HARI KEEMPAT-II

159 15 2
                                    

Diawali dengan becanda
di akhiri dengan rasa cinta
-Dante-

Zuji menghela napasnya gusar, dengan cepat gadis itu mendorong tubuh Dante yang sejak tadi berada di atasnya, seolah menghempaskan sehelai bulu tanpa beban gadis itu berdiri dari tempatnya, membiarkan sang Tuan duduk di atas lantai marmer sembari menatap heran dirinya. Kevin menatap kedua insan itu secara bergantian, siapa sangka malam nya akan di sambut dengan adegan dewasa, yang seharus nya tidak di saksikan oleh para anak baik.

Untungnya kepin anak nakal, mwehehe

Bocah itu terkekeh pelan, lantas melipat kedua tangan nya di depan dada. "Papa kalau mau pacaran harus nya bilang ke kepin dulu Pa, biar kepin bisa bantu jaga situasi heheheee..." Entah mengapa rasa kesal yang tadi ia rasakan hilang seketika.

Wajah Zuji terasa panas, dengan cepat gadis itu berjalan ke arah Kevin lantas mengacak-acak lembut rambut bocah itu. "Kevin, kamu belajar dari mana bicara kaya gitu?" tanya Zuji, sambil menatap Kevin penuh selidik.

Ni anak salah pergaulan, salah makan, atau emang ada kelainan?

Batin gadis itu penuh tanya, jika boleh jujur Kevin terbilang bocah unik atau mungkin aneh, jika anak seusianya berpikiran mau main apa besok, bocah itu malah berpikir mau pacaran dengan siapa lagi besok?

Kevin mengulum senyumnya lantas melirik Zuji dan Dante secara bergantian, bocah itu lantas berbalik dengan kedua pipi menggembung menahan tawa. Ada rasa senang tersendiri di lubuk hatinya, rasanya lebih menyenangkan di bandingkan gonta ganti pacar.

Mama?

Batin bocah itu, pikirannya melayang kemana-mana membayangkan banyak hal indah yang ia harapkan terjadi di masa depan. Bohong jika Kevin bilang dia tidak bahagia hidup berdua dengan Ayahnya, dia sangat bahagia. Hanya saja kelengkapan sebuah keluarga adalah impian setiap anak bukan? dan Kevin masih anak-anak.

Zuji mengerutkan dahinya, menatap aneh bocah laki-laki yang kini tengah melangkah menaiki anak tangga sembari bersenandung riang. Padahal belum ada lewat dari 30 menit lalu dia datang dengan wajah merah padam menahan amarah.

"Kau tidak berniat mengikutinya?" suara berat itu kembali mengalun memenuhi ruangan, membuat Zuji tersentak kecil. Lantas berbalik menatap pria yang kini tengah duduk selonjoran di atas lantai.

Zuji membulatkan matanya, teringat bagaimana dia mendorong Dante dari atas tubuhnya "Tuan, maaf tadi itu aku anu maaf Tuan. Tuan tidak terluka kan?" Ucap Zuji, mulutnya seakan beku kaku untuk di gerakkan begitu juga dengan pita suaranya yang seakan tersendat setiap kali ingin membuka suara.

Ck, gua bilang apa si anying!

Dante tersenyum, lantas menerima uluran tangan yang Zuji layangkan padanya. Pria itu berdiri dari tempatnya, membuat perbedaan tinggi antara dirinya dan Zuji terlihat begitu jelas dari segala arah. "Kau baik-baik saja?" Tanya Dante, mata tajamnya menatap lembut gadis yang kini tengah berdiri di depannya. Zuji menelan paksa ludahnya, tatapan Tuannya begitu berbahaya jika di tatap langsung dengan mata terbuka.

Gadis itu mengangguk pelan, "Tentu saja harus nya saya yang bertanya, Tuan baik-baik saja kan?" tanya Zuji balik, dengan wajah menunduk berusaha untuk tidak menatap lawan bicaranya.

Seakan sadar akan tindakan Zuji Dante kembali mengukir senyum nya, Pria itu maju beberapa langkah mendekati tubuh mungil Zuji yang kini membatu di tempatnya. Merasakan kehadiran Dante yang semakin dekat dengan nya membuat gadis itu menutup erat kedua bola mata nya.

DANTE [Ongoing]Where stories live. Discover now