BAB 11

287 37 6
                                    

Pak Yanuar S.Sn

"Maaf, saya sudah berusaha bicara kepada orang tua saya dan hasil nya nihil."

"Maaf juga karna saya tidak berani untuk menentang kemauan kedua orang tua saya Jalfie."

Jalfie menghela napas nya sehabis membaca pesan dari dosen nya itu.

"Kenapa kamu hela napas begitu?" Tanya sang ayah.

"Gapapa, pusing aja banyak tugas."

"Dikerjakan, kalau lelah kamu bisa istirahat dulu. Ayah sama Bunda ga pernah minta kamu buat jadi anak yang ambis, asal kamu mengerti tugas kamu menjadi mahasiswa itu seperti apa."

"Iya ayah."

Setelah nya hening. Keluarga itu kembali dengan kesibukannya masing-masing. Ayah nya tengah mengerjakan sesuatu di tab nya, Bunda sedang menyaksikan drama korea di televisi, sedangkan Jalfie yang awalnya memang sedang mengerjakan tugas kini mata nya berfokus pada layar ponsel nya. Masih berada di room chat sang dosen, ia bingung harus menjawab apa.

Hampir dua menit ia bergelut dengan pikirannya, Jalfie hanya mengetik asal lalu menghapusnya kembali tanpa berniat mengirim pesan tersebut secara betul kepada Yanuar.

Detik selanjutnya ia menatap sang ayah yang mulai membereskan beberapa berkas yang sejak tadi berada di atas meja tamu, kemudian menutup tab nya, lalu beranjak dari sofa.

"Ayah ke ruang kerja dulu ya bun, fie."

Haruskah Jalfie yang berbicara.

"Ayah..."

Sang ayah pun menoleh kepada nya.

"Ada apa nak?"

Tidak, jika Yanuar tidak berhasil dan tidak ingin menentang kedua orang tua nya. Maka Jalfie pun sama nya, sebagai anak tunggal yang sangat jarang sekali orang tuanya itu menginginkan sesuatu darinya membuat Jalfie pun tak bisa jika harus membantah keinginan keduanya kali ini, pikirnya.

"Fie.... Fie boleh keluar?"

"Mau kemana sayang?" Tanya sang bunda.

"Main aja, paling jajan di cafe yang biasa aku kesana itu bun."

"Sama Theo dan Juan?"

"Iya bunda, boleh kan?"

"Iya boleh." Bunda.

"Ayah pikir kamu mau ngomong apa, yasudah gapapa kamu main. Tapi ingat ya Fie, jangan pulang tengah malam ya bilangin Theo sama Juan." Ucap sang ayah.

"Iya, siap ayah."

Seharusnya Jalfie tak mengatakan itu. Bagaimana bisa ia bilang seperti itu padahal Theo dan Juan tidak mengajak nya pergi. Namun nasi sudah menjadi bubur, lalu ia pun terburu-buru mengetik sesuatu di ponsel nya.

Anak Baik.

Jalfie.
"Gue bilang sama Ayah Bunda mau main sama kalian ke cafe yang biasa kita kesana itu. Jadi ayo buruan Theo lo jemput gue sekarang juga."

Theo.
"Apaan si anjir Fie, perasaan gue sama Juan lagi anteng main uno dah. Ga ada ngajak lu keluar."

Juan.
"Lo lagi kenapa si Fie?"

Jalfie.
"Ga kenapa-napa, udah terlanjur bilang ini gue. Please ayo kita jalan aja, gue yang bayarin dah serius."

Theo.
"Kalo lo yang bayarin si ya ayo gas aja."

Juan.
"Dasar."
"Yaudah Fie, siap-siap ya bentar lagi kita otw."

Jalfie.
"Okie dokie."

Biarkan saja jika ia harus mengeluarkan uang untuk teman-teman nya, asal dirinya tidak di cap sebagai anak tukang bohong kepada orang tuanya. Lagi pula kedua teman nya itu bukanlah tipikal yang memanfaatkan situasi dirinya, jadi tidak apa.

Pak Yanuar S.Sn

"Maaf, saya sudah berusaha bicara kepada orang tua saya dan hasil nya nihil."

"Maaf juga karna saya tidak berani untuk menentang kemauan kedua orang tua saya Jalfie."

"Kita bicara lagi nanti pak, saya lagi bersama teman-teman saya."

"Ya, kebetulan saya juga sedang ada urusan di luar."

"Oke."

Akan ia pikirkan nanti saja, sekarang ia hanya akan bersikap seperti biasanya karna ia tidak mau jika kedua teman nya itu menerka-nerka isi pikirannya. Terlebih lagi dengan Juan, yang sangat peka terhadap sekitar. Bisa-bisa dirinya langsung berkata jujur saat itu juga. []

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 14 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Lecturer Husband Where stories live. Discover now