Sore ini, Jagat dan Shanum melakukan meeting dengan WO di kafe milik Shanum. Mbak Tyas, perwakilan dari WO sedang mencatat hal-hal yang diinginkan Shanum untuk pernikahannya.
"Aku maunya nanti ada 3 acara sih, Mbak. Akad, resepsi, sama makan malam keluarga gitu."
"Pakai adat apa modern nih?"
"Mmm.. adat kali ya. Gimana Mas?" Shanum meminta pendapat Jagat.
"Boleh. Adat Jogja?"
"Mauu." Shanum menjawab dengan semangat.
Mbak Tyas langsung menunjukkan foto-foto pernikahan adat Jogja yang pernah ditangani oleh WO-nya. Shanum menggulir layar ipad sambil mengamati semua foto-foto itu dengan seksama. Jagat menyandarkan dagunya di bahu Shanum dan ikut mengamati layar ipad sambil memberikan beberapa komentar. Setelah beberapa saat, Shanum menunjukkan konsep yang dia inginkan.
"Akadnya nuansa putih gitu Mbak. Rustic gitu. Resepsi pakai ini. Apa namanya ini Mas?"
"Dodotan, sayang."
"Nah, itu. Terus kalau dinner keluarganya sih aku maunya simple aja, sih. Biar intimate juga, kan cuma keluarga juga."
"Oke, aku catet ya. Semuanya mau di hari yang sama?"
"Akad sama resepsi harinya sama. Kalau dinnernya sih malam berikutnya aja, biar ada waktu istirahat."
Percakapan terus berlanjut membahas printilan-printilan pernikahan yang lain. Mulai dari souvenir, undangan, hingga MUA yang akan digunakan. Shanum dan Jagat memang menyerahkan semua persiapan pada WO agar tidak terlalu ribet. Selain karena kesibukan yang lumayan padat, mereka tidak mau keluarga, terutama orang tua kelelahan karena ikut menyiapkan ini-itu.
Meeting berakhir dan Mbak Tyas langsung pamit pergi. Kini tinggal Jagat dan Shanum di ruangan itu. Jagat yang tadi datang langsung sepulang dari kantor sedikit terlihat lelah.
"Capek banget ya, Mas? Mau langsung pulang ajakah?"
Tanpa menjawab, Jagat justru malah memeluk pinggang Shanum dan menyurukkan wajahnya di leher gadis itu. Kini keduanya bergelung di sofa sambil berpelukan.
"Pulang yuk, istirahat di rumah."
"Sha, hari ini kita pacaran aja yuk. Dua hari lagi kan kamu udah dipingit." Jagat mengeratkan pelukannya. Membayangkan bahwa seminggu ke depan dia tidak bisa bertemu dengan perempuan di pelukannya ini membuat Jagat sedikit tidak rela.
"Nanti Ayang kecarian kita loh." Jemari Shanum membelai rambut Jagat.
"Malam ini biar dititipin ke Mila sek. Tadi pagi dia bilang mau main sama Ale. Aku udah bilang sama Mila juga sebelum kesini, dia udah bilang oke."
"Mau dinner di luar?"
"Ndak. Aku lagi ndak mau kemana-mana. Mau kelonan aja sama kamu. Ke apartemen kamu ya. Kita pesen makan online aja."
"So, netflix and chill?"
Jagat tersenyum mengiyakan sambil mengecup bibir Shanum.
***
Sesampainya di apartemen, keduanya langsung mandi kemudian makan malam. Kemudian bergelung di tempat tidur sambil melihat film netflix. Jagat menidurkan kepalanya di pangkuan Shanum. Malam ini Jagat hanya ingin bermanja-manja dengan calon istrinya.
"Keluarga Jogja berangkat ke sini kapan Mas?" tanya Shanum sambil memijat-mijat kepala Jagat.
Jagat yang menikmati pijatan Shanum menjawab dengan pelan. "Dua hari lagi, podo pas kamu mulai dipingit."
"Nanti sesampainya di sini langsung aku ajak fitting. Eh, pas dipingit nanti Ayang mau sama aku apa di rumah sama akung-utinya?"
"Manut nanti dia maunya gimana. Kalau ngerengek mau ke kamu ya tak antare."
"Eh, nggak bisa ya kalau Mas yang anter. Kan kita nggak boleh ketemu. Nanti biar dijemput Keanan aja deh."
"Nanti habis nikah kamu mau kasih adik buat Ayang berapa?" tanya Jagat tiba-tiba.
"Em... Mas, aku boleh jujur nggak?"
"Yo boleh to. Kayak sama siapa aja."
"Sebenernya aku mikir gini, habis kita nikah nanti, aku mau kita nunda dulu buat punya anak. Setahun dua tahun lah."
Jagat terdiam sejenak, "Kenapa?"
"Aku mau curahin kasih sayang sepenuhnya ke Ayang dulu. Aku sama dia kenal baru berapa bulan sih. Belum lama. Dan aku takut kalau langsung punya baby dia merasa tersisih. Mas, Ayang bisa dibilang baru dapat sosok ibu dan kamu lihat sendiri seberapa lengeketnya dia sama aku. Makanya aku spend waktu aku ke dia dulu. Boleh?"
Jawaban Shanum membuat Jagat tak bisa berkata-kata. Sesayang itu perempuan ini kepada anaknya. Dia sebagai ayah saja tidak terpikirkan sampai ke sana. Betapa bersyukurnya dia. Jagat mengecup bibir Shanum dengan penuh kasih. "Sha, aku udah bilang belum kalau aku beruntung banget bisa sama kamu?"
Shanum tersenyum, "Aku juga beruntung kok Mas. Kalau nggak sama kamu, aku nggak bakal bisa dapat putri kecil yang selucu dan sepintar Ayang."
"Kalau kamu mau nunda dulu, aku ngikut wae."
"Makasih ya Mas udah nurutin maunya aku. Aku bener-bener mau full kasih perhatian aku buat Ayang dulu. Sambil nanti kita sounding dia dulu tentang adik. Biar kalau kita punya baby nanti dia siap jadi kakak dan nggak terlalu cemburu atau ngerasa diabaikan."
Obrolan mereka terus berlanjut. Pembahasan tentang rencana-rencana masa depan keluarga kecilnya nanti. Hingga mereka tertidur dalam pelukan satu sama lain, terbuai mimpi indah sebelum nanti dibangunkan oleh mentari.
Author Note :
Halo semua...
Chapter depan masih persiapan pernikahan. Tentang acara adat gitu-gitu deh sebelum chapter pernikahan.
Vote dan komen selalu ditunggu . Happy reading ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Bersama
ChickLitShanum Agnia Sudrajat, 24 tahun. Bersahabat dengan teman yang berkecimpung di dunia showbiz mau tidak mau membuatnya kecipratan juga. Walau tidak dibuka ke publik, dia adalah seorang youtuber yang terkenal dengan konten memasaknya. Muda, cantik, mem...