BAB 1

740 47 10
                                    

"Gue gak mau tau, lo harus jemput gue Theo. Lo tau sendiri kan kalo gue gak dibolehin sama bunda buat bawa kendaraan sendiri."

"Lo ganggu gue pacaran aja anjing."

"Apaan si, masih pagi juga udah pacaran aja. Udah buruan ayo jemput gue, gue gak mau telat ke kampus."

"Iya bawel, ini puter balik. Tunggu depan komplek, gue gak mau ya kalo sampe sana lo belum ngapa-ngapain."

"Oke."

Jalfie Sangkara, pemilik nama pemuda mungil berambut blonde yang kini tengah berdiri di depan halaman rumah nya. Ia baru saja berbincang dengan sahabat nya, Theo Bimantara.

Hari masih pagi namun bukan Jalfie nama nya jika tidak diselingi dengan gurutuan kecil untuk beberapa saat.

"Bundaaaaa!!! Fie berangkat kuliah dulu ya. Sama Theo." Teriak nya dari halaman rumah, kemudian kakinya melangkah meninggalkan pekarangan rumah menuju depan komplek untuk menunggu Theo.

Jalfie melangkahkan kakinya meninggalkan pekarangan rumah menuju depan komplek untuk menunggu Theo menjemputnya.

-

Sudah Sepuluh menit ia menunggu, akhirnya mobil hitam milik Theo itu berhenti di hadapannya. Tak membuang waktu, Jalfie langsung membuka pintu mobil di bagian kursi belakang, kemudian ia masuk kedalam dan menutup pintunya kembali.

"Lama." Celetuk Jalfie.

"Selamat pagi Jalfie." Suara Juan menginterupsi.

"Tuh, orang mah sapa dulu kek ini mah sama sekali enggak nyapa. Contohin tuh cowo gue."

"Yaudah si maaf, gue tuh cuma takut telat. Lo kan tau sendiri gimana itu si dosen sok killer kalo kita telat, gak bakal ada kesempatan buat masuk ke kelas nya. Makanya buruan te, gue beneran gak mau telat dan harus adu argumen sampah sama itu dosen."

"Iya siap pangeran, ini kita jalan sekarang ya tuan."

Mendengar hal itu, Juan Valandro selaku kekasih dari Theo Bimantara yang merangkap menjadi sahabat Jalfie juga hanya terkekeh melihat kedua orang bersahabat itu saling ribut seperti ini. Ia sama sekali tidak kaget dengan hal itu, karna sudah menjadi kebiasaan bagi mereka. Mungkin itu adalah salah satu cara mereka untuk tetap saling menyayangi satu sama lain.

Hening beberapa saat, ketiga nya tenggelam di pikiran masing-masing, kemacetan yang lumayan padat pada hari ini membuat mereka harus bersabar sedikit.

"Te, lo pernah gak si kepikiran kalo dosen lo itu bukan manusia?"

"Dosen gue ya dosen lo juga bego."

"Siapa si?" Tanya Juan.

"Si paling killer itu loh, gue gak mau sebut namanya, alergi."

"Kayanya lo musuh banget sama beliau Fie?"

"Ya gimana gak kaya musuh yang, Jalfie berkali-kali dapet teguran dari beliau. Mana si jamet ini nih juga ngelawan aja lagi."

"Gue tuh sebel banget sama dia, bayangin aja ya anjir dia itu sama sekali gak pernah absen di kelas, i mean dia apa gak pernah sakit atau apa gitu?"

"Tapi Fie yang gue denger si beliau itu komposer loh, terus juga pemegang perusahaan keluarga nya gitu, kakaknya juga dokter di rumah sakit milik keluarga. Kalo diliat dari background keluarga nya si hebat banget anjir."

"Wah, kalo gitu si aku mau jadi suami nya. Hidup terjamin, tinggal ongkang-ongkang kaki aja cuan ngalir terus. Buka pendaftaran buat jadi teman hidup gak ya beliau"

"Kamu nih mau aku tampol kah yang? Aku loh juga kaya."

"Kayaan dia si Te." Sanggah Jalfie.

"Lo mau sama beliau Fie?" Tanya Juan.

