v - her absence, his loss

3.1K 584 132
                                    

Esok harinya cuaca netral saat Zayn ingin pulang. Tidak panas, tidak pula mendung. Kalau dipikir, sangat seru untuk keluar rumah di saat seperti ini, atau pulang dari sekolah tanpa kendaraan.

Tapi Zayn tetaplah Zayn. Ia akan mengambil tempat pojok kanan, telinga disumbat earphone, lagu-lagu mengalun teratur dengan genre sesuai moodnya.

Bus mulai berangkat. Getaran saat bus itu berjalan membangunkan Zayn yang tidak sadar telah ketiduran. Ia melihat ke segala arah, termasuk di sebelah kirinya.

Tidak ada Ana.

Barangkali Ana dijemput atau tidak pulang naik bus, Zayn berbatin. Ia masih ingat Ana bilang ia belum pernah naik bus sebelumnya. Bisa saja ia ingin mencoba beberapa hari ini. Dan BAM! Setelah itu ia pergi.

Zayn menyandarkan kepalanya ke kursi. Meresapi setiap musik yang diputar. Nyaman. Ini benar benar zona nyaman-nya seorang Zayn Malik.

Tapi, ia merasa ada yang kurang.

Mungkin karena ada Ana yang biasanya cerita, dan sekarang tidak.

Berbicara tentang Ana, aroma parfumnya masih lengket di sweater Zayn. Entah apa parfum yang dipakai gadis itu, tapi Zayn ... suka. Ia tidak berniat untuk mencuci sweater miliknya minggu ini. Toh kemarin Ana bilang ia baru mencucinya.

Ana terus. Lebih baik aku tidur, saran otaknya. Ya, lebih baik begitu.

"Kau punya berapa sweater, Zayn?" tanya Ana seraya tersenyum. Matanya berbinar-binar ingin tahu.

"Kenapa? Kau ingin meminjamnya?" terka Zayn. Ana membelalakkan matanya.

"Bu-bukan! Aku hanya bertanya, tau." Ana pura-pura kesal. Zayn hampir tertawa melihatnya. Ia tersenyum menyeringai.

"Kupikir kau ingin meminjam." Zayn lagi-lagi menerka isi pikiran Ana.

"Ayolah, jawab pertanyaanku," pinta Ana. Entah apa yang merasuki otak gadis ini sehingga menuntut jawaban dari Zayn. Mungkin ini sifat aslinya?

Zayn menaikkan sebelah alisnya, kemudian ia menjawab,"Aku hanya punya dua."

Ana mengangguk-angguk. "Apa warna yang satu lagi? Tidak polos dan membosankan seperti yang ini, kan?" Ana menunjuk-nunjuk sweater hitam Zayn.

"Hey, ini--,"

Tawa Ana lepas. Ia tertawa kecil sementara Zayn bingung melihatnya. Apa yang lucu? "Kau harus melihat wajahmu tadi. Sayang dilewatkan."

Sialan, Zayn disudutkan balik oleh Ana setelah ia terang-terangan menyindir apa gadis itu akan menangis lagi atau tidak. Inner Zayn menggelengkan kepalanya.

"Yang satu lagi bermacam-macam. Ada anchornya, efek tribal, warna merah, biru, juga putih," Zayn mencoba menjelaskan detil sweater miliknya yang kedua. Kedua bola matanya menatap ke atas tanda tengah berpikir. "Begitu caraku mendeskripsikannya."

"Kalau begitu, aku rasa aku punya sweater yang sama denganmu."

"Benarkah? Coba kau pakai ke sekolah."

"Zayn Malik, it's your home," suara Mr. Leon terdengar di speaker bus. Hal itu lantas membangunkan Zayn karena musiknya juga sudah berhenti. Ia mengambil tas serta memasukkan iPod ditambah earphonenya ke dalam saku. Kemudian ia turun dari bus menggunakan pintu belakang.

"Thanks, Leon!"

"Yup."

Zayn harus berjalan beberapa langkah lagi agar ia sampai di rumahnya. Selama perjalanan ia memikirkan ujian mata pelajaran English-nya hari ini. Ternyata ia benar-benar mengerti dengan penjelasan Ana kemarin. Materi-materi yang sebelumnya ia katakan sulit tidaklah sulit sama sekali ketika ujian berlangsung.

Tunggu. Zayn teringat sesuatu.

Mungkinkah Ana masih sakit?

•••••

Sampai ke sini readersnya makin berkurang but, okelah.

No silent readers, right? Bulan puasa loh.

For -littlerxck ;)

QOTD: Nama shipnya Zayna, Zana (lol), Zaynatasia, Anzayn (lol) atau apa?

Selamat sahur ya (^~^)
Rika x

sweater ☂ zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang