Chapter 12-A Hilarious Day

3.1K 633 85
                                    

Happy reading 📖📖

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading 📖📖

"Kamu terlambat," ujar Dhimas tajam kemudian memandang jam Patek Phillippe yang melingkar di tangannya, "Sekitar delapan belas menit."

Messy mendelik. Sialan. Sialan. Dia terlalu asyik mengobrol dengan Jendra hingga lupa waktu. Mana dia belum sempat sholat dzuhur. Ini juga mengapa tiba-tiba Dhimas ada di sini? Seingatnya, tak ada agenda yang mengharuskan Dhimas ada di kantor Teamsel.

Messy meringis tak menjawab, mengeluarkan laptop dari ranselnya dan menyalakan laptopnya seolah tak terjadi apa-apa. Walaupun jantungnya deg-degan karena kedapatan datang terlambat ketika berkantor di kantor klien. Semoga Dhimas tidak langsung menggesernya dari posisi Team Leader Teamsel Project. Dia butuh uang dan bonus. Bagaimana lagi, harga sketch book, pensil warna dan skincare naiknya tidak sesuai inflasi. Apalagi untuk tim mendang mending sepertinya. Akhirnya kualitas yang sering dia korbankan. Pahit memang.

"Pak Dhimas ada meeting dengan Pak Satriya?" tanya Messy, "Soalnya tadi pagi Pak Evan nggak bilang apa-apa. Atau Bapak juga nggak info saya kalau mau kesini."

"Kalau saya info duluan, saya nggak bisa menangkap basah kamu terlambat, dong, di kantor klien," sahut Dhimas kalem.

Sekali lagi Messy mengumpat dalam hati. Sialan. Kalau mau, Dhimas bisa sangat menyebalkan.

Messy memilih melanjutkan pekerjaannya daripada meladeni bosnya. Dia menyambungkan Wacom berwarna pink andalannya ke laptop dan mulai menggambar.

"Progress event di Prambanan bagaimana, Mes?" tanya Dhimas.

Messy melirik layar laptop Dhimas yang menampilkan rundown serta denah booth yang dia kirimkan tadi pagi. Dia juga melihat Dhimas mencermati satu demi satu yang tampil di layar.

"Seperti yang sudah saya kirimkan by email tadi pagi, Pak," jawab Messy, "Ada yang masih kurang?"

Dhimas menaikkan kacamatanya. Menatap layar laptopnya dengan serius.

"Sudah, sih. Ini MC yang kamu tawarkan ke Teamsel siapa?" tanya Dhimas, "Belum tercantum di sini. Jadi sebelum meeting dengan Teamsel, ada baiknya kita siapkan semuanya, termasuk opsi-opsi cadangan. Kamu mencadangkan siapa seandainya Rendezvous nggak bisa?"

Messy manggut-manggut, benar juga, sih.

"Em, Sheila on 7 gimana, Pak? Harusnya, sih, masih on budget," jawab Messy, "Kalau Bapak setuju, saya hubungi managernya."

"Ya, boleh juga, sih. Saya suka Mas Duta."

"Siapa, sih, yang nggak suka sama beliau, Pak?" sahut Messy berdecak.

"Untuk MC-nya? Siapa yang kamu pasang?" tanya Dhimas tak peduli dengan decakan Messy barusan.

"Mas Deka?" tanya Messy ragu, "Bapak tau Mas Deka?"

This Too Shall PassTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang