8. Nuts

116 27 0
                                    

⚠️⚠️Warning!! Warning!!⚠️⚠️

Cerita ini banyak kekurangan, plot hole, typo bertebaran, belum lagi kesalahan grammar dan gaya penulisan yang berubah sesuai mood yang nulis__aku.

Take your chance and leave buat yang pengen cerita wow dan perfect, karena nggak mungkin didapetin disini.

Aku buat ini cuma buat seneng-seneng aja jadi mari kita sama-sama having fun.

••☆••♡♡♡••☆

















••☆••♡♡♡••☆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Kath terpaku memandang jendela chatnya dengan Jasson. Dia bingung harus mengklasifikasikan perilaku Jasson dan Jeremy dalam kelas yang mana. Baginya, cerita masa senior high schoolnya sudah selesai saat dia memutuskan pergi bersama Percy.

Tapi sepertinya tidak begitu untuk mereka. Sebenarnya apa yang ada di benak mereka, perasaan bersalah kah?.

Kalau iya, Jasson sudah meminta maaf dan itu harusnya selesai. Chiko sudah memakinya, itupun seharusnya sudah selesai. Terkait Jeremy yang menghantuinya, Kath tidak mau banyak komentar. Pria itu sejak dulu selalu sulit untuk dipahami. Dia tidak meminta maaf ataupun penjelasan, tidak juga menyalahkan atau memakinya tapi malah berusaha menghabiskan kesabarannya. Benar-benar….. 😮‍💨

Lagipula apa yang harus Kath bilang kalau Jeremy meminta penjelasan tentang malam itu?

Pelampiasan karena kecewa pada Percy?

Ha, Kath bahkan bisa membayangkan ekspresi terluka dan benci Jeremy.

Tapi apakah seharusnya dia jujur saja?

It's tiring. Kath ingin move on dari masa lalu tapi anggota gang menyebalkan itu tak membiarkannya dan terus mengingatkannya pada kenangan yang tidak mau dia ingat!.

FOCUS, Katherine!!. Ulangnya berkali-kali seperti mantra. "Mari mulai dari yang paling urgent dan mudah. You can do it!".












Through the year(n)sWhere stories live. Discover now