HARI KELIMA-III

146 19 3
                                    

Happy reading^^
.
.
.

Suara langkah kaki itu menggema di seluruh penjuru kediaman megah tersebut, suara langkah berat yang mulai menaiki anak tangga satu-persatu  dengan deru napas tidak beraturan yang terdengar samar di pendengaran pria tersebut. Dante melirik Zuji yang ada di dalam dekapan nya, terlihat jelas raut wajah panik Gadis itu, yang tentunya membuat Dante semakin gencar dan mempercepat langkahnya. Zuji diam, tak bergeming bahkan sedari tadi tidak bergerak. Ini gila, pria ini gila, dan yang lebih parah lagi raga Gadis itu seolah ikut menggila. Ini bukan soal sensasi menggelitik di perutnya, tetapi soal tubuh Zuji yang seolah enggan di gerakan, seolah menikmati semua permainan yang di dapatkan nya, setiap sentuhan-sentuhan kecil lembut yang Dante berikan padanya, membuat Zuji yakin jika dirinya benar-benar ikut menggila. Ini seperti penyakit, virus menular yang membuat nya terjangkit.

Dante berjalan memasuki salah satu dapur di dalam kediaman tersebut, dapur yang jarang sekali di pakai oleh mereka karna terletak di lantai tiga rumah megah tersebut. Dengan gesit pria itu menurunkan Zuji di atas meja makan yang ukuran nya lebih kecil dari meja makan di dapur utama, dengan segenap keberanian Gadis itu mendongak menatap pria yang kini juga tengah menatap dirinya. Manik mata kelam Dante menerobos masuk setiap pertahanan Zuji, membuat Gadis itu meneguk kasar ludahnya untuk yang kesekian kalinya.

"Kamu lupa? Saya memiliki banyak pekerjaan yang harus di selesaikan malam ini," Ujar pria itu memecahkan keheningan, "Jadi, di mana kopi nya?" Sambung nya membuat Zuji teringat akan permintaan Tuan nya siang tadi. "Ah, maafkan Saya Tuan." Jawab Zuji, sembari menepis segala fikiran aneh di kepalanya. Lantas dengan perlahan turun dari atas meja, melewati Dante yang sejak tadi sudah memberikan jarak di antara mereka.

Pria itu duduk di salah satu kursi, memperhatikan mainan-nya yang kini tengah sibuk bercengkrama dengan peralatan dapur. Benar-benar sebuah pemandangan yang menakjubkan, melihat punggung kecil gadis itu yang terus bergerak ke sana kemari, di ikuti suara langkah kecil yang terdengar manis di telinga Dante.

Pria itu memejamkan matanya, menarik dalam-dalam nafasnya, mencoba menetralkan fikiran nya yang mulai terbang kemana-mana.

Hiburan, cuma itu.

"Tuan," Panggil Zuji setelah meletakkan segelas kopi di depan Dante, pria itu melirik Zuji dengan ekor matanya.

"Kopinya masih panas-!!"

"Arghh!"

Dante menaruh asal cangkir di tangan nya, berdiri dari duduknya menuju wastafel, membuka keran lantas mencuci mulut nya. Zuji menyerahkan segelas air dingin yang tentunya segera di teguk habis oleh pria tersebut. Zuji meringis kecil, melihat bibir Dante yang membengkak dan kedua bola matanya yang memerah.

Hening sesaat, Pria itu sibuk menarik nafasnya dengan kedua mata tertutup dan mulut terbuka. Air membasahi wajahnya yang kini mulai mengalir turun ke lehernya, membuat tonjolan kecil di lehernya terlihat mengkilap di dalam ruangan yang minim cahaya. Dapur ini jarang di gunakan, wajar saja jika memiliki pencahayaan yang kurang. Dante membuka mata nya, melirik Zuji yang sejak tadi menatapnya dengan pandangan yang sangat sulit dia artikan. "Ah, air lagi?"

Dante mencengkram tangan Zuji yang hendak beranjak dari tempatnya, gelas yang sejak tadi berada di tangan kanan gadis itu segera di rebut paksa olehnya. Dante meneguk kasar air yang berada di dalam gelas tersebut, sembari menatap lekat gadis di sampingnya. Zuji hendak menerima gelas itu kembali, namun Dante lebih dahulu melemparkan nya ke dalam wastafel menimbulkan suara keras yang memekakkan telinga. Membuat Zuji refleks memejamkan kedua matanya, sembari mengedikkan bahunya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 29 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

DANTE [Ongoing]Where stories live. Discover now