Chapter 11-A Day in Her Life

2.8K 523 86
                                    

Happy reading 🌹🌹

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy reading 🌹🌹

"Pain au chocolat," ujar Evan menyodorkan piring kecil ke hadapan Messy, "Sama ice americano. Aku cuma nebak-nebak aja kamu sukanya apa."

Messy menurunkan layar laptopnya dan bertanya heran, "Ini buat saya, Pak?"

Evan mengangguk, "Aku pas kepengan peach danish," ujar Evan menunjuk piringnya, "Yuk, break dulu bentar."

Messy meregangkan punggungnya. Dia berkantor di Teamsel sejak pagi. Kantornya memang fleksibel, apabila memang klien membutuhkannya, dia bisa berkantor di kantor klien tanpa perlu melakukan absensi di kantor.

"Serius, Pak?" tanya Messy sambil menatap sekelilingnya. Saking seriusnya dia menggarap konsep presentasi Teamsel, dia tak menyadari bahwa selain dia, ada beberapa vendor lain yang pagi ini berkantor di Teamsel. Ada dua orang pria yang sedang berdiskusi di sudut, ada juga yang fokus di depan laptop di meja di seberang Messy. Salah satunya tersenyum dan mengangguk kemudian Messy membalas hal yang sama.

Evan mengangguk, "Memang ada berapa Messy, sih, disini?" tanya Evan tersenyum hangat, "Lagian, ini jam-jam butuh kopi," dan membuat tatapan Messy kembali kepada Evan.

Messy melirik Baby G kuning couple dengan milik Jendra, menunjukkan angka 10.30, kemudian dia mengangguk setuju, "Makasih, Pak Evan. Next time on me, ya."

"Jadi, bakal ada next time?" pancing Evan dengan senyum lebar.

"Sure. Kalau lancar, project ini harusnya sampai tahun depan, kan? Tentu saja saya berharap semua lancar dan project ini tetap kami yang pegang," lanjut Messy sebelum menggigit pain au chocolat.

Pilihan Evan memang tepat. Dia sangat menyukai pain au chocolat alias chocolate croissant. Apalagi, tekstur croissant-nya sesuai dengan seleranya. Tidak ada aroma gosong atau terlalu crunchy.

Tetapi, ice americano selalu jadi favorit Jendra. Dia lebih menyukai kopi dengan milk based, seperti latte atau cappucino.

"Enak?" tanya Evan.

Messy meringis, bingung apakah Evan serius bertanya atau sekedar basa basi mengingat dia tanpa basa basi menghabiskan pain au chocolat dalam waktu beberapa menit saja. Tentu saja enak.

"Saya bar bar banget ya makannya?" tanya Messy, "Saya suka banget sama coklat."

"Noted," ujar Evan mengangguk, "Lain kali, aku siapin sesajen coklat kalau pas jadwal kamu ngantor di Teamsel."

Messy tergelak. Jendra juga selalu menyediakan camilan coklat untuknya di mobilnya. Entah berapa kali coklatnya selalu lumer karena Jendra pelupa, tetapi dia tetap saja suka dan akhirnya terbiasa makan coklat yang lengket dan lumer karena kepanasan.

"Pak Evan, coba cek rundown yang udah saya siapkan untuk event di Candi Prambanan, ya. Udah saya kirim ke email Bapak, sih, tapi karena Bapak lagi disini, sekalian aja, boleh, Pak, sebelum saya kirim ke Pak Satriya," ujar Messy kembali menaikkan layar Lenovo Thinkpad, laptop fasilitas dari NayaDwipa untuknya, walaupun Evan tampak masih menikmati peach danish-nya.

This Too Shall PassWhere stories live. Discover now