Pemandian Air Panas

26 7 5
                                    

Kolam air panas alami, Moroe Volcano, Mysterious WGAland, unknown place.

Boleh nangis tidak? Huaaa....

Aku ingin menangis sekarang. Menangis keras, guling-guling, atau bergelung mojok dimanaaa gitu. Kalau bisa yang tidak ada orang lain, gitu. Aaaa...

Gara-gara takut didekati Avril, tanpa bisa berpikir apapun, aku lari. Kabur. Yup, cerdas kan?  Banget. Kalau Wilson tahu ini, bisa-bisa aku dihukum lari keliling Del Brufe sepuluh kali. Mantap.

Belum lagi usai ketolololan satu, aku melakukan ketololan yang lain. Bukannya memilih jalur pendakian yang sudah kurencanakan, aku malah lari tanpa tahu arah. Dobel tolol. Ayo rayakan!!

Aku bersandar di pohon karena kehabisan napas. Istirahat dulu saja disini. Kakiku rasanya sudah mau copot. Reflek aku meraba pinggang. Untung saja botol air dan kantong makanan pemberian koki June masih tergantung di pinggang. Aku merosot duduk sembari mengatur napas.

Ajaibnya, sakit perutku langsung sembuh. Sudah tidak begah dan kaku lagi. Mungkin karena aku memaksa menguras energinya dengan lari gila-gilaan tadi. Aku menyentuh dan menepuk perutku beberapa kali. Sepertinya sudah aman. Tidak bermasalah lagi.

Kuraih botol minum yang ada di pinggang kanan dan meminumnya sedikit. Aku tak berani minum banyak. Iya kalau bertemu sumber air, kalau tidak? Makin kurus keringlah aku.

Ini dimana?

Aku mengedarkan pandangan pada sekelilingku. Seharusnya aku sudah ada di daerah tengah gunung. Aku tadi ingat harus mengeluarkan tenaga besar karena berlari dengan medan menanjak. Mungkin sol sepatuku makin menipis.

Sekarang disekelilingku, banyak terdapat pohon tinggi seperti yang sedang kusandari ini. Batang cabangnya lebar di bawah, semakin ke atas, semakin kecil. Mungkin jika dilihat dari jauh, pohon ini akan berbentuk seperti segitiga lancip ke langit.

Daunnya unik. Bentuknya seperti jarum, tapi saat disentuh teksturnya tidak tajam. Daunnya tumbuh menutupi batang cabang menghadap ke atas. Warnanya hijau muda dipucuk luar, lalu makin menggelap ke tengah. Ada beberapa daun yang berwarna merah. Mungkin itu bunganya. Aku tidak tahu. Tidak ada pohon seperti ini di arena Del Brufe atau Rhea city. Mungkin di Rhea Lovely Park ada. Aku kan tidak pernah masuk ke dalamnya.

Rumput di sekitar pepohonan terlihat tinggi dan subur walaupun tanah sekitar sini kering.

Ehh...

Ada yang bergerak-gerak disana. Itu kelinci. Kelinci berbulu coklat mirip tanah. Ahh.. Aku lega dibuatnya. Jika ada kelinci di sekitar sini, maka aku tidak perlu khawatir tentang makanan.

Nanti saja berpikir bagaimana berburu kelinci. Aku membuka kantong makanan yang tadi pagi dibagikan oleh kru. Ada roti, satu kaleng daging kering, dan dua kaleng manisan buah. Cukuplah. Aku tak perlu risau masalah makanan untuk sementara.

Kututup dan kuikat lagi kantong makananku di pinggang kiri. Rasanya energi dari sarapan tentakel tadi masih tersisa banyak.

Yap.. Waktunya menjelajah!!

Tunggu!

Tunggu dulu. Aku melihat sesuatu yang berkilau di sana. Saat kudekati perlahan, rahangku rasanya mau lepas.

Wooww..

Percaya tidak? Aku menemukan batu cantik berwarna oranye yang berkilau terkena sinar matahari. Batu itu kecil, seujung jempol tangan. Aku memungutnya dengan hati berdebar? Ada bagian yang masih kasar dan berwarna coklat kasar di sisi bawahnya. Apa ini permata yang belum diasah?

Jika ini permata, aku bisa kaya! Atau, inikah amuletnya? Coba aku ingat-ingat lagi, apa kata kapten Quest tentang amulet itu? Apa sudah ada peserta yang bertanya detailnya?

For FREEDOMWhere stories live. Discover now