i - first meeting, sad eyes

4.9K 747 288
                                    

Zayn cepat-cepat memasuki bus sekolah. Ia tidak ingin kehilangan spot favoritnya dari bus itu. Paling belakang. Menyendiri, sambil mendengarkan musik. Tidak ada yang lebih menyenangkan dari itu, pikirnya. Dan begitulah cara ia menikmati jalan pulang. Sementara bus baru akan berangkat kira-kira tujuh menit lagi.

Waktu tujuh menit itu ia habiskan untuk mendengarkan musik dari situs 8tracks. Situs di mana kau akan menemukan jutaan playlist musik setiap harinya. Kali ini ia mendengarkan musik bergenre sad, indie, study, sleep, entahlah. Zayn sembarang menekan tags, dan memang ia merasa sedikit mellow dengan tugas sekolah yang kian menumpuk.

"Tunggu, Mister!" Seorang perempuan dengan napas tersengal-sengal memasuki bus dari pintu depan. Ia hampir ketinggalan. Untung tidak telat, batinnya.

"Cari tempat dudukmu." Pelajar yang diketahui bernama Anastasia Greene--dipanggil Ana--itu mengangguk. Ia kemudian mencari tempat duduk. Semuanya penuh. Tatapan aneh, kasian, meremehkan, sampai bosan ditujukan padanya. Ia tidak memedulikan itu semua. Perasaannya, hatinya sudah cukup sedih atas kejadian beberapa saat lalu. Ia malah ingin menangis sekarang.

Salah satu tempat yang kosong hanyalah tempat di samping Zayn. Sudut kanan paling ujung. Benar, di sebelahnya. Ana tidak punya pilihan lain, jadilah ia menuju tempat itu untuk duduk. Zayn sendiri tidak menyadarinya karena ia memejamkan matanya dan memasang volume cukup besar. Ana bisa mendengar musiknya.

Ketika Ana sudah duduk, bus pun mulai berjalan. Perasaannya yang ingin menangis sedari tadi itu tidak bisa dielakkan. Ia benar-benar menangis. Kalau bisa, ia ingin teriak. Namun diurungkannya niat itu. Tidak mungkin ia sembarang teriak di bus ini. Isakan kecilnya saja sudah membuat orang-orang sekilas menatapnya dengan berbagai macam tatapan.

Jeda pergantian lagu membuat Zayn mendengar isakan itu. Ia melepas earphonenya, menatap ke arah Ana di samping kirinya. Ia mengernyit heran. Sejak kapan ia di sini? Dan lagi, kenapa ia menangis?

Zayn mematikan musiknya. Ana belum menyadari tatapan Zayn. Ia menatap ke arah jendela, karena itu Ana tidak tau. Zayn menepuk bahu Ana pelan, yang dibalas bisikan kecil olehnya.

"Ah, aku tidak menangis." Ana menghapus air matanya kasar. Segera ia pasang senyuman. Ya, senyuman palsunya. Ia menatap ke arah Zayn. "Maaf kalau yang tadi menganggumu."

Zayn mengedikkan bahunya. Kemudian ia bertanya, "Ada masalah?"

"Tidak," respon Ana singkat. Pastinya Zayn tau kalau itu bohong. Her sad eyes prove everything.

"Jujur, aku tidak pernah melihatmu di bus sebelumnya. Ini kali pertama," kata Zayn jujur. Barangkali dengan ia berbicara bisa mengurangi kesedihan gadis itu, walaupun ia sendiri tidak tau apa masalahnya.

Ana tersenyum maklum. "Tentu. Karena aku belum pernah pulang dengan bus," balas Ana jujur. Zayn menatapnya dengan pandangan oh-begitu.

"Zayn Malik. Itu namaku." Zayn memperkenalkan dirinya. Senyuman tipis ia perlihatkan agar ia tidak terkesan kaku di depan Ana. Walau sebenarnya, ia agak tertutup.

"Anastasia Greene. Panggil saja Ana," Ana ikut memperkenalkan dirinya. Zayn mengangguk singkat. Kemudian mereka kembali ke kegiatan mereka sebelumnya. Ana menatap jendela, dan Zayn memejamkan matanya kembali. Kali ini ia tidak dalam mood untuk mendengarkan musik.

Tapi rasa ingin tahu Zayn tak bisa dilenyapkan begitu saja. Ia ingin tahu kenapa Ana sedih.

"Ana?" panggil Zayn tiba-tiba. Ana mengalihkan pandangannya ke arah Zayn. There are tears again in her eyes, batin Zayn ketika melihat jelas wajah Ana.

"Kau ... menangis lagi?"

Menyadari itu, Ana menghapus air matanya. Ia memasang senyum sehangat mungkin. "Ah, aku--"

"Tidak apa. Menangis itu bukan berarti kau cengeng, Ana," Zayn berkata. Hati Ana hangat mendengarnya.

"Terima kasih, Zayn."

"Sama-sama," balas Zayn singkat. "Oh, ya. Ana?" panggilnya lagi.

"Ya? Ada apa?"

"Kau bisa bersender di bahuku kalau kau mau. Barangkali sweater milikku bisa membuatmu hangat," tawar Zayn. Ana sedikit terkejut.

"Itu merepotkan, Zayn," respon Ana cepat. Mungkinkah ia terlihat seburuk itu sehingga orang seperti Zayn menawarinya hal tersebut?

"Tidak sama sekali." Dengan itu, Zayn menarik Ana mendekat ke bahunya. Ia menyenderkan kepala Ana dengan tangan kirinya. Sedikit merangkul bahu Ana agar ia merasa hangat.

(A/N: Uwow so cheesy tapi gue suka haha, maklum lah anak klise :(

Dedicated to chasevx :D

Leave your vomments, guys? Rika x )

sweater ☂ zjmحيث تعيش القصص. اكتشف الآن