[4] ; Daerin

3.4K 112 23
                                    

G!P

***

Danielle menatap miris, lelah, sekaligus kesal pada seisi rumahnya yang sudah mirip kapal pecah. Barang-barang miliknya memang tidak ada yang berpindah, namun, bungkus camilan lengkap dengan remahannya bertaburan di sofa yang untungnya berbahan kulit.

Walau begitu, Danielle tetap tidak menyukainya!

Lelah setelah seharian bekerja bukannya disambut dengan sebuah pelukan hangat, yang ada malah darah di kepalanya mendidih. Kepalanya pening sekarang. Danielle sudah bisa menebak siapa pelakunya karena ini sudah seperti makanan sehari-hari.

Namun, walau sudah menjadi makanan sehari-hari, kenapa masih saja, Ya Tuhan?! Danielle lelah! Memang seharusnya dia membayar seseorang untuk membereskan rumahnya dari tangan nakal si gamers yang sedang sibuk berkutat dengan ponselnya di meja makan sana.

Danielle sedikit mengerutkan keningnya saat membayangkan tangan yang sudah terkontaminasi remahan camilan itu langsung menyentuh layar ponsel. Urgh! Pasti layarnya nanti akan buram jika dibersihkan.

Mengambil langkah lebar, Danielle berjalan menuju ke arah dapur. Mata setajam elangnya sudah mengunci sasaran, yaitu perempuan bermata kucing yang sedang mengumpat dan mendumel sana-sini secara tidak jelas. Kuping Danielle pengang mendengarnya.

"Haerin,"

Danielle berkacak pinggang setelah berada di samping perempuan itu, yang sepertinya kehadirannya sama sekali tidak digubris perempuan dengan telinga yang disumpal headphone tersebut.

Danielle akhirnya memilih menunggu, mencoba membiarkan Haerin sadar dengan kehadirannya secara mandiri. Danielle ingin lihat, sejauh mana ketertarikan Haerin pada game online sialan itu sampai mengabaikan sekitarnya.

"Yak! Yak! Yak! Jangan melarikan diri!Tembak dia, sialan! Jangan lari! Jangan jauh-jauh! Darahku sedikit lagi! Aish shibal!" teriakan penuh kefrustasian Haerin menyebabkan kepala Danielle berdenyut lagi.

Jika sudah begini, Danielle dapat memastikan Haerin tidak akan pernah melihat kehadirannya karena dia sudah tenggelam jauh pada permainan itu. Lantas, Danielle menarik ke bawah salah satu headphone Haerin dengan kasar, menyebabkan si empunya memekik marah, namun dia segera mengerjapkan mata polos setelah melihat Danielle menatapnya tajam.

"Apa? Mau marah? Silahkan, aku tidak apa-apa. Siapa tahu setelah kau marah-marah padaku, kau bisa menang dalam sekali tekan," ujar Danielle cepat. Dia sudah muak dengan tingkah polah Haerin kalau sudah bermain game di ponsel. Seharusnya dari awal Danielle menghapus game sialan itu.

"Ak―"

"HAERIN-!!"

Haerin hendak menjawab saat teriakan memekakan telinganya terdengar dari ponsel yang menyambung ke headphone yang masih terpasang sebelah. Rekan setimnya berteriak dikarenakan karakter di dalam permainan yang Haerin gunakan hanya diam saja saat musuh menyerang.

"Shit!" umpat Haerin.

"Kenapa?" Haerin melirik Danielle yang bersuara, "Kalah? Mau marah karena karena aku mengganggumu sampai kau kalah?" pertanyaan bernada sinis itu tidak membuat Haerin ciut, malah dia semakin emosi. Sudah kalah, terus dicerca dengan pertanyaan bernada seolah mengajak berkelahi. Lengkap sudah semuanya.

"Tapi, sebelum kau marah kepadaku, lebih baik bercermin dulu kenapa aku sampai mengganggumu dan membuatmu kalah. Lihat di ruang tengah sana, bungkus camilan berserakan di mana-mana, berikut dengan remahannya. Aku memang yakin kau nanti akan membereskannya, tapi kenapa kau tidak melakukannya di pagi hari saja, Haerin? Di saat jam pulangku masih lama,"

Cum With MeOnde histórias criam vida. Descubra agora