"Excuse me? Sorry? Gue gak salah denger nih lo tanya kaya gitu? Nih ya Juan, biar kata di dunia itu cuma ada dia sama gue doang, gue bakalan tetep milih sendiri daripada harus jadi pasangan dia. Gak ada pikiran gue sama sekali buat mau jadi pasangannya dia, idih najis tralala."

"Haha, yang ada sehari-hari lo disuruh bikin makalah terus nanti Fie."

"Nah tuh Theo bener, ogah banget anjir."

Percakapan random mengisi kesunyian yang sempat mereka rasakan, ditambah jalanan sudah kembali lancar.

Tidak masalah bukan jika mereka bergosip tentang satu dosen, apalagi yang jadi topik utama pembahasan mereka tidak mengetahuinya. Jadi tak akan jadi masalah sama sekali.

-

Tiga Puluh menit mereka habiskan di Jalan. Padahal waktu tempuh jarak rumah Jalfie ke Kampus hanya sekitar Lima Belas menit saja. Kepadatan lalu lintas lah yang menjadikan mereka harus menambah waktu Lima Belas lagi menit untuk sampai di kampus.

"Aku turun disini aja yang." Juan.

"Enggak di parkiran fakultas aja?"

"Gausah deh, aku mau ketemu temen ku di perpus. Jadi nanti sekalian aja nanti ke kelas nya bareng dia."

"Cewe atau Cowo temen kamu itu?"

"Mulai deh Theo posesif Bimantara." Sindir Jalfie.

"Lo tuh-"

"Suttttsss! Udah ya diem dulu, kalian kalo mau ribut lagi mending tunggu gue turun dari mobil aja oke? Gendang gelinga gue beneran bisa pecah tau gak kalo terus dengerin kalian ribut. Aku turun, nanti kalau kelas ku udah selesai aku kabarin kamu lagi. Love you." Ucap Juan, kemudian melepas seatbelt dan mencium Theo setelah nya keluar dari mobil berlalu menuju gedung fakultas dirinya.

"Ewww." Jalfie merolling kan mata nya, begitu lelah jika melihat kedua sahabatnya itu bermesraan.

"Sirik ya? Cari pacar sana, daripada harus liatin gue ciuman terus. Gak bosen apa jadi jomblo seumur hidup?" Theo.

Jalfie menutup telinga nya dengan kedua tangannya, "Nye nye nye, bicik u. Mending buruan ya anjing! Bentar lagi masuk."

"Ya lo pindah lah kedepan."

"Mager."

"Gue gak mau ya anjing, pindah. Berasa jadi supir lo gue."

"Bodoamat, lagian tinggal pindah gedung bentar aja elah."

"Bener-bener lu ya."

Theo melihat dari kaca Jalfie sedang menjulurkan lidah nya guna meledek dirinya. Biar begitu, Theo tetap menjalankan mobilnya kembali menuju fakultas Seni Musik, tempat mereka belajar.

Jika dilihat dari kedekatan antara keduanya, tak heran banyak orang-orang yang mengira bahwa mereka adalah sepasang kekasih. Namun keduanya masa bodo dengan omongan orang lain. Begitu juga dengan Juan selaku kekasih dari Theo yang tak pernah mengambil pusing dari omongan orang lain.

Kehidupan yang tak pernah manusia tahu akan seperti apa kedepannya jalan cerita hidup mereka, bukankah suka dan tidak suka harus tetap di jalani? Begitu juga dengan kehidupan yang di jalani Jalfie yang sama sekali tak pernah ia tahu akan seperti apa nantinya. []


Author pov.

Hai, ini tyastarry.

Aku menulis kisah Lecturer Husband disini, semua jalan cerita nya hampir sama seperti di AU yang aku tulis sebelumnya. Tapi disini, aku akan menceritakan lebih detail nya lagi kisah Yanfie ini.

Untuk character nya aku masih pakai yang sebelumnya, hanya saja peran wanita nya beberapa aku ganti visualnya untuk menghindari ketidaknyamanan yang ada.

And yup....

Enjoy! Happy reading 🤍✨

Lecturer Husband Where stories live. Discover now