Jeno

526 26 5
                                    

Sampai detik ini, Sungchan belum sanggup membaca chat dari Jisung. Jisung tentu memborbardir handphonenya dengan pesan pesan kerinduan, tetapi Sungchan belum mau melihatnya.

Sungchan gelisah. Masalah ini membuatnya stress. Tetapi di satu sisi ia tak boleh stress karena kandungannya tergolong masih lemah. Ia tak mau anak anaknya kenapa napa.

Sungchan selalu menghela nafas sambil mengusap perutnya. Ia hanya ingin menenangkan si kecil di perutnya.

"Kenapa ini bisa terjadi tuhan?" Air matanya luruh mengingat semuanya.

"Babies jangan sedih ya? Bunda sama papa akan segera selesaikan ini dengan cepat. Biar kita tenang lagi seperti kemarin marin." Sungchan mengusap perutnya dengan lembut.

"Bunda gak tahu kalian laki laki atau perempuan. Apapun itu, bunda sama papa akan sayaaaannggg sekali sama kalian."

"Bunda sedih banget. Sakit banget hati bunda."

"Bunda mau ini segera berakhir." Air mata Sungchan menetes. "Tolong aku tuhan..".

🌺🌺

Sungchan menghampiri dapur. Disana ada ayahnya yang tengah makan siang. Ia menghampiri sang ayah. "Ayah."

"Kenapa nak? Kamu abis nangis? Berantem sama pacarmu ya? Kok bisa sih kan belum seminggu jadian." Tanya ayah bertubi tubi. Heran dmelihat wajah sang anak yang memerah. Tangisan Sungchan kembali terdengar. "Ih gak ayaaah! Hikss..hikss.."

"Lah kok nangis sih. Ada apa? Kamu mau sesuatu? Atau cucu ayah mau sesuatu?" Tanya ayah lagi. Merasa bersalah menyentil mood anaknya yang saat ini sudah hamil.

"Mau pinjem motor..hikss.."

"Buat ngapain? Mau kemana? Kamu tuh lagi hamil Chan. Nanti kalo kenapa napa bahaya! Masih 3 bulan jangan macem macem lah!" Elak ayahnya.

"Mau jalan jalan..hikss!"

"Jalan jalan sama ayah aja ya. Jangan sendirian."

Tangisan Sungchan semakin kencang. Hingga akhirnya sang ibu datang karena mendengarnya. "Sungchan. Kamu kenapa nangis nak? Yah, kamu apain sih anaknya? Dia tuh lagi hamil!"

"Masa dia mau jalan jalan sendirian pakai motor. Ayah kan takut dia kenapa napa!" Ujar ayah yang tak terima. Ibu menghela nafas. Susah memang kalau sedang mengidam.

"Ayah, kali ini biarkan saja. Kasih saja dia izin. Lagian Sungchan kan jarang motoran. Mungkin dia lagi ngidam." Ucap ibu yang kasihan karena Sungchan menangis.

Ayah mengangguk pada akhirnya. Ia memberikan kunci motornya pada Sungchan sambil menghapus air mata putranya. "Ini. Jalan jalannya hati hati ya..ayah minta maaf yaa."

Sungchan tersenyum dan mengangguk. "Makasih ayah." Ia senang. Begitupun dengan kedua orangtuanya.

🌺🌺

Sungchan mengendarai motornya dengan pelan. Ia sedang berjalan jalan. Jujur, ia agak takut karena membawa dua nyawa tetapi ia berusaha hati hati.

Sungchan ingin menenangkan dirinya. Ia ingin melupakan masalahnya sejenak.

Ia akhirnya berhenti di sebuah pinggir danau. Sungchan duduk di bangku yang tersedia di pinggir danau. Menghirup udara segar sejenak dan memandang ke arah danau.

Indah sekali.

Perhatiannya teralih ketika melihat kekehan tawa dari sebelahnya. Sebuah keluarga kecil yang tengah bahagia. Si istri tengah hamil, sementara si suami menggendong putrinya dengan bahagia.

Sungchan tersenyum tipis melihatnya. Ia iri. Sungchan juga mau seperti itu.

Diusapnya perutnya dengan senyuman dan air mata yang menetes. "Semoga kita bisa seperti itu juga ya nak.."

Aku juga mau punya keluarga seperti itu.

"Semoga nanti bisa bersama papa. Sekarang sama bunda dulu. Oke sayang?" Ucapnya pada dua janin di rahimnya.

Jisung, bolehkah kita seperti itu? Aku menginginkannya. Bayi kita juga pasti ingin..

🌺🌺

Selanjutnya, Sungchan akan segera pulang setelah sekitar dua jam menenangkan diri di danau. Sekarang saatnya Sungchan pulang.

Sungchan membeli jajanan dlu sejenak di pinggir jalan. Kebetulan ia ingin meminum es cendol.

Siapa sangka, jika ia akan bertemu dengan temannya.

"Jeno?"

"Sungchan?"

"Tumben beli cendol? Bukannya dulu gak suka es cendol?" Tanya Jeno. Sungchan tersenyum. "Lagi pengen."

"Sendirian aja lu?"

Sungchan mengangguk. "Iya. Bawa motor."

Tak lama es cendol pesanan mereka sudah jadi. Mereka membayarnya dan duduk di bangku.

Sungchan memakan esnya dengan lahap membuat Jeno tersenyum. Karena Sungchan terlihat menggemaskan. Mereka membuang sampahnya di tong sampah.

"Jeno disini ngapain?" Tanya Sungchan penasaran. "Abis daftar kuliah anak gemes."

"Oh. Emang kamu mau masuk jurusan apa?"

"Farmasi. Kalo Sungchan?".

"Kedokteran sih..hehehe.." cengir Sungchan. Yang Hatinya merasa miris seketika.

Aku bahkan belum tentu kuliah.

"Oh gitu. Ini udah malem. Pulang yuk." Kata Jeno yang melihat langit sudah mulai menggelap. Sungchan mengangguk. "Jeno kesini naik apa?".

"Gak naik apa apa." Jawab laki laki itu santai. Membuat Sungchan bingung. "Lalu kamu jalan kaki?". Kalau itu benar terjadi, apa Jeno tak merasakan kelelahan?

"Gak lah anak gemes." Jeno mencubit pelan pipi Sungchan. "Aku kesini naik ojol. Dan bakal pulang naik ojol juga."

"Tumben. Motor kamu mana?"

"Rusak." Kata Jeno. Ia mengeluarkan hp nya. Berniat memesan ojol. Tetapi Sungchan menghentikan niatnya. "Pakai motorku aja yuk. Kita boncengan. Hemat ongkos."

"Gapapa?"

"He'eum." Jawab Sungchan.

"Yaudah sini."

"Apanya?"

"Kunci motornya." Kata Jeno. "Gue yang bawa."

"Boleh deh." Sungchan memberikan kunci motornya. Jeno tersenyum dan mereka menaiki motor itu. "Pegangan Chan."

Sungchan mengangguk. Ia memegang pundak Jeno. Tetapi Jeno memindahkannya di perutnya. "Jangan dipundak. Lebih baik begini."

Pipi Sungchan memerah. Ia mengangguk. "Okay."

"Kita pulang." Motor itu berjalan. Meninggalkan tempat tersebut. Menuju rumah mereka.

Jeno tersenyum. Melihat tangan Sungchan yang memeluk perutnya.

Gemes.

🌺🌺

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Little Mom [Sungchan Uke] [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang