Chapter 2-Heavy Rain

4.4K 786 84
                                    

Happy reading 🌹🌹🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 🌹🌹🌹

Messy berhenti sejenak sebelum menghampiri Jendra yang sedang mengobrol santai dengan security kantor Messy di lobi. Pembawaan Jendra yang easy going dan ramah membuatnya cepat akrab dengan orang baru sekalipun.

Jendra mengenakan kemeja biru lengan panjang dan celana kain. Jendra dengan baju kantor memang tampak rapi. Rambutnya yang sedikit berantakan ketika pulang kantor justru menambah ketampanannya hingga berlipat-lipat dari biasanya. Tetapi sebenarnya outfit pilihan Jendra sehari-hari adalah casual. Jendra lebih nyaman dengan celana jeans dan kaos atau kemeja flanel.

Jendra menyambutnya dengan senyum dan payung di tangannya.

"Mbak Messy, udah ditunggu Masnya dari tadi, nih," sapa Pak Agus, security di kantornya.

Messy menghela napas, "Aku belum selesai. Kamu balik duluan aja, Jen. Aku nanti naik taksi online kalau masih hujan," Messy memberi alasan. Bohong tentu saja. Yang dia inginkan sekarang adalah berdiam di kamar tanpa berpikir apapun.

Jendra mengangguk paham, "Yaudah. Aku tungguin aja di sini. Aku juga masih bahas derby La Liga weekend besok kok, sama Pak Agus," jawab Jendra santai, walaupun Messy yakin sempat melihat kilatan kecewa muncul di mata Jendra selama beberapa detik.

Messy sudah menduga. Bukan sekali dua kali Jendra menemaninya lembur. Kadangkala, Jendra pulang dulu untuk mandi dan menjemput Messy lagi serta membawakan makanan untuk Messy dan teman-temannya. Tak heran, nyaris semua teman kantornya mengenal Jendra dan menjadikan hubungan mereka sebagai relationship goals, hanya menunggu waktu untuk melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius. Padahal itu sama sekali tak mungkin.

Messy kembali menatap mata Jendra yang menatapnya hangat dari balik kacamatanya. Menyerah kalah. Dia mengangguk dan berbalik untuk mengambil tasnya.

"Hujan deres gini mau balik, Mes?" tanya Gandhi yang melintas dengan secangkir hot chocolate di tangannya ketika melihat Messy membereskan barang-barangnya serta menutup laptopnya.

Messy mendongak, "Aromanya enak banget, Gan."

Gandhi duduk menarik kursi dan menggesernya di dekat Messy. Menyodorkan sendok kecil agar Messy bisa mencicipi.

"Hujan banget gini. Sama Jendra, ya?" tebak Gandhi nyengir, "Dasar lemah."

Messy terkekeh miris. Tidak membela diri. Mau bagaimana lagi. Jendra ibarat kryptonite-nya. Kelemahan sekaligus kekuatannya.

"Hubungan kalian tuh, gimana, sih, Mes? Kemarin ada yang nangis-nangis. Sekarang main jemput-jemputan pas hujan deres. Dasar mesra. Messy Jendra," ujar Gandhi gemas.

Messy tergelak. Mereka memang terkenal sebagai pasangan mesra. Messy-Jendra.

"Aku nggak ngerti sama Jendra. Dia yang pertama ngajakin kami mikir ulang dan akhirnya sepakat putus. Dia juga yang begini," keluh Messy.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now