Kapal

30 10 2
                                    

The Holy Serpent ship, Pelabuhan Kota Rhea, Serena island, Acallaris kingdom.

Ahoy, mighty mate.

Sapaan ceria seorang pria berbadan tinggi besar dengan rambut berantakan, menghentikan langkahku yang sedang mencari kapal kapten Quest di pelabuhan. Bodohnya aku kemarin, tidak menanyakan apa ciri-ciri kapalnya. Aku hanya yakin kalau kapal yang kucari pasti memiliki bendera atau lambang yang mirip dengan koin yang kuterima kemarin. Sedari tadi aku berjalan di Pelabuhan
Kota Rhea sembari mendongak melihat semua bendera kapal yang bersandar satu demi satu.

Pria berambut berantakan tadi menghampiriku sembari melambaikan tangan. Dengan nada ceria, dia memperkenalkan dirinya dengan nama mr. Od, Odmund Maximus. Dia cabin mate dari kapal The Holy Serpent. Itu kan kapal kapten Quest, kapal yang kucari sedari tadi. Kebetulan sekali.

Ternyata, kapal yang kucari sedari tadi sudah ada di depan mata. Kapalnya besar, warnanya coklat tua kusam, tiang layarnya saja ada empat. Bagian ujung depannya, berbentuk kepala ular monster laut. Begitu pula bagian belakangnya yang dibuat menyerupai ekor. Aku bisa membayangkan jika ada kapal lain yang melihatnya berlayar di tengah laut, yang mereka lihat pastilah bukan kapal. Tapi monster laut yang sedang berenang, atau hendak terbang. Waahh... keren. Pasti kapal lain langsung putar haluan. Ngeriii..

Kekagumanku pada kapal itu kembali terjeda oleh mr. Od. Dia menanyakan, apakah aku adalah tamu kapal yang diundang oleh kapten Quest. Aku mengangguk-angguk dengan semangat. Terlalu gembira hingga tidak mampu berucap. Sambil tersenyum lebar, dia juga meminta aku menunjukkan bukti undangannya. Tanpa ragu, akupun mulai melonggarkan ikatan celanaku.

Gerakanku terhenti mendengar umpatan nyaring dari mr. Od. Dia memalingkan muka sembari mengomel marah tidak jelas. Ada apa, sih?

Belum juga habis heranku melihat kelakuan aneh mr. Od, aku kembali terheran melihat penampakan di depanku. Aku melihat peri bunga matahari yang bersinar, keluar dari kapal monster laut yang terlihat suram!

Aku menggosok mataku dengan brutal. Apa kemarin roti yang kumakan sudah berjamur? Aku merasa tadi malam juga tidur cukup. Bagaimana bisa aku melihat peri? Dari kapal bajak laut yang terlihat seram pula. Apa dongeng tentang peri, bajak laut dan pemuda yang tak pernah bisa dewasa itu benar- benar ada?

Ternyata dia bocah peri, bukan peri sungguhan. Kyaaa.... imuut banget. Dua tahun di arena tarung, pemandangan yang ada di sekitarku hanya pria besar, otot menonjol, juga keringat dan darah di mana-mana. Jangankan bayi dan balita, perempuan saja aku jarang melihatnya. Wanita petarung sih, ada. Tapi biasanya tampilannya tak jauh beda dengan petarung yang lain. Berotot dan penuh keringat. Hidupku kering kerontang dengan segala sesuatu yang berbau imut dan menggemaskan.

Kini di hadapanku ada boneka peri Griella doll shop yang dulu pernah kuinginkan. Tingginya hanya sedikit di bawah dadaku. Pipinya tembem minta banget dicubit. Matanya biru seperti langit siang yang cerah dengan bibir semerah cherry. Rambut pirang emasnya tergerai indah ditiup angin pantai. Yup, bocah ini tidak mungkin selamat jika bermain jauh sendirian. Jika bukan diculik penjahat, pasti diculik tetangga sendiri.

Bocah itu bergelanyut di tangan mr. Od sembari bertanya kenapa dia berteriak. Mr. Od menjelaskan dengan banyak memakai kata mesum, menjijikkan dan banyak lagi kata yang seharusnya tidak didengar bocah peri itu. Haah... sepertinya tadi dia salah paham dengan tindakanku.

Sebelum ada lebih banyak lagi kata tidak pantas yang akan didengar bocah peri, aku pun memberanikan diri bicara pada mr. Od. Aku hanya ingin mengambil koin yang kusembunyikan dengan jahitan sembunyi di celana bagian paha dalam. Aku juga menutupinya dengan lilitan ringan perban. Kalau aku tidak menurunkan celana luarku, bagaimana aku bisa mengambil koin yang kujahit di celana satunya? Intinya, aku tidak mesum. Aku hanya memakai celana rangkap dua.

For FREEDOMWhere stories live. Discover now