Chapter 5-The Epic Afternoon Meeting

3.4K 685 116
                                    

Happy reading 🌹🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 🌹🌹

Messy mencatat dalam buku catatan dengan halaman tanpa garis yang sekarang nyaris penuh dengan gambar, coretan dan catatan. Saking fokusnya dia pada paparan Adhimas Praditya Mahawira, CEO NayaDwipa, dia sampai tak menyentuh hot americano yang disajikan pada meeting kali ini. Timnya memang menyiapkan sesuai dengan permintaan Dhimas, dari coffee shop yang memang terkenal dengan takaran pas. Lagipula, sekalian promosi, karena coffee shop di dekat kantor Teamsel ini memang satu grup dengan NayaDwipa.

Messy mengedarkan pandangannya. Memang harus Pak Dhimas sendiri yang turun tangan, mengingat Satriya, CMO Teamsel, adalah orang yang sangat detail dan perfeksionis. Pak Dhimas adalah lawan sepadan bagi Pak Satriya, batin Messy. Mas Reksa dan Shera sudah angkat tangan menghadapi Pak Satriya. Apalagi aku, batin Messy bergidik. Seram.

Dhimas menyampaikan data dengan detail dan konsep desain yang rumit dengan bahasa yang sederhana. Juga milestone selama kerjasama berlangsung dengan teliti dan jelas. Pantas saja Gandhi dan Shera kelimpungan menyiapkan data dengan manuver dan ritme cepat nan taktis ala Dhimas selama ini. Mereka berkali-kali mewanti-wanti Messy untuk mempersiapkan diri sebaik mungkin kelak.

Messy memang mengikuti project ini sejak awal, tetapi selama konsep dan harga yang diinginkan Teamsel belum final, maka timnya belum bisa bekerja. Dia adalah eksekutor dari pelaksanaan project ini. Rencananya, dia adalah PIC apabila proyek ini berlanjut.

Awalnya, Messy pesimis, tetapi melihat ekspresi Pak Satriya sekarang, dia optimis bahwa NayaDwipa berhasil mendapatkan project besar ini. Apalagi, dia sih yakin kalau Teamsel bakal mengajukan tambahan pekerjaan. Bukan sekali dua kali NayaDwipa kewalahan menangani klien yang tiba-tiba membutuhkan pekerjaan tambahan yang seringkali mendadak.

Tetapi saldo rekening yang menggendut sudah terbayang di benak Messy, membuat semangatnya langsung melangit. Haha, apalagi sih yang diharapkan dari pekerja kelas menengah sepertinya selain bonus tahunan yang menggiurkan?

Messy menyimak diskusi antara tim Teamsel dan NayaDwipa yang didominasi oleh Satriya dan Dhimas. Mungkin bisa juga dibuat podcast Satriya bertanya dan Dhimas menjawab, mengingat diskusinya sangat intens dan teknis sekali tentang rencana pengembangan promosi dan iklan Teamsel dalam beberapa tahun mendatang.

Messy mengedarkan pandangan. Menyukai meeting room divisi marketing kantor Teamsel. Seperti juga divisi pada kantor dengan bidang kreatif, warna-warni kontras juga mendominasi meeting room ini, walaupun tetap saja warna merah khas Teamsel dominan disana.

Messy mengenal beberapa peserta meeting dari Teamsel. Pak Satriya, yang memimpin rapat langsung, tentu saja, kemudian Pak Evan, asisten manager Marketing, ada juga Pak Hendra, salah satu tim Marketing yang teliti dan idenya segar. Ada juga Mbak Diany, sekretaris Pak Satriya yang seringkali bergabung untuk menyusun notulen rapat.

Dari NayaDwipa, mereka hadir berempat. Dhimas, Shera, Gandhi dan Messy. Tim inti hanya terdiri dari mereka saja karena Reksa sedang memegang proyek iklan pemerintahan daerah Jawa Tengah di Semarang.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now