Chapter 7-Mimpi Sederhana

3.1K 625 49
                                    

Happy reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading..
🌹🌹🌹

Messy tiba di rumah ketika Mahendra, papanya, sedang mencuci piring. Dia segera merapikan belanjaannya malam ini ke dalam lemari penyimpanan dan kulkas.

"Kakak belanja?" tanya Mahendra, "Beli sereal coklat nggak? Tadi Adek udah bilang kalau serealnya habis, tapi Papa lupa beli. Kalau Kakak nggak beli, biar Adek nanti beli sendiri di minimarket."

Messy berdecak tetapi mengangguk, "Badan aja gede, camilannya kayak anak SD, sereal sama susu," ujar Messy berkomentar.

Entah bawaan anak bungsu, atau memang terbiasa sejak kecil, Mahesa masih suka sarapan atau ngemil dengan sereal dan susu, sehingga dia akan resah kalau kehabisan stok. Oh iya, jangan lupakan pocky strawberry dan ovaltine. Messy merasa masih punya adik SD, bukan anak kuliah semester empat.

Mahendra terkekeh pelan, "Kakak udah makan? Papa beli bakmi jowo di depan gang."

Messy menggeleng dan air liurnya seketika menetes. Dia memang sengaja menolak ajakan Jendra makan malam karena kangen makan malam di rumah, bersama papa atau adiknya. Kesibukan belakangan ini seolah menelannya bulat-bulat.

Messy mencuci tangan dan mengambil piring. Dulu, almarhumah mamanya juga sering membeli mie jowo di depan gang, langganan keluarga mereka sejak Messy masih kecil. Mama hanya membeli satu atau dua porsi mie goreng saja dan menggabungkan dalam satu piring saji untuk mereka berempat dan diperlakukan sebagai lauk, jadi Messy terbiasa sejak kecil makan nasi dan mie goreng jowo.

Ketika awal Messy dan Jendra dekat, Jendra juga bingung dengan kebiasaannya makan nasi dengan mie goreng, tetapi lama kelamaan, Jendra terbiasa. Tak hanya mie goreng, bakso juga sama, dia akan dengan santai makan bakso dengan nasi alih-alih dengan mie. Jendra sempat berseloroh menggoda Messy, selama Messy tidak makan pempek dengan nasi, bagi Jendra itu tak masalah. Jendra tetap akan mencintainya.

Walaupun terbiasa makan nasi sehari tiga kali, tubuh Messy tetap saja langsing. Metabolisme tubuhnya tergolong cepat.

"Gimana di kantor, Kak?"

"Gitu-gitu aja, sih, Pa. Sibuk. Bos baru galak," ujar Messy bercerita, "Klien aku di Teamsel juga serem orangnya, Pa."

Mahendra terkekeh, "Tantangan namanya, Kak. Tapi seru, nggak?"

Messy mendongak, berpikir sejenak, mengingat pengalaman sore ini membuntuti Pak Bos mengurus salah satu bisnis keluarganya, "Seru, sih," jawab Messy kemudian bercerita tentang kejadian kebakaran di toko kue favorit almarhumah mamanya, yang memang dimiliki oleh keluarga bosnya.

Dulu, papanya sibuk bekerja, sehingga Messy dan adiknya lebih dekat ke mamanya. Tetapi, sejak mamanya meninggal, Mahendra mengambil alih semua peran istrinya dan sedikit demi sedikit mulai sering mendengarkan cerita-cerita Messy dan adiknya. Ketika masa berduka telah selesai, setengah tahun setelah istrinya pergi, Mahendra bahkan mengajak kedua anaknya untuk berlibur ke Bromo. Hal ini membuat Messy sangat menghargai segala usaha yang dilakukan papanya hingga sekarang.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now