ix - a good news, his plan

2.4K 528 100
                                    

"Zayn!" Ana berseru ketika melihat Zayn memasuki bus melalui pintu belakang. Matanya tampak berbinar-binar, sangat menunjukkan bahwa ia sedang dilanda perasaan bahagia.

Zayn tersenyum tipis melihat Ana. "Well, hello, Ana! Look who's happy now," godanya. Terkadang Ana bisa kelihatan childish sekali di matanya, dan itu lucu.

Ana terkekeh pelan. "Itu bukan suatu keajaiban, Zayn. Tidak perlu berlebihan."

Zayn kemudian duduk di kursi biasanya. "Oh, begitu? Ada cerita di baliknya?"

Pertanyaan Zayn mengundang Ana untuk tersenyum lebih lebar lagi. "Aku sangat senang hari ini!" serunya.

Why is she being so cute?

"Woah, bagus kalau begitu. Mau cerita?" tawar Zayn. Ia selalu suka melihat Ana bercerita. Ekspresinya, cara bibirnya bergerak setiap mengatakan sesuatu, serta cerita di baliknya sangat menarik untuk Zayn.

"Dia ... meminta maaf padaku, Zayn!"

"Who?"

"Joana."

"Ana! Tunggu," panggil seseorang di belakangnya. Ana menoleh ke belakang, menemukan Joana dengan napas sedikit tersengal-sengal sedang menatapnya. Matanya menyiratkan sesuatu.

Mau apa dia kesini? Menemuiku?

Terlepas dari rasa ingin tahunya, Ana tetap bersikap ramah. "Ada apa, Jo?"

Mereka berdua sedang berada di depan loker Ana. Sudah jam pulang. Tadinya Ana cepat-cepat ingin ke bus, tapi Joana menginterupsinya saat ini.

"Ana, aku tahu ini tidak cukup. Tapi ... sungguh, aku minta maaf." Joana meneteskan air matanya. "Polisi mengabarkan kecelakaan waktu itu. Itu murni kecelakaan. Bukan salah siapapun. Mereka ditabrak truk dari samping. Ah, aku tidak sanggup mengatakannya." Mendengar itu, Ana langsung memeluk Joana. Menenangkannya. Mengelus punggungnya.

Ana memang sudah tahu perihal berita itu. Dan ia sudah siap. Ia sudah ikhlas. Bagaimanapun, menangis dan meratapi kepergian ibunya terus-terusan tidak akan membuatnya kembali ke dunia.

"Sshh, aku tau itu, Jo."

Joana melepaskan pelukan Ana. "Lalu kenapa kau tidak bilang padaku?"

Ana mengedikkan bahunya. "Kupikir kau sudah tahu." Joana menggeleng.

"Aku baru tau kemarin. Omong-omong, aku benar-benar minta maaf." Joana menatap cemas Ana, takut kalau-kalau Ana tidak akan mau memaafkannya.

Ana menunjukkan senyumannya. "Tentu, dengan senang hati."

Joana tersenyum lega. Namun, ada satu yang mengganjal di pikirannya, di hatinya. "Ana, lalu ... tentang sweater itu?"

Ana tiba-tiba terdiam. Tidak tau harus berkata apa. Jujur, ia sedih—sangat sedih ketika sweater milik ibunya itu sobek. Tapi, semuanya sudah terjadi. Nasi sudah menjadi bubur.

"Tidak apa-apa, Jo. Aku bisa membelinya lagi."

Oh, entah kenapa kalimat itu terdengar sangat pahit untuk dikatakan.

"Kan sudah kubilang kemarin. Kau malah menertawakanku," ucap Zayn bangga. Setidaknya, walau ia dipermalukan kemarin, ucapannya itu benar adanya. Nilai plus baginya.

Ana tertawa kecil. "Iya, Zayn. Iya."

Di lain sisi Zayn kepikiran cerita Ana tadi. Ia sempat menceritakan bagian sweater itu. Kasihan, batinnya. Tentu ia tidak ingin membuat Joana merasa tidak enak kalau ia bilang itu barang berharganya.

But Zayn has a plan. Ia punya rencana.

"Ana, aku tadi mendengar playlist ini di kelas. Waktu istirahat. Dan ... kupikir kau akan suka. Mau mendengar bersama?" ajak Zayn.

"Benarkah?! Aku mau!" Ana berseru. Sejak kemarin, ia mulai menyukai situs 8tracks itu. Terima kasih pada Zayn.

Zayn memasangkan sebelah earphone di telinga kirinya, lalu ia memasangkan sebelahnya lagi di telinga kanan Ana. Kemudian ia menekan tombol play setelah mencari playlist yang ia bicarakan itu.

Dan begitulah perjalanan pulang mereka berdua hari ini.

Oops, remember that Zayn has a plan.


(A/N: Aing mah gak tau mau bilang apa. Cuma ini tinggal dua chapter aja :') 

#promosi: aku buka cover request loh (pasaran), cek works ya kalau minat hehe

Leave vomments?
Rika :) x )

sweater ☂ zjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang