PH23

14.8K 1.1K 75
                                    

“Sedang apa?”

Jaemin menoleh saat mendengar denting notifikasi ponselnya, bibirnya mengulum senyum saat melihat pesan masuk dari suaminya. Dia langsung menyambar ponselnya untuk mengirim balasan ke sang suami.

“Aku pergi makan.” Balas Jaemin.

“Bisa bicara?” Tanya Jeno dalam balasannya dan Jaemin mengiyakan.

Beberapa detik kemudian, dia langsung menerima panggilan masuk dari suaminya dan dia dengan cepat menerimanya.

“Bagaimana pekerjaanmu?” Tanya Jeno menyandarkan tubuhnya pada kepala ranjang.

“Hari ini tak begitu sibuk, aku selesai sebelum jam makan siang. Aku pergi untuk melihat-lihat dan bersantai di restoran.” Jawab Jaemin menyandarkan tubuhnya pada kursi dan memandang gedung-gedung pencakar langit di depannya dari dinding kaca.

“Kau pergi sendiri?” Tanya Jeno.

“Uhm. Kenapa?”

“Tidak, biasanya sekretarismu akan menempelimu.” Jawabnya dengan tawa kecil.

“Katamu aku harus bersenang-senang. Aku suka menghabiskan waktu sendiri. Dubai sangat menyenangkan.”

Jeno mengulum senyum simpul mendengar jawaban Jaemin, senang jika sarannya bukan hanya angin lalu bagi Jaemin.

“Aku iri.” Ujarnya dengan tawa membuat Jaemin tersenyum.

“Kau bersenang-senang di sana, sementara aku sendirian. Bahkan di malam yang dingin ini aku hanya bisa memeluk bantalmu.” Jeno mengeluh seraya memiringkan tubuhnya dan memeluk bantal Jaemin.

Mendengar balasan sang suami yang seperti menggodanya, cukup membuat dadanya geli seperti di gerayangi ribuan kupu-kupu. Kepalanya tertunduk menyembunyikan ekspresi salah tingkah serta wajah yang merona.

“Kau bisa bersenang-senang juga.” Sahut Jaemin membuat Jeno mencebik sebal.

Entah Jaemin benar-benar tak paham maksudnya, atau Jaemin pura-pura tak paham.

“Untuk apa pergi sendiri jika sudah punya suami.”

“Jadi kau ingin pergi bersamaku?”

“Uhm, tentu saja. Jika ada kesempatan, maukah pergi berlibur bersamaku?” Tawar Jeno membuat Jaemin terdiam.

Dia memikirkan tawaran Jeno.
Mengapa apa pun yang Jeno lakukan, harus selalu melibatkan dirinya, apa pun yang Jeno pikirkan, harus selalu mendahulukan dirinya?

“Uhm. Ayo berlibur bersama nanti.” Jawab Jaemin.

Dan dia tak tahu mengapa hanya dengan jawaban itu, jantungnya berdebar sendiri.

“Kau sudah berjanji?” Jeno menuntut membuat Jaemin malu, dia hanya membalas dengan tawa.

Netranya masih memandangi gedung pencakar langit di depan dengan kaki kanan yang bertumpu di paha kiri dan berayun, namun pemikirannya melayang, memikirkan Jeno yang jauh di Korea sana.


‧͙⁺˚*・༓☾ ☽༓・*˚⁺‧͙


Drrrtt...
Jeno menolehkan pandangannya dari berkas yang ia periksa. Sebuah panggilan masuk dari suaminya membuat alisnya bertaut lalu melirik jam tangannya di mana waktu menunjukkan pukul delapan pagi. Di Dubai harusnya ini jam tiga dini hari dan Jaemin tak pernah menghubunginya lebih dulu.

Apalagi ini panggilan video?

Jeno menggulir ikon berwarna hijau untuk menerima panggilan suaminya.

Partner or Husband [NOMIN]✓Where stories live. Discover now