09. Kepingan Masa Lalu

580 28 0
                                    

Mata indah yang di penuhi buliran bening menatap sendu pada langit malam yang penuh bintang. Tangan kekar mengalun indah di pinggang ramping milik si wanita berparas cantik itu. Tanpa menoleh pun ia sudah tahu siapa yang kini memeluknya erat. Suara isakan lirih terdengar menyapa pendengarannya. Sebisa mungkin ia menahan suara tangisan yang seolah memberontak ingin keluar, ia tak mau memperburuk keadaan diantara keduanya.

"Maafin aku" bisik seseorang dibelakangnya.

"Kamu sadar apa yang kamu lakukan, Lang?" Tanya si wanita.

"Aku sadar dan aku menyesal, Elina" ucap Galang membalik tubuh sang istri menghadapnya.

"Apa kau juga menyesal atas kelahiran Gerlan?"

Hening.

"Kau lucu, Lang. Ingin mengorbankan hidup anak-anak demi keegoisan mu? Ingin menyalahkan Gerlan atas semua ini? Lalu ingin apa setelah semua ini?!!!"

"Aku marah pada mu meski aku tahu ini semua kecelakaan! Tapi Gerlan? Dia juga tetap anakku!"

Sudah cukup! Elina tidak mengerti lagi jalan pikiran suaminya. Apakah pria ini bertindak tanpa berpikir?! Lalu menyesal kemudian menyalakan orang lain?! Sungguh pengecut!

"Aku akan menceraikan Regina"

*Plak

Tamparan dari sang istri seolah membuat Galang sadar bahwa apa yang baru saja di katakanya adalah kalimat para lelaki pengecut.

"KAU PIKIR DIA PUNYA SIAPA SELAIN KITA! Kau pikir pernikahan itu candaan? Kau pikir kebahagiaan Gerlan itu tak penting? DIMANA AKAL SEHATMU TUAN CEO!"

"LALU AKU HARU APA?! MENCERAIKAN MU DEMI MEREKA?! LALU BERPISAH DENGAN DARREL?!"

"ITU KESALAHAN MU! KONSEKUENSI DARI CINTAMU BAJINGAN!"

Galang menatap sendu Elina meminta uluran tangan sang wanita tapi nihil, tangan itu sudah bukan miliknya lagi.

"Aku tak ingin berpisah... Hiks" lelah, sudah lelah batin Galang melihat keadaan wanitanya.

Elina meraih wajah sang suami. Di belainya pipi tirus penuh air mata itu. Jari jemari kecil nan lentik itu ia gunakan menghapus buliran bening yang menetes deras.

"Tidak akan ada yang bercerai. Aku akan selalu dan tetap menjadi milik mu seorang begitu juga Regina, paham?" Galang hanya mampu mengangguk patuh.

"Jaga anak-anak untukku ya? Aku percaya kau adalah ayah yang baik untuk mereka" ujar Elina menekan kata 'mereka'

"Kita akan menjaga mereka, aku juga yakin kau dan Elina akan menjadi ibu dan bunda yang terbaik untuk mereka"

Elina tak menjawab, ia hanya membawa tubuh kokoh yang bergetar itu ke dalam pelukannya, memberikan tempat ternyaman untuk pria yang menjadi cinta pertama....

Dan terakhirnya.


••
•••

"Tu-tuan" panggilan Adri membuyarkan lamunan Galang yang berkelana ke masa lalu.

"A-ah iya ada apa?" Tanya Galang.

"Anda masih ingin disini? Angin malam tidak baik untuk kesehatan anda"

Adri menatap heran pada pria berumur didepannya yang saat ini tengah terkekeh geli.

"Kenapa dengan bahasamu? Bukannya sudah ku bilang panggil aku kak, dan apa itu tadi? Anda? Yang benar saja, Dri"

"E-eh D-Dri"

"Ah... Aku panggil kau Dri saja boleh?"

"I-iya kak"

Not BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang