Undangan

46 10 0
                                    

Asrama arena Del Brufe, Rhea city, Serena island, Acallaris kingdom.

Aku masih hidup.

Syukurlah. Aku masih hidup. Pertandingan tiga hari yang lalu terlalu sengit kujalani. Wajahku penuh lebam dan darah. Rusukku nyeri hingga aku kesulitan mengambil napas. Bahkan tulang jempolku terasa berpindah tempat saat aku menangkis tendangan lawan. Di saat terakhir, aku bertarung hanya mengandalkan insting. Entah bagaimana aku bisa lolos kemarin, kesadaranku saja sepertinya sudah hilang. Mungkin inilah yang dinamakan berkah dari langit.

Walau aku bisa selamat, tapi cedera yang kudapat tetap menyulitkanku untuk bertanding. Paling tidak, aku harus libur selama seminggu. Kemarin saja, aku hampir tidak bisa bangun dari tempat tidur karena punggung dan paha yang terasa kaku dan kejang. Mungkin memang aku harus mengurangi jatah tabungan agar bisa rutin membeli daging. Dengan mengandalkan roti dan buah, ototku tidak bisa berkembang dengan maksimal.

Ada lagi peristiwa besar yang terjadi kemarin. Entah aku kembali mendapat berkah dari langit, atau malah kutukan leluhur, aku tak bisa menamainya. Yang pasti, ini bisa saja mengubah jalan hidupku. Ralat. Bukan hanya bisa, tapi pasti mengubah hidupku yang memuakkan di sini.

Kemarin siang, ketika akhirnya bisa bangun dan berjalan,aku memutuskan untuk keluar membeli obat di apotek klinik Alvair. Tanpa kuduga, aku mendapatkan seorang tamu. Ada seorang pria sedang duduk santai diatas batu besar, tak jauh dari pintu kabinku. Aku sedikit mundur melihatnya, apa dia manusia?

Kalian yang baca jangan takut duluan, dong. Nanti aku ikut takut. Soalnya orang ini sangat aneh menurutku. Dia memakai kemeja, rompi bludru merah, dan jas hitam gradasi abu yang terlihat berat, dipakai menumpuk jadi satu. Apa tidak panas memakai pakaian khas seorang kapten kapal besar disini?

Kabin asrama ini, masih ada di pinggiran arena Brufe. Karena tempat ini merupakan kawasan tanah lapang yang minim pohon, angin yang berhembus sekalipun pasti membawa hawa panas. Itulah mengapa orang-orang yang berada di kawasan ini, rata-rata hanya memakai kemeja atau rompi tanpa kancing. Bertelanjang dada disinipun merupakan hal yang biasa. Itulah yang membuatku heran dengan penampilannya. Sesaat, aku membayangkan memakai semua atribut kostumnya, pasti baru sebentar sudah pingsan karena kepanasan. Hiii...

Iya sih, tidak jarang ada kapten kapal yang mencari kru atau budak petarung di arena ini. Para bangsawan militer juga sering terlihat. Tapi biasanya mereka hanya memakai kemeja longgar. Senjata yang disandangnyalah yang membuat orang biasa seperti aku mengenali mereka. Mengenali dalam artian jangan cari perkara dengan jenis mereka. Iya kalau hanya sekedar ditembak atau ditebas pedang. Kalau hanya urusan mati, itu makanan penghuni arena ini sehari-hari. Yang kami takutkan adalah, mereka yang menganggap penyiksaan adalah permainan yang seru dan menyenangkan.

Pemikiran itu pula yang membuatku hanya diam dan menunduk memberi hormat saat pria itu bangkit dan menghampiriku. Semakin dia dekat, aku semakin bergidik ngeri. Walau kelihatannya masih muda, kutaksir sekitar akhir dua puluhan, tapi aku seperti berhadapan dengan kapten senior yang disegani. Ada urusan apa dia denganku? Aku merasa tidak pernah membuat masalah dengannya. Bertemu saja baru saat ini.

Belum juga aku membuka mulutku untuk menyapanya, dia sudah mengenalkan dirinya sendiri. Pria itu berkata bahwa dia adalah kapten Sebastian Quest. Dia memberikan undangan berkelana ke Mysterious WGAland untuk mencari jimat suci bersama kru kapalnya, The Holy Serpent. Pria dengan tahi lalat di bawah mata kirinya yang tajam itu juga mengatakan kalau undangan ini bersifat personal, alias tidak diadakan secara besar-besaran. Karena resiko terbesar dari undangan ini adalah kehilangan nyawa. Resiko yang sepadan dengan hadiah harta yang akan diberikan Kapten Quest bila aku berhasil mendapatkan jimat suci. Kapten Quest juga mengatakan kalau perjalanan ini tak mungkin semulus dan seindah rute Rhea Lovely Park.

For FREEDOMWhere stories live. Discover now