Bab 44

66 10 1
                                    

Masih adakah yang nungguin cerita ini?

Maaf.. Lama banget ya aku nggak up, mungkin pada lupa ni cerita alurnya gimana. Kemarin-kemarin aku sibuk ngurus pindahan 😁😁

(Nyonya Nakamoto, calon menantumu coming soon!!! Aaaaaaaa... *ngarep boleh, gila jangan 😅)))

Tapi ya udah lah ya 🤫🤫

Untuk kalian yang masih stay, Selamat membaca 😁

___________________________________^_^________________

Musim semi yang beku mulai hangat, kuncup-kuncup bunga bahkan mulai mekar. Masih sedikit dingin memang. Kepingan salju bahkan masih berjatuhan dari beberapa pohon.

Akhir musim dingin yang berlalu terasa begitu panjang, tak terkecuali bagi Taeyong. Pria tampan itu melipat kedua tangan didepan dada sambil duduk selonjor di ruang rekaman miliknya, dengan wajah menengadah, ia menatap langit-langit yang bercahaya temaram lumayan lama.

Pertemuan dengan ibu Mara beberapa saat lalu membuatnya enggan pulang ke dorm, ia juga malas pulang ke apartemen pribadinya, apalagi ke rumah orangtua. Meski besok hari libur, ia tidak berniat meninggalkan tempat ini sepertinya.

"Saya akan sangat berterimakasih kalau anda memilih mendukung Mara dari kejauhan, tanpa berniat terjun bersamanya", suara bahkan nada ibu Mara bahkan terngiang terus ditelinga Taeyong.

Rekamaan pertemuannya dengan nyonya Yoon terus terputar di ingatan. Ia dengan jelas sudah bisa menangkap alasan dan maksud beliau datang menemuinya. Tentu. Taeyong salah besar jika mengira setitik noda yang ia tebar bisa dengan mudah terhapus. Tidak.. Bahkan keluarga kekasihnya itu punya cukup banyak koneksi untuk mengorek noda itu meski sudah dicuci berulang kali, lebih dari yang ia bayangkan.

Ya.. Begitulah..

Wanita yang seharusnya jadi ibu mertuanya itu telah mengetahui hubungan di balik dirinya dan Yeri. Aishh.. Bahkan ia sendiri belum menceritakan hal penting ini pada Mara, kekasihnya sendiri. Sama halnya dengan Yeri yang tidak tahu keberadaan Mara disisinya. Lalu bagaimana sekarang?

Restu??

Apakah Taeyong masih berani memikirkan hal itu? Tidak. Saat ini, ia bahkan tidak tahu cara apa yang harus dilakukannya untuk tetap mempertahankan Mara. Sedikit banyak ia pun sudah melakukan hal-hal yang condong mendorong Mara semakin menjauh.

"Haahh".

Helaan napas mengisi seluruh ruang. Kehidupan asmaranya pasti bisa baik-baik saja jika ia tidak melakukan hal konyol sebelumnya. Kini dirinya sendiri juga merasa harus bertanggung jawab pada Yeri, selain Mara itu sendiri. Aishh.. Ia merasa jadi pria brengs*k sekali lagi.

Entah....

Dirinya bahkan sama sekali tidak menghubungi Mara sejak pertengkaran mereka terakhir kali. Mungkinkah ini pilihan terbaik, melepaskan Mara akan membuat gadis itu lebih bahagia. Taeyong sedang mempersiapkan dirinya, tapi bisakah? Taeyong menimbang dalam diam. Merasa menyesal. Tentu saja. Namun... Sudah terlalu banyak hal mengecewakan yang ia lakukan hingga dirinya sendiri tidak tahu bagian yang mana yang harus ia sesali sekarang.

............................................

Mara duduk di depan segelas teh sambil terus mengaduknya, mungkin sudah ratusan kali. Melihat sang adik bertingkah aneh, Min-hyuk menyenggol lengannya sambil tersenyum sinis.

"Wae?? Yoon Mara-ssi??

"Eh??".

"Hanya saja.. Anda akan melubangi cangkirnya jika mengaduk seperti itu terus.. Tolong.. Berhentilah".

Private-Lee TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang