Chapter 1-Semendung Langit Jogja

5.9K 900 96
                                    

Happy reading 🌹🌹

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 🌹🌹

Messy merapikan rambutnya yang kempes dan berantakan dengan tangan akibat helm dan hujan gerimis di kaca lift. Menyelamatkan penampilannya. Pekerjaan yang padat membuatnya merasa bahwa merapikan rambut dan lipstik di toilet hanya akan membuang waktunya yang berharga. Dia meniup-niup poninya kesal. Semesta seakan sedang berkonspirasi membuat hidupnya semakin merana.

"Kayaknya cuaca Jogja menyesuaikan mukanya Messy," sapa Gandhi nyengir, "Mendung banget."

Messy tak menjawab, hanya balas menatap dengan mencibir ringan. Meletakkan tasnya di samping kursi kubikelnya. Matanya tertuju pada salah satu foto yang tertempel di dinding kubikelnya.

Foto sepasang (mantan) kekasih berangkulan yang tertawa ceria dengan jas almamater. Foto itu diambil ketika mereka akan berangkat KKN.  Jendra KKN di Blora dan dia sendiri di Pacitan. Dulu, teman-temannya di kampus berkata untuk berhati-hati dengan godaan KKN. Biasanya pasangan yang pacaran, ketika KKN, salah satunya akan tergoda dan mereka tergelak tak percaya. Terbukti, mereka berdua bisa melewati ujian KKN dengan mudah, tanpa kesulitan yang berarti. Hubungan cinta mereka tetap bertahan hingga seminggu yang lalu.

Shera tersenyum ringan, "Udah, deh, Gan, Messy patah hati banget itu."

"Uluh uluh, kenapa lagi? Berantem sama Jendra?" tanya Gandhi memundurkan dan menggeser kursinya  mendekati kubikel Messy.

Messy menatapnya sangar, "Akhirnya doa sejuta semua orang dikabulkan juga."

Gandhi menaikkan alisnya, bingung, "Doa yang mana, nih? Termasuk doaku? Alhamdulillah," Gandhi nyengir lebar, "Bisa beli rumah."

Shera bergabung mendekat dan menepuk bahu Messy, "Dia bubaran sama Jendra."

Mata Gandhi membulat tak percaya, "Serius? Kapan?"

Messy merapikan mejanya sebelum membuka laptopnya, "Udah deh, pagi-pagi kenapa, sih, hati aku banget yang dibahas?"

"Oh, ya iya. Dari pagi aja udah mendung gelap gitu mukanya, tinggal nunggu hujan badai aja," seru Gandhi, "Ya ampun, putus baik-baik, kan, Mes? Aku kehilangan bestie main badminton sama ML, dong. Aku, kan, main sama dia gara-gara dia cowok kamu, Mes."

"Yaudah, sih, main ya main aja," ujar Messy dengan nada yang terdengar santai. Padahal pikirannya seketika melayang pada bayangan Jendra dengan rambut yang basah sedang melompat dengan raket di tangannya. Keringatnya bercucuran. Jendra sering lupa waktu ketika bermain badminton. Dia bisa pulang tengah malam.

"Jendra selingkuh, Mes?" tanya Gandhi, "Awas aja kalau dia berani-beraninya main Sephia."

Shera spontan tergelak. Lagu Sheila on 7 mendadak terngiang di kepalanya. Lagu yang sangat tidak Jendra. Sepanjang dia mengenal Messy dan Jendra, Jendra adalah pria paling bucin yang dia kenal.

"Emang ada hubungan tanpa masa depan lain yang dijalani dengan ikhlas selain aku sama Jendra?" tanya Messy sarkas.

Gandhi langsung terdiam. Seketika paham. Dia menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

This Too Shall PassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang