01. Perkara Susu

986 41 2
                                    

Derumam mesin motor yang terfokus pada dua kendaraan yang berdiri sejajar. Menampilkan dua pemuda dengan mata yang memicin tajam, terlihat dari lubang pada helem yang mereka kenakan.

Seru riuh banyak orang meneriaki nama mereka. Membuat keduanya sama-sama meng-gas kendaraan, mengambil ancang-ancang untuk segera melaju.

Dua bendera dipegang oleh seorang wanita di depan. Satu bendera pada sebelah kanan terangkat, membuat mereka siap siaga. Lalu bendera pada sisi sebelahnya lagi, membuat kobaran semangat keduanya. Hingga kedua bendera diangkat dan di turunkan secara bersamaan, membuat motor itu melaju kencang diatas rata-rata.

Keduanya saling menyelip dan menutup jalan untuk sang lawan. Motor sport merah dengan si pengendara berjaket hitam, melaju kencang lebih unggul. Berada didepan sang lawan. Dia berbalik menghadap lawanya seolah mengejek.

"Sialan bocah ini!" Umpat sang lawan kesal.

Garis finish pun terlihat oleh pandangan, para penonton dapat melihat sang juara bertahan berada paling depan. Dan sesuai rencana! Dia menang. Benar kata orang... dialah sang juara bertahan.

Pria itu turun dari motornya setelah memarkirnya dengan elegan ditengah-tengah para gadis pemujanya.

Lawan mainnya tadi menghampiri dia lalu memukul kepala pria itu dengan helemnya. Ringisan pun terdengar dari si pria tinggi.

"Kurang aja lo!" Umpat si lawan lagi.

"Gue udah berusaha buat gagal, Ran. Tapi ya, gue dasarnya emang jago, jadi gini deh" dengan santainya pria itu berkata sombong.

"Perjanjian batal!" Kata si lawan.

"Gak boleh gitu dong dek, Aran" kata pria itu dibuat seolah memelas.

"Jijik gue Lan, perjanjiannya kan kalau gue menang baru lo bisa dapat"

"Ngejebak lo sial. Gak papalah, artinya gue emang hebat" sombong pria itu.

"Gerlan sialan! Awas aja lo!"

Selanjutnya terjadi kejar-kejaran antara dua sahabat itu.

Ya, tadi itu Gerlan dan sahabatnya, Aranda. Sahabat satu-satunya yang dia percaya akan terus bertahan, tidak seperti yang lain. Aran bahkan tahu semua tentang Gerlan, tapi dia bukan orang munafik yang hanya akan berteman demi citra sebagai sahabat anak pengusaha besar. Dia benar-benar ada untuk Gerlan. Menjadi penguat anak itu. Dan Aran tahu, Gerlan sama sekali tidak salah disini.


••
•••

Lain dengan Gerlan, Darrel sendiri lebih banyak mengurung diri. Dia seperti anti sosial. Tapi tetap memiliki banyak teman. Karena Darrel tak pernah memilih dalam berteman, tapi itu pula yang kadang membuat dia dimanfaatkan.

Saat ini Darrel sesang duduk dibalkon kamarnya. Menikmati hembusan angin malam. Meski sendiri, Darrel tahu bundanya pasti ada menemani dia.

Darrel menyerup susu coklat dengan tenang. Hingga matanya menangkap motor merah yang melaju kencang memasuki pekarangan rumah.

"Ck, sok jagoan" kata Darrel.

Gerlan turun dari motornya dan membuka helem, sedikit menyisir rambutnya dengan tangan. Rambutnya ia biarkan memanjang hingga terlihat begitu menawan.

Saat telah merapikan penampilannya. Dia mendongak mentap kamar Darrel yang berada disebelah kamarnya. Mata itu bertemu. Saling memandang. Dapat Gerlan lihat kobaran api dimata kakaknya.

Huft... entah sampai kapan Darrel akan membencinya. Namun sebisa mungkin Gerlan tidak terbakar oleh amarah. Karena jika dia membalas, maka masalah akan semakin rumit. Di tambah dia sudah berjanji pada bunda untuk menjaga kakak tirinya itu.

Not BrotherOnde histórias criam vida. Descubra agora