22. BERDAMAI

36 22 2
                                    

Paginya Disya mengantar Pangeran Kedua sampai di depan kuda kendaraannya. Ia tersenyum manis kepada Pangeran dan dengan reflek Pangeran Kedua mengelus pipi mulus sang istri.

"Mau dibawakan apa?"

"Hati aja"

"Hati apa itu?"

"Hatimu, sayang"

"Sayang siapa?"

"Sayang kamu"

Rayuan kecil dan tidak jelas itu membuat Pangeran sedikit tersenyum. Pangeran pergi dengan kudanya bersama Luo Luo yang mengawal.

Disya kembali masuk ke kediaman sambil wajah yang ditekuk. Dia melihat Feng Yin kemudian menghampiri Feng Yin yang sedang bermain bunga ditaman.

"Nona"

Feng Yin memberi salam kepada Anjani. Tidak ingin membuat masalah, Feng Yin bermaksud untuk pergi.

"Feng Yin"

Disya menyadari sepertinya Feng Yin trauma kepadanya karena kejadian beberapa hari yang lalu. Feng Yin berbalik menghadap Disya.

"Maaf, ya kemarin"

"Nona Anjani jangan berkata seperti itu"

"Udahlah pokoknya kita temenan aja. Mau jalan-jalan nggak?"

"Kemana?"

Disya mengajak Feng Yin ke pasar. Mereka membeli beberapa perhiasan dan makanan untuk dibawa ke kediaman. Feng Yin sangat senang karena Disya mulai menerima dirinya.

"Eh, Feng Yin coba gelang ini"

"Cantik banget, ya"

"Ada dua berarti bisa couple kita"

"Couple? Apa itu?"

"Samaan"

Salah satu pengawal menyusul mereka dan memberitahu untuk pulang ke kediaman karena sudah lama Feng Yin dan Disya diluar.

Mereka sudah berada di taman kediaman sambil membongkar belanjaannya. Tidak buruk juga Pangeran Kedua menikah lagi karena Disya bisa membuat geng atau mungkin girl grup seperti blackpink versi jaman kuno.

"Feng Yin"

"Iya?"

"Kayaknya kita bakal jadi sosialita"

"Apa itu sosialita?"

"Ibu-ibu yang suka beli barang-barang mahal kayak perhiasan gini"

"Tapi kita belum menjadi ibu-ibu, Anjani"

"Bener juga, ya"

Chen Ting tiba-tiba saja datang mengganggu Disya dan Feng Yin. Ia mencoba dan memakai barang-barang yang dibeli Disya tanpa ijin.

"Chen Ting, apa-apaan balikin!"

"Kalian mempunyai gelang yang sama. Mana untukku?"

"Beli sendiri"

"Kami hanya membeli dua, Chen Ting"

Akhirnya ketiga istri Pangeran Kedua itu berdebat lagi. Pangeran Kedua sudah pulang dari perburuan dan langsung menatap para istri dengan tajam. Ia membawa ketiga istrinya ke kamar untuk di sidang.

Chen Ting, Disya, dan Feng Yin duduk dilantai. Berbeda dengan jalan pikir Chen Ting dan Feng Yin takut dihukum, Disya malah berfikir jorok dengan berfikir akan melakukan triple kill malam ini.

"Jelaskan"

"Chen Ting rebut kalung gue, Cheng Cheng!"

"Tidak mungkin, Pangeran. Jika saya ingin saya akan membelinya sendiri"

"Halah, ngapusi"

Chen Ting menatap Disya tajam. Feng Yin hanya diam menunduk tidak ingin memperbesar masalah.

Pangeran Kedua mengusap pelipis kepalanya pusing melihat perdebatan mereka yang tak kunjung usai. Sekali gebrakan meja membuat istri-istrinya terdiam tenang.

"Sekarang kalian-"

Belum selesai bicara Disya berdiri ingin menyampaikan pendapatnya. Menurut Disya hal ini tidak boleh dilakukan.

"Cheng Cheng, pikirkan baik-baik"

"Tentang apa, Anjani?"

"Cheng Cheng, kita memang istrimu tapi mana mungkin langsung bertiga, malu"

"Apa maksudnya?"

Pangeran Kedua heran mendengarkan penjelasan setengah-setengah Disya. Chen Ting dan Feng Yin juga tidak paham apa yang dimaksud Disya.

"Gimana cara ngelakuinnya? Kan belum pernah nyoba semalam tiga orang, Cheng Cheng. Mending gantian aja permalam lagian batangnya cuma satu"

"Anjani!"

Chen Ting dan Feng Yin meneriaki Disya karena malu setengah mati didepan Pangeran Kedua. Bagaimana bisa dia berani berbicara seperti itu kepada Gao Ling Cheng.

Pangeran Kedua terkejut tidak habis pikir tentang isi kepala Disya. Tanpa rasa bersalahnya ia melihat geli Chen Ting dan Feng Yin.

"Gue nggak mau buka baju bareng sama mereka"

Cklekk...

Luo Luo datang memberi tahu bahwa permaisuri datang ke kediaman. Akhirnya Pangeran Kedua dan ketiga istrinya datang menemui permaisuri.

Mereka sedang berkumpul di aula istana sambil berbincang-bincang riang.

"Permaisuri, tidak memberitahu jika datang ke kediaman setidaknya kami bisa memyambut permaisuri"

"Tidak perlu, Chen Ting. Saya hanya mampir"

"Ling Chang, memiliki istri baru?"

Pangeran Kedua mengangguk kemudian menyuruh Feng Yin memberikan salam kepada permaisuri.

"Gao Ling Chang, perihal penobatan pangeran mahkota-"

"Maaf, permaisuri. Gao Ling Chang tidak berminat untuk menjadi pangeran mahkota. Gao Ling Chang tidak ingin bertengkar dengan Kakak Pertama"

Pangeran Kedua memotong pembicaraan permaisuri. Tidak diambil hati, Permaisuri tersenyum lebar.

"Xu Feng akan menjadi pangeran mahkota"

Disya memiringkan kepalanya kepada Chen Ting sambil berbisik pelan agar permaisuri tidak mendengar.

"Chen Ting, jadi pangeran mahkota berarti bisa kaya?"

"Jangan berisik, Anjani"

Permaisuri pamit pulang setelah memberi tahu Pangeran Kedua untuk menjaga kediaman dan para istrinya. Sebelum menaiki kereta, ia mendekati Anjani.

"Tidak dijual tusuk kondenya?"

"Tidak, permaisuri. Masih Anjani simpan di kamar"

"Pakailah, semua pertanyaanmu akan terjawab"

"Bagaimana bisa, permaisuri. Benda itu berlapis emas dan mutiara. Sayang kalau dipake"

"Selalu bawa konde itu bersamamu. Itu kenang-kenangan dariku"

Permaisuri mengelus rambut panjang Disya kemudian pamit pulang. Disya mengangguk melambaikan tangan kepada kereta tandu permaisuri yang semakin menghilang.


GREATNESS OF LOVEWhere stories live. Discover now