HARI KELIMA-II

132 18 2
                                    

HAPPY READING GUYSS^^

♬♩♪♩ ♩♪♩♬
.
.
.

Suara ringisan kecil yang tertahan, terdengar jelas di indra pendengaran Dante, sesekali pria itu melirik ke gadis di hadapan nya dengan tangan kanan yang terus bergerak mengobati memar di kaki kanan Zuji. Dante mengelus pelan, sebuah lebam kecil di salah satu kaki gadis itu menggunakan ibu jarinya.

Zuji menutup mulutnya rapat-rapat kala jari-jemari lentik pria itu mulai menyentuh kulit putihnya, ada sensi berbeda yang menyebabkan rasa panas di wajahnya serta geli di bagian perutnya, saat jari-jari Dante bersentuhan dengan kaki nya. "Sudah selesai, sekarang coba berdiri." Pinta pria itu sembari menatap Zuji dengan kedua manik mata hitam nya.

Zuji meneguk kasar ludah nya, lantas berpegangan pada tangan-tangan kursi yang di duduki nya. Penuh perjuangan sebelum akhirnya gadis itu bisa berdiri dengan sempurna. "Masih ada yang sakit?" Tanya Dante, "Mau Saya antar ke rumah sakit?" Sambung pria itu yang segera mendapat kan gelengan kecil dari Zuji sebagai jawaban.

Baru saja hendak melangkah, tiba-tiba nyeri menjalar keseluruh kakinya membuat gadis itu kehilangan keseimbangan dan hampir saja terjatuh ke tanah. Dengan sigap Dante menangkap pinggang Zuji membuat jarak di antara mereka semakin menipis, Zuji kembali meneguk kasar ludah nya sendiri, merasakan rasa geli di perutnya yang semakin menjadi-jadi setiap kali ada sentuhan yang di berikan pria di hadapan nya.

Seolah ada ribuan kupu-kupu yang menggelitik perutnya. Zuji tau ini gila, tapi jangan salah kan Gadis itu karena sensasi unik yang muncul tiba-tiba setiap kali Dante menyentuh dirinya. "Sebaik nya kita ke rumah sakit." Ujar Dante yang langsung di bantah dengan gelengan dari Zuji, "Ini cuman luka biasa," Dante tersenyum kecil, "Biasa ya, sampai-sampai kamu tidak bisa berjalan?" Baru saja Zuji hendak membuka mulutnya, ingin menjawab perkataan Dante tapi pria itu lebih dahulu mengambil inisiatif untuk mengangkat gadis itu lalu menggendong nya seolah sedang membawa sekarung beras.

"Tuan, Saya bisa berjalan sendiri." Serga Zuji, rasanya sangat aneh jika Dante menggendong nya dengan cara yang tidak normal seperti ini. Mendengar tidak ada jawaban dari sang lawan bicara membuat Zuji mendengus kesal dengan kedua pipi menggembung sempurna, jangan lupakan bibirnya yang maju beberapa senti menandakan dirinya sedang kesal saat ini. "Setidaknya gendong aku dengan cara yang benar dong," gumam gadis itu pelan, lantas menciptakan senyum tipis di bibir Dante. Dengan cepat pria itu mengubah posisi Zuji, menggendong nya ala bridal style.

Zuji yang terkejut membulatkan matanya, menatap Dante yang kini tengah tersenyum jahil, seakan puas melihat ekspresi terkejut dari gadis itu. "Kalau kamu liatin Saya terus, bisa-bisa wajah Saya bolong karna Kamu." ucap Dante membuat Zuji langsung mengalihkan pandangan nya. Ini sudah kali kedua Dante menggendong nya, antara sial atau beruntung yang jelas gadis itu tidak tau harus bersikap seperti apa ketika kembali kerumah majikan nya nanti.

☆♬○♩●♪✧♩

Kediaman megah itu sangat sibuk, banyak sekali pelayan yang berlalu lalang sana sini, belum lagi barang-barang yang berantakan di setiap sudut ruangan. Suara riuh yang mereka timbulkan juga tidak kalah mengganggu kesenangan bocah cilik yang kini tengah duduk di salah satu anak tangga rumah megah itu. Kevin mendengus untuk yang kesekian kalinya, hari sudah siang tetapi Zuji belum juga kembali. Rasa bosan mulai menjalar di dalam hatinya, belum lagi perasaan dongkol ketika mengingat dengan siapa kakak cantik nya itu pergi.

"Papa curang banget," gerutunya lantas memukul mukul udara di hadapan nya, seolah menjadi anak paling frustasi di dunia, kedua tangan nya terangkat mengacak-acak rambutnya kemudian berteriak histeris seperti anak TK yang baru saja di suruh tidur siang. Kalau saja ada perlombaan Bocil paling dramatis di dunia Kevin pasti jadi juara satu, dua, dan tiga. Baru saja bertingkah dramatis tiba-tiba saja sebuah senyuman muncul di wajahnya seolah baru saja mendapatkan wahyu dari tuhan Kevin melompat kegirangan dan hampir saja terjatuh berguling dari anak tangga. "Papa aja bisa main curang, kenapa kepin engga bisa. Yang bener aja, rugi dong."

DANTE [Ongoing]Where stories live. Discover now