17. Tidur Bersama

639 28 15
                                    

Tubuh kecil dalam dekapannya menggeliat gusar kala hembusan angin masuk dari cela jendela mobil yang terbuka. Melihat hal itu, Gerlan segera menutup kaca mobil dan memakaikan jasnya pada Darrel.

Saat ini kedua saudara tak seibu itu berada di mobil grab yang baru saja ayah mereka pesan. Galang tak bisa ikut pulang karena ada kendala tiba-tiba di perusahaan dan harus segera ditangani, alhasil Gerlan dan Darrel di pulang kan menggunakan grab.

"Dingin, yah" gumam Darrel dalam tidurnya.

Gerlan mengusap halus rambut hitam legam milik sang kakak sembari memberi pelukan lembut, berharap dingin yang dirasanya berkurang.

Mobil yang mereka tumpangi akhirnya sampai.

Gerlan segera membawa tubuh kecil nan ringan milik Darrel masuk ke rumah. Masalah biaya grab sudah di handel sang ayah.

Saat sampai didepan pintu kamar Darrel, bukannya segera masuk, Gerlan malah diam mematung didepan pintu. Tulisan acak anak kecil menghentikan aksinya.

"Masuk atau engga?" Tanyanya dalam hati.

Lama diam mematung, Gerlan memutuskan membawa Darrel ke kamarnya. Dia tak berani melanggar janjinya pada sang kakak.


••
•••

Tubuh kecil itu menggeliat dalam tidurnya kala merasakan aura gelap dan dingin disekitarnya. Mata bulat itu terbuka secara perlahan, mengerjabkan mata lentiknya menyesuaikan bias cahaya yang masuk.

"Indah"

Kata pertama yang muncul saat melihat keatas. Plafon berwarna biru gelap itu dipenuhi rasi bintang zodiak dan semua simbol zodiak yang berwarna emas kekuningan. Cat tembok dan plafon yang berwarna gelap membuat zodiak-zodiak itu terlihat bersinar terang tepat diatas kasur, seperti sengaja di letakkan di ujung ruangan tetap di atas kasur agar dapat dinikmati sembari bersantai.

"EH!" Teriak Darrel kala menyadari sesuatu.

"INI KAMAR SIAPA JING!" Teriaknya lagi.

Setelah nyawanya terkumpul dan selesai menikmati keindahan diatasnya. Darrel bangun dan mulai menjelajahi seisi kamar. Satu hal yang begitu menarik perhatiannya.

Bingkai kecil di atas meja belajar yang diterangi lampu sorot kecil dan hiasan dedaunan di pinggiran bingkai.

Itu foto mereka. Mereka semua. Sebelum semua kebenaran terbongkar dan menghancurkan segalanya.

Melihat hal itu, Darrel mengedarkan matanya mencari seseorang yang juga berada dalam bingkai.

Baru saja ia banggakan sang adik karena ucapannya di pesta tadi, sekarang dia kembali marah karena anak itu dengan tidak sopannya membawa dia ke dalam kamarnya.

*Ceklek

Pintu kamar mandi terbuka menampakkan Gerlan dengan handuk melingkar di pinggang hingga pahanya.

"Oh udah bangun lo" ujar Gerlan basa basi.

"Buta lo? Kaga lihat gue segede ini?"

"Kenapa gue bisa nyasar ke sini, hah?" Lanjutnya.

"Lo ketiduran di mobil. Mau gue bawa ke kamar lo, tapi lo larang gue masuk"

Dengan tidak tahu malunya, Gerlan membuka ikatan handuk di pinggangnya, menampakkan lekuk tubuh atletisnya.

Perut kotak-kotak, bahu lebar, pinggang ramping tapi kokoh, dada besar, putih bersih, dan satu lagi yang paling menonjol... Burung mati di balik semvak hitam yang melengkung sempurna seperti tertidur nyenyak.

"Gede jir" batin Darrel jujur.

Semakin teralihkan pikirannya, Darrel segera berbalik arah dengan kasar untuk mengusir semua pikiran penuh dosanya.

Not BrotherWhere stories live. Discover now