1. Omong Kosong Kita

60 8 0
                                    

Halo semua selamat membaca ya ❤️

Tau cerita ini darimana nih?

“Assalamualaikum Wr. Wb... Di pagi yang cerah ini saya ingin menyampaikan beberapa hal kepada kalian anak-anakku yang Bapak sayangi. Yang pertama, berhubung Senin depan sudah memasuki Ujian Tengah Semester, Bapak harap kalian belajar dengan giat, main-mainnya berhenti dulu dan fokus untuk ujian kali ini. Walaupun ini hanya Ujian Tengah Semester, jangan kalian anggap remeh. Nilai yang kalian dapatkan nantinya akan menjadi acuan untuk mendapatkan jalur undangan ke perguruan tinggi negeri. Pastikan nilai kalian harus stabil, harus meningkat di setiap semesternya.”

“Aduhhhh... males banget denger ocehan Kepsek. Udah tau, Pak...!” Laki-laki tanpa ikat pinggang itu berdiri dengan malas di barisan paling belakang— menghindari OSIS yang memeriksa atribut. Bukan tanpa alasan ia berkata seperti itu, hanya saja ia tahu ini adalah sebuah basa-basi, inti dari pidato Pak Jaka bukanlah hal ini tapi hal lain. Lihat saja nanti.

“Pandu! Udah, sih, dengerin aja. Ribet banget,” tegur gadis rambut sebahu bernama Rena yang kebetulan berdiri di sampingnya. Laki-laki slengean bernama Pandu itu menatap Rena malas.

“Males, udah tau gue akhir dari pidato dia.”

“Apa?”

“Dengerin aja.” Pandu bersenandung, kepalanya bergoyang kecil mengikuti lagu Wish You Were Here – Neck Deep yang ia nyanyikan sambil mendengarkan pidato dari Pak Jaka.

Either way, I still wish you where here.”

“Yang kedua, tolong kepada setiap Wali Kelas untuk membimbing anak muridnya. Dipastikan semua murid siap untuk mengikuti ujian ini. Yang ketiga, untuk para murid jika kalian punya hutang tugas maka segera selesaikan, jangan sampai ada yang bolong karena itu akan berpengaruh ke nilai rapor kalian.”

“The one that made you remember it.”

“Now I’ll always remember it.”

“Dan yang terakhir—”

Pandu berhenti bernyanyi dan menebak di dalam hati apa yang akan diucapkan oleh Pak Jaka.

“Tak bosan-bosannya saya mengingatkan pada kalian untuk membayar SPP bulanan—”

“TUHKAN! Apa kata gue, pasti ujung-ujungnya ini yang dibahas!” serunya karena dugaannya benar. Rena hanya geleng-geleng di sampingnya.

Maklum, sekolah swasta.

“Ingatkan hal ini pada orang tua kalian untuk segera membayar SPP. Dan bagi kalian yang sudah membayar SPP sampai bulan September, silakan ambil kartu ujian di ruang TU. Baiklah, segitu saja yang bisa Bapak sampaikan. Tetap semangat, belajar yang rajin, jangan lupa berdoa meminta hasil yang terbaik. Terima kasih,  Wassalamualaikum Wr. Wb.”

Semua murid SMA Garuda Merah mulai meninggalkan lapangan saat upacara diakhiri dengan doa dan pergi ke kelas masing-masing. Pandu masuk ke kelas, XI IPS 3, ia duduk di mejanya. Baru saja menaruh bokongnya, sudah ada Alvian selaku ketua Ketua Kelas yang menepuk pundaknya.

Pakaian Alvian selalu rapi, tipikal anak rajin kesayangan guru. Dan itu memang benar adanya. “Ayo ambil kartu,” ajak Alvian.

Pandu terkekeh sebentar sebelum membalas ucapan Alvian. “Belum bayaran.”

“Oke, gue ke TU dulu.” Baru saja Alvian ingin melangkahkan kakinya, sebuah teriakan terdengar.

“ALVIAN LO MAU KEMANA?!” teriak Rena yang duduk di depan bangku Pandu.

OMONG KOSONG KITA (Sistem Sekolah yang Rusak)Where stories live. Discover now