25. PENGKHIANATAN

17 8 0
                                    

Disya melihat Pangeran Kedua sedang bermain Guzheng di bawah runtuhan bunga sakura yang berjatuhan. Suara dan lantunan lembut yang ia petik membuat dirinya semakin memperlihatkan jiwa bangsawan. Bersyukur sekali Disya yang di dunianya tidak laku disini malah mendapat suami tampan.

Pangeran Kedua menyadari akan kehadiran Disya dan menghentikan permainannya. Disya duduk disamping Pangeran Kedua.

"Alat apa ini namanya?"

"Guzheng. Mau mencoba?"

"Ngga bisa, Cheng Cheng. Kemarin aja main suling bukan sulingnya yang bunyi malah nafas gue yang mau copot"

Pangeran Kedua menyuruh Disya duduk didepannya. Ia merangkul Disya sambil mengajari pelan cara bermain alat musik ini. Wajah mereka saling berdekatan dan sangat intim. Pangeran Kedua melihat senyuman Disya yang tak kunjung pudar saat belajar memetik Guzheng.

Suara lembut senar Guzheng serta bunga-bunga yang berjatuhan membuat kesan romantis antara mereka. Pangeran Kedua merasakan semua alunan nada hingga dalam.

"Feng Yin!"

Disya melepaskan pelukan Pangeran Kedua saat melihat Feng Yin melewati mereka. Feng Yin datang dan memberi salam.

"Katanya Cheng Cheng mau ngajarin lo main ini"

"Anjani-"

"Sstt! Buruan, Cheng Cheng"

Disya berdiri digantikan Feng Yin disebelah Pangeran Kedua. Melihat mereka bermain Disya malah pargoy cogil di depan mereka.

"Sorry, ya aku mabok this is cengil. Cewek tengil"

Walaupun tidak paham dengan ucapan Disya, Feng Yin tertawa melihat tingkah lakunya.

Disya melihat Gayatri dan Tian Li lewat lalu mengajaknya menari bersama. Alunan musik lembut dari Cheng Cheng berubah menjadi cepat mengikuti gerakan Disya.

"Pargoy, Tian Li!!"

Mereka tertawa bersama. Pangeran Kedua hanya tersenyum simpul melihat ulah istri dan saudaranya itu.

...

Setelah kejadian siang tadi, Laras memijat kaki Disya. Ia malah sibuk mencari kotoran dalam hidungnya.

Gayatri menghampiri Disya sambil duduk bersamanya.

"Anjani, ceritakan tentang duniamu"

"Duniaku? Buruk, kak"

"Mengapa? Bukankah seharusnya lebih bagus daripada sekarang?"

"Bagus tapi ada plus minusnya. Larangan wanita dan pria untuk tinggal bersama sebelum menikah, 90% orang-orang di duniaku melanggarnya. Kecurangan dan penyalahgunaan kekuasaan menjadi hal yang wajar. Keamanan bertindak jika ada duitnya aja. Budaya yang Disya lihat disini aja udah semakin hilang"

"Benarkah? Lalu apakah kau dulu juga melakukan seperti itu?"

"Eeii, nggak lah. Disya dulu jomblo, nolep juga mana ada kayak gitu"

Disya melihat wajah Gayatri yang cantik dan anggun itu. Ia pasti juga merindukan adiknya. Disya merasa bersalah telah merenggut tubuh Anjani disini.

"Kak, coba ceritain apa yang sering dilakukan Anjani?"

"Anjani? Dia gadis pendiam yang suka menyulam kain sangat membosankan bukan?"

Pangeran Kedua menghampiri mereka dan Gayatri pamit pergi. Pangeran Kedua menatap Disya penuh makna.

"Apa, Cheng Cheng?"

"Mengapa kau menyuruh Feng Yin untuk bermain Guzheng bersamaku?"

"Dia istrimu juga kasian nggak pernah berduaan sama kamu"

"Pentingnya perasaan orang lain hingga kau mengabaikan perasaanku?"

"Bukan gitu, Cheng Cheng. Feng Yin disini sendirian pasti rasanya sepi. Dulu waktu gue pertama disini kayak gitu"

"Baiklah"

"Cheng Cheng, aku mau belajar nyulam!"

"Kau sangat tidak suka belajar tiba-tiba ingin menyulam?"

"Iya gabut aja"

Akhirnya Laras mengajari Disya untuk menyulam kain berdua dikamar mulai dari membuat bingkai hingga memasang bentang.

"Sulit banget sih, Ras"

"Tidak sulit, nona"


Disya mengangkat kakinya namun siapa sangka sebuah kotak pemberian permaisuri jatuh ke lantai. Merasa bosan Disya mengambil kotak itu lalu memakai konde emas yang berada didalamnya.

Kepalanya pusing tiba-tiba dan Disya melihat bayangan dirinya sendiri waktu berjualan perhiasan hingga sampai ke dunia ini. 

Brakk

Disya berlari keluar dari kediaman menuju kerajaan. Ia langsung tahu kenapa permaisuri menyuruh untuk memakai konde itu untuk menemukan semua jawaban.

"Anjani, jangan merubah apapun. Semua ini adalah takdir"

"Sebentar lagi bulan purnama sempurna. Saat semuanya telah berubah, pergilah dari sini"

Pakailah kondenya jika ingin menemukan jawaban

"Permaisuri!"

Disya mencari permaisuri di sekeliling istana namun tidak menemukannya. Akhirnya Disya memutuskan untuk mencari ke dalam kamar dan menemukan permaisuri terbaring tidur.

"Permaisuri..."

Disya menghampiri permaisuri sambil menangis. Ternyata jawaban dari mulai dari ia terdampar ke sini sampai sekarang permaisuri tahu semuanya.

Disya melihat darah keluar dari lehernya. Permaisuri tidak tidur, melainkan telah dibunuh tanpa pengetahuan semua orang. Disya semakin syok saat mendengar teriakan-teriakan histeris dari luar sana bahwa sang raja juga telah dibunuh.


Keadaan telah berubah, tidak ingin mengulur waktu lagi, Disya segera keluar dari kamar permaisuri dan ingin memberitahukan semua kejadian ini kepada Pangeran Kedua.

Suasana kerajaan sekarang sangat memprihatinkan. Para pelayan berlarian. Prajurit saling menyerang di kerjaan yang damai ini.

Disya menghampiri Pangeran Pertama yang duduk tenang di atas singgasana.

"Xu Feng, kerajaanmu-"

"Anjani, kau kembali padaku?"

"Bukan itu masalahnya, istanamu berantakan"

"Aku menyuruh mereka semua"

"Apa?"

"Permaisuri dan raja, aku juga membunuhnya"

"Lo gila apa?!"

Pangeran Pertama memeluk Disya secara paksa. Ia bertekad untuk memiliki Anjani kembali. Disya kuwalahan melepas pelukan yang semakin erat itu.

GREATNESS OF LOVEWhere stories live. Discover now