya justru semakin nyata.

luminosityOnde histórias criam vida. Descubra agora