10. Kehujanan

620 30 3
                                    

"Mau ikut gue?"

Pertanyaan yang dilontarkan Gerlan berhasil menarik atesni Darrel.

Saat ini, adik kakak itu baru saja selesai sarapan. Mengingat ayahnya tak ada di rumah karen pekerjaan yang membuatnya harus tinggal di kantor, Gerlan berinisiatif menawarkan tumpangan pada Darrel. Hanya sampai halte bus saja.

"Ya"

Dua huruf satu kata! Gerlan bersorak gembira saat untuk pertama kalinya Darrel mau menerima tawarannya. Dengan gerakan cepat Gerlan berpamitan dengan bi Nova dan segera mempersiapkan motornya karena sang pujaan hat- eh! Maksudnya sang kakak tiri akan menaikinya secara resmi!

"Bodoh" hanya itu tanggapan Darrel untuk reaksi Gerlan saat ini.

"Ayo ka- eh! Ayo bro!"

Sebelum Darrel naik Gerlan terlebih dulu menurunkan footstep -pijakan motor- untuk Darrel.

"Cuman act of service, oke?" Batin Darrel meyakinkan dirinya.

Baper dia coyy T_T

Sesampainya di halte bus, Darrel segera turun dan membuka helem yang dikenakannya.

"Nih!" Darrel menyodorkan helemnya pada Gerlan tapi tak ada sedikitpun pergerakan dari si empunya.

"Sini" panggil Gerlan.

Dengan langkah malasnya Darrel berjalan mendekati Gerlan. Melihat sang kakak yang berada dekat dengannya tanpa ragu Gerlan mengangkat tangannya untuk menyentuh surai hitam lembut itu.

*Bluss

Lagi-lagi Darrel salting dengan tingkah tiba-tiba adiknya. Segera di tepisnya tangan yang masih senang tiasa mengelus atau mungkin memperbaiki(?) rambutnya.

"Bajingan!"

Maki Darrel sebelum melangkah memasuki bus yang sudah tiba sementara Gerlan tertawa senang melihat sedikit perubahan dari kakaknya.

"Adek sinting emang!" Maki Darrel dalam hati.

"Eh?"


••
•••

"HAH?!" Teriak Aran.

"Serius deh bang! Lu tuh gak ada pengalaman jadi asisten pribadi, yang ada entar malu-maluin depan ayah Gerlan"

Aran terbengong-bengong mendengar cerita Adri. Mulai dari pertemuan rendom Adri dengan Galang hingga penawaran pekerjaan itu.

Aran tahu kakaknya ini orang yang ceroboh dan menerima tawaran untuk menjadi asisten pribadi bukanlah lah yang bagus.

"Ya kan gak ada salahnya dicoba dulu" ucap Adri.

"Ck, semoga beruntung deh"

"Udah lu gak usah banyak bacot buruan siap-siap biar bisa pulang cepat, eneg gue sama bau rumah sakit" tegur Adri.

Aran berdecak kesal dengan respon kakaknya. Dia itu hanya khawatir Adri tidak dapat melakukan pekerjaannya dengan baik, bisa saja Galang marah dan membuat hubungannya dengan Gerlan merenggang.

Sepanjang perjalanan pulang, grab mobil yang membawa dua bersaudara itu di isi dengan suara melengking dari keduanya. Sama-sama egois, begitulah mereka. Pak supir yang mengantar pun jengah mendengar perdebatan dua penumpangnya.

"Untung anak gue cuman satu" batin pak supir.

Sesampainya mereka di rumah, Adri segera menyiapkan makanan untuk Aran.

"Kalau makan ingat gue juga jangan lu habisin semua. Gue pergi dulu"

"Hah? Emang lu tau kantornya om Galang, bang?"

Not BrotherWhere stories live. Discover now