Bab 39"

81 10 2
                                    

Taeyong berjalan menyusuri lorong agensi yang masih nampak sepi. Dengan balutan jaket dan padding tebal, ia menjinjing tas branded bergegas memasuki ruang kerja meski pagi masih buta. Disana sudah ada seorang staff yang membantunya menyelesaikan pekerjaan.

Ia terpaksa membuka mata dan melawan kantuk. Hanya bisa tidur sebentar setelah segudang jadwal kemarin tidak membuat fokus Taeyong dalam membuat musik terganggu. Sesekali ia nampak menganggukkan kepala di depan komputer sambil memperbaiki hook lagu dan menambah beberapa suara instrumen. Memang ini hal penting yang harus ia selesaikan segera sebelum menyentuh urusan pribadinya dengan Mara.

Mara???

Taeyong sepertinya memang suka menggantungkan masalah tanpa segera memberi penyelesaian. Meski hati meyakini bahwa Mara adalah prioritas, nyatanya memang pekerjaan menang diatas segala. Entah murni karena itu atau ada alasan lain, ia seakan acuh. Komitmen membangun hubungan serius bagai menguap di permukaan, terganjal segala urusan yang sebenarnya bisa dikesampingkan jika ia bertekat.

"Hoaaahhh... Akhirnya...", Taeyong mengangkat kedua lengan keatas tepat saat semua selesai.

"Cukup untuk hari ini.. Aaa.. Mau kembali ke dorm lagi setelah ini??", tanya seorang pria disampingnya.

"Anni.. Lagipula, aku ada latihan pagi setelah ini", jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Memangnya tidak lelah?? Aku dengar kamu baru pulang pukul 2. Gwenchana???".

"Emm.. Aku tidak masalah. Hari baru kan memang harus dimulai sejak pagi hari".

"Jangan terlalu memaksakan diri".

"Aku tahu, terimakasih atas perhatiannya. Haha.. Aaaakkhhh, aku lapar.. Sepertinya aku harus segera memakan sesuatu. Hyeong, aku duluan ya.. Terimakasih bantuannya hari ini".

"Emm... Jangan lupa lusa..".

"Baiklah".

Taeyong mengacungkan jempolnya singkat sebelum berlalu meninggalkan ruangan itu. Ia menuju ruang latihan sambil merogoh isi tas, mengambil cemilan dan susu kemasan yang ia bawa dari dorm. Anggap saja pengganjal perut.

Dalam hening, ia kembali mengingat Mara. Semakin dipikir semakin ia merasa bahwa tidak ada sekalipun usaha yang dilakukannya dengan benar untuk mereka. Bahkan bertemupun tidak. Berulang ia menelpon nomor Mara tapi tetap tidak ada jawaban. Bahkan chat yang selalu Mara kirim terlebih dahulu juga mulai jarang didapatkannya.

Taeyong mungkin sudah setengah gila karena perlakuan dingin Mara sejak pertemuan mereka terakhir kali. Mungkin ia akan benar gila jika tidak ditolong dengan kesibukan pekerjaannya. Bahkan mulai memikirkan kemungkinan terburuk akan datang di tengah kondisinya yang seperti ini. Mara mungkin akan berakhir dengan pria lain kelak mengingat sudah banyak hal buruk yang ia beri untuknya.

"Hah...", Taeyong menghela napasnya ditengah pikirannya.

Drttt... Drttt... Drttt...

Ponsel miliknya bergetar dari dalam tas. Sepagi ini? Siapa?? Setelah membuka layar, manajer Shin ternyata. Segera Taeyong menekan tombol hijau menerima panggilan masuk itu, siapa tahu memang hal yang penting.

"Nee hyeong, ada apa?".

"Sudah di agensi??".

"Emmm... Aku diruang latihan. Ada apa??".

"Aaa... Hari ini kita ada acara diluar. Kita berangkat pukul 10. Selesaikan latihanmu sebelum itu. Bisa kan??".

"Tiba-tiba???".

"Maaf karena ini hal mendadak...".

"Sebenarnya kemana kita pergi?".

"Ke lokasi Yeri..".

Private-Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang