10. Teryakinkan

13.3K 1.1K 9
                                    

Shanum sedang sibuk rapat dengan tim di kafenya untuk menentukan menu baru. Kegiatan ini rutin dilakukan agar menu makanan di kafenya tidak monoton. Timnya juga mengusulkan untuk mengadakan beberapa event di kafe untuk menarik pengunjung. Jam menunjukkan jam 8 malam ketika rapatnya selesai, Shanum langsung merenggangkan badannya. Tiba-tiba ponselnya berdering, nama Jagat tertulis di layarnya. Shanum pun segera mengangkatnya.

"Assalamualaikum, Mas."

"Walaikumsalam. Sha... " Shanum mendengar suara helaan nafas Jagat yang terdengar lelah. Selain itu terdengar juga suara isakan Ayang.

"Loh, Ayang kenapa nangis itu, Mas?" tanya Shanum cemas.

"Maaf, Sha, kalau kamu ndak sibuk bisa Mas minta tolong?"

"Boleh, Mas. Boleh. Ayang nggak kenapa-kenapa kan?"

"Ayang lagi ndak enak badan, Sha. Tadi habis periksa dari dokter. Dari tadi dia rewel terus dan manggil-manggil nama kamu. Bisa kamu ke rumah Mas, Sha?" suara Jagat terdengar lirih seolah dia menanggung beban yang sangat berat.

"Aku kesana sekarang, Mas. Shareloc ya," Shanum dengan segera mengambil tad dan kunci mobilnya. Dia tergesa-gesa keluar dari ruangannya. Saking terburu-burunya, dia hanya sempat menitipkan pesan pada karyawan yang ditemuinya bahwa dia ada urusan. Di benaknya saat ini penuh dengan kecemasan untuk Ayang dan Jagat.

***

Sudah berjam-jam Jagat berusaha menenangkan Ayang. Melihat putri kecilnya ini terlihat lemas dan terus terisak seperti ini membuat dia juga merasakan sakit. Jujur, setiap kali Ayang sakit, dia selalu merasa di titik terendahnya. Jagad merasakan benar-benar sendiri. Dia tahu sejak pertama kali memboyong putrinya ke Jakarta akan ada momen-momen seperti ini. Sebagai ayah tunggal, dia harus berjuang sendiri untuk putrinya. Sejak awal, Jagat sudah berusaha mengantisipasinya sebisa mungkin. Tetapi tetap saja, ketika Ayangnya jatuh sakit, kelelahan, kekhawatiran, dan kesendirian selalu menderanya.

"Ayaahhh... mau Ate Anuum... hiks...hiks..hiks.." isakan Ayang terdengar pelan dan serak, karena saking lamanya dia menangis.

"Iya, sayang.. bentar lagi Ate Shanum ke sini, Ayang berhenti ya nangisnya.." Jagad terus membujuk Ayang sambil mengusap punggungnya untuk menenangkannya.

Tak lama kemudian, suara mobil Shanum terdengar dari luar. Jagat langsung berjalan ke depan dan membuka pintunya. Terlihat Shanum yang baru saja keluar dari mobilnya dengan wajah penuh kekhawatiran. Ayang yang melihat sosok Shanum langsung mengulurkan tangannya. Shanum mengambil Ayang dari gendongan Jagat.

"Ayang kenapa? Cup...cup..cup..jangan nangis dong sayang. Ate udah di sini loh," kata Shanum sambil membelai kepala Shanum. 

"Ayo masuk, Sha. Terima kasih sudah datang," ucap Jagat lembut.

"Ateee... puciiinngg... Ayang atit..." rengek Ayang yang mengadu pada Shanum. Begitu berada dalam gendongan Shanum, Ayang langsung menempel seperti koala. Dia meletakkan kepalanya di leher Shanum. Untungnya dia sudah tidak menangis lagi. Mungkin efek dari kelelahan seharian ini terus menangis dan kedatangan Shanum yang diinginkannya.

"Nanti cepet sembuh kok, kan tadi udah periksa ke dokter. Tadi Ayang udang minum obat kan?"

Ayang menganggukkan kepala dengan lemah.

"Anak pintar.. habis minum obat pasti cepet sembuh. Sekarang Ayang bobok ya, nanti bangun pusingnya udah hilang."

"Mau ama Ateee....."

"Ini udah digendong Ate kan. Kita ke kamar Ayang ya, bobok yuk."

"Ama Ate?"

"Iya, sama Ate. Kamarnya sebelah mana, Mas?"

Jagat mengantarnya ke kamar Ayang. Direbahkannya Ayang di kasur berwarna pink dengan corak kelinci itu. Setelah memastikan bahwa posisi Ayang nyaman, Shanum berbaring di sampingnya. Ayang langsung meringkuk di pelukan Shanum. Dengan lembut Shanum menepuk-nepuk badan Ayang supaya tertidur. Perlahan-lahan mata anak itu terpejam, tak lama kemudian dia telah terlelap dalam mimpinya. Beberapa kali wajah Ayang mengerut tak tenang, Shanum langsung mencium rambutnya sambil membisikkan pada Ayang bahwa ada dia di sampingnya.

Jagat yang dari tadi hanya memperhatikan interaksi keduanya akhirnya ikut berbaring. Dipeluknya kedua perempuan berbeda usia itu. Shanum terhenyak ketika merasakan pelukan Jagat. Terlebih ketika kening Jagat disurukkan ke lehernya. 

"Terima kasih, Sha. Terima kasih.." bisik Jagat pelan . "Terima kasih." Jagat mencium leher Shanum dan menghirup aroma wangi tubuhnya. Seakan aroma Shanum membantunya menghilangkan beban yang menggelayut padanya, menghilangkan rasa lelah dan cemasnya. Beberapa saat kemudian dia ikut tertidur.

Shanum hanya terdiam sambil menggenggam tangan Jagat yang memeluk mereka. Dia tahu hari ini pasti hari yang berat dan melelahkan bagi Jagat. Jika kehadirannya mampu mengurangi rasa itu, maka Shanum akan berada di sampingnya. Selalu. 

Malam ini Jagat teryakinkan. Sama seperti putri kecilnya yang membutuhkan Shanum ketika sakit, Jagat pun membutuhkan Shanum untuk membantunya bernafas menjalani hidup.

BersamaWhere stories live. Discover